Bandara, Soekarno-Hatta. Jakarta, Indonesia.Seorang pria duduk dengan kesal sambil melihat jam tangannya. Sudah hampir setengah jam dan jemputannya juga belum sampai.
Ponsel yang berdering disakunya membuatnya hampir terlonjak karena terkejut.
"Sialan kau ! Kenapa belum jug--" Kalimat marahnya terhenti ketika suara diseberang sana terdengar panik memberitahu sesuatu.
"Oke ! Aku akan segera kesana !" Jawabnya lagi dengan panik mendengar kabar yang baru saja diterimanya. Pria itu kemudian mengambil tasnya dan berlari mencegat taksi.
***
Diwaktu dan tempat yang sama, Clair juga terburu-buru. Dia akan mencegat taksi yang baru saja akan berhenti tapi kemudian seseorang tiba-tiba masuk kedalam taksi itu.
Clair sukses memaki pria yang menyerobot taksinya. Sayangnya, pria itu tidak mendengarkan dan berlalu bersama taksi meninggalkan Clair yang jengkel setengah mati.
Beruntung ada taksi menyusul dibelakang taksi yang tadi pergi. Langsung saja Clair masuk dan memberitahu alamat yang ditujunya pada supir taksi.
"Pak tolong lebih cepat !" Clair berkata dengan pelan. Terlihat si supir sedikit terkejut karena ternyata Clair bisa berbahasa indonesia meskipun logat inggrisnya masih terdengar.
"Saya pikir nona tidak bisa berbahasa Indonesia." Sahut si sopir. Clair tersenyum.
"Ah. Saya pernah tinggal disini selama satu tahun." Jawab Clair. Si supir mengangguk mengerti.
Setelah sampai disebuah rumah sederhana, Clair memberikan uang pada supir taksi dan beranjak turun.
"Aahhh~~ sudah berapa lama ya ? Tiga tahun ? Oh ! Tiga tahun lamanya !" Seru Clair mengingat berapa lama ia tidak menginjakkan kakinya ditanah Indonesia.
Clair melangkah cepat dan berteriak memanggil nama seseorang yang dikenalnya.
"Lairaaa !! Laiiiiraaaa !"
"Berisik ! Kau mengganggu tetangga !" Seorang wanita muda keluar dari rumah dan memasang wajah kesal.
Clair tidak terpengaruh atau bahkan merasa bersalah karena teriakannya yang memang mengganggu tetangga Laira. Dia justru mendekati sahabatnya itu dan memeluknya erat.
"Aku merindukan wajah jelekmu ini !" Clair menarik pipi Laira berlawanan arah yang membuat wanita itu mengaduh kesakitan.
Laira sudah akan membalas tapi Clair sudah dengan cepat menjauh sambil tertawa lebar. Tak urung mereka jadi kejar-kejaran disepanjang perkomplekan rumah Laira. Beberapa tetangga yang melihat mereka cuma bisa menggeleng dengan tingkah laku wanita yang bisa dikatakan sudah dewasa tapi justru bertingkah layaknya anak-anak dibawah umur 10 tahun. Tidak sedikit yang mengomeli mereka karena kesal dan berisik.
"Berhenti Clair !" Laira mulai ngos-ngosan berlari mengejar sahabatnya.
"Nope ! Kau harus banyak berolahraga ! Kau lebih gemuk dari terakhir aku kesini." Jawab Clair ikut kehabisan nafas. Dia pun memperlambat larinya.
"Berapa tahun kau pergi heh ? Kau pikir aku akan tetap langsing seperti dulu ?" Laira berkata sarkas.
Clair tertawa dan berhenti berlari. Dia kemudian berbalik dan memeluk sahabatnya.
Tawa yang baru saja terdengar berubah menjadi isakan tangis. Laira tahu apa yang sudah terjadi pada sahabatnya setahun belakangan ini. Dia hanya bisa mengelus punggung Clair untuk menyalurkan ketenangan disana.
"Semua akan baik-baik saja..." Ucapan Laira bagaikan mantra yang nyatanya membuat Clair menghentikan isak tangisnya.
Ya, dia harus percaya bahwa dirinya akan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Black Rose
Romance#1st Story of Series "Woman And The Rose" *** Clairyn Angelic Lozghiyo tidak pernah berpikir bahwa kekasih yang amat dicintainya harus pergi meninggalkannya. Bahkan ketika undangan indah berukir nama mereka sudah berada digenggaman tangannya. Kesed...