Chapter Tiga - Reuni Lama ?

3.5K 387 8
                                    

"Setiap orang punya kesedihan masing-masing.
Setiap orang juga pasti sulit menjalaninya.
Tapi jika dijalani bersama-sama, saling menguatkan, saling mengisi, kalian pasti bisa melewatinya."

~Ilka Pilianee

***

Azka turun dari mobil dan mengeluarkan kursi dorong dari dalam bagasi. Sedangkan Jo membantu menggendong Ibu Azka dan meletakkan wanita paruh baya itu duduk dikereta dorong yang tadi disiapkan oleh Azka.

"Azka, tolong buka toko bunganya ya.." Ucap Ibunya.

Jo terlihat biasa saja ketika mendengarnya, berbeda dengan Azka.

"Ibu, lebih baik ibu istirahat saja ya. Tokonya dibuka besok saja." Azka berjongkok didepan ibunya, berusaha menyamakan posisi keduanya.

"Tidak sayang.. Ibu baik-baik saja." Ibu Azka mengelus rambut Azka dan memberikan keyakinan bahwa dirinya memang baik-baik saja.

Azka melirik Jo yang mengangkat bahu sebagai arti bahwa dia juga tidak tahu harus berbuat apa untuk membantu Azka.

Azka menghela nafas pelan. "Baiklah, tapi ibu harus janji segera beristirahat kalau merasa kurang baik ya..?"

Ibu Azka tersenyum dan mengangguk.

Azka masuk kedalam rumah untuk mengambil kunci. Jo kemudian beralih mengambil koper Azka, pria itu bahkan tidak pulang dan memutuskan menemani ibunya dirumah sakit tiga hari lamanya setelah kedatangannya.

Ibu Azka menatap lurus ke arah toko bunganya, sudah tiga hari ia tidak membuka tokonya.

"Permisi..." Suara wanita mengalihkan tatapan ibu Azka. Ia menoleh dan mendapati wanita muda berdiri disampingnya dengan senyum yang begitu familiar.

***

"Kau masih belum berubah !" Edo melirik wanita yang beberapa tahun ini tidak dilihatnya.

"Tentu saja! Aku masih secantik dulu." Jawabnya bangga, membuat pria disampingnya tertawa mengejek.

"Ya ya. Tapi kau tidak lebih cantik dari istriku." Balasan Edo membuat keduanya tertawa.

"Kapan-kapan kau harus mengenalkanku padanya! Aku penasaran wanita mana yang mau menikah denganmu, malang sekali nasibnya." Clair memasang wajah sok iba seolah membanyangkan istri Edo yang menderita karena pernikahan mereka.

"Enak saja kau bilang. Dia bahagia bersamaku! Kami bahkan memiliki anak kembar." Edo membantah sambil mengemudikam mobil dengan santai.

Clair tertawa. "Aku hanya bercanda. Istrimu pasti beruntung mendapatkanmu Edo." Kali ini Clair memberikan senyuman tulus pada Edo.

"Ah ya, apa kau tahu dimana toko bunga disekitar sini?" Tanya Clair tiba-tiba teringat.

"Bunga apa yang kau cari?" Edo membelokkan mobil ke arah kiri.

"Black Rose."

Jawaban singkat itu membuat Edo tersentak dan menoleh cepat pada Clair.

"Kau..." Edo tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

"Tak apa. Aku baik-baik saja. Hanya saja aku ingin terus mengenangnya Do.. Apa itu salah?"

Clair mengalihkan perhatiannya pada pemandangan diluar jendela. Lebih tepatnya ia menyembunyikan rasa sedihnya dari Edo, sahabatnya.

"Aku mengerti Clair. Ku harap kau tidak terus berlarut mengingatnya.."

Hening di antara keduanya. Meskipun mereka saling berjauhan, Clair yang menganggap Edo layaknya kakak sudah cukup membuat wanita itu menceritakan sedikit kehidupannya. Termasuk tentang Briyant-kekasihnya. Dan Edo cukup paham apa hubungan antara Clair dan bunga Black Rose.

The Black RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang