Chapter sebelas - Terasa Ada

955 94 4
                                    

Seorang pria melempar laptop yang baru saja berada didepannya dengan kasar ke lantai. Suara keras yang mengartikan hancurnya benda itu menambah amarahanya.

"Dia ! Sialan ! Berani sekali wanita itu !" Desisnya marah.

Beberapa saat yang lalu, sebuah email diterima olehnya. Berisi kabar yang selama ini ditunggunya. Sayangnya, kabar itu berbonus informasi yang benar-benar diluar dugaannya dan berhasil membuat amarahnya meluap seketika. Berbulan-bulan lamanya dia mencari wanita itu dan justru mendapati kabar tidak mengenakkan baginya.

"Kau milikku Clair ! Kau tetap akan jadi milikku." Kutuknya penuh yakin. Dia jelas akan melakukan apapun demi mendapatkan apa yang seharusnya-menurutnya-adalah miliknya.

-oOo-

Clair memandang wajahnya dicermin seulas senyuman terukir disana.

"Aku merindukanmu." Dia berkata sendu masih dengan menatap wajahnya dicermin. Lalu tangannya terangkat mengusap wajahnya. Tidak, lebih tepatnya Clair mengusap kedua matanya.

"Aku tahu ini egois, tapi boleh jika aku merasa bersyukur mendapatkannya darimu, bukan?. Hanya ini yang bisa membuatku tetap semangat untuk hidup, Briyant." Ucapnya lagi masih dengan mata terpejam dan tangannya mengusap disana.

Sebutir air mata jatuh ke pipi kanannya. "Tapi sungguh, aku tidak akan memaafkan dia yang sudah membuatmu pergi jauh dariku. Aku tidak bisa."

Air mata itu mengalir kian deras. Bersama dengan ingatan yang mulai berputar layaknya sebuah film dalam benaknya.

Clair baru saja sampai disebuah restoran itu ketika seorang pria yang dirindukannya sibuk dengan ponselnya dan tidak memperhatikan kedatangannya.

Wanita itu berdehem dan melemparkan wajah kesal saat pria itu kemudian menoleh dan menatapnya. "Kau tidak pernah sesibuk ini. Bahkan tidak pernah menyentuh ponselmu saat bersamaku." Clair berkata kesal dan benar-benar tidak ingin menahannya lagi.

Sudah beberapa minggu yang lalu, Briyant-kekasihnya yang saat ini berada didepannya-sulit sekali dihubungi. Clair tahu pria itu tengah sibuk mengurus pengalihan perusahan atas dirinya karena Ayahnya yang jatuh sakit, tapi karakter Clair yang paling tidak suka jika diabaikan membuat wanita itu kesal bukan main kepada kekasihnya.

"Maaf, seharusnya kau tahu sesibuk apa aku saat ini." Balas pria itu tersenyum, memohon pengertian.

Clair masih tetap sama, "Setidaknya kau bisa menghubungiku sebentar, aku selalu menunggu kabarmu." Tapi kini nada bicaranya mulai melembut.

"Maafkan aku." Hanya itu balasan dari Briyant. Meskipun begitu, Clair tidak curiga sedikitpun akan perubahan kecil tersebut. Briyant biasanya akan meminta maaf dan mencoba menghiburnya dengan banyak bicara hal-hal yang lucu serta mengalihkan Clair agar mood wanita itu kembali membaik.

Ketidakpekaan Clair dan juga keceriannya rupanya membuat Briyant menyembunyikan banyak hal sendirian. Pria itu enggan membagi beban dan masalahnya yang nantinya akan mempengaruhi keceriaan kekasihnya.

"Aku akan pergi dengan Ash." Briyant tiba-tiba berkata ditengah acara makan mereka berdua.

"Berapa lama? Untuk urusana apa?." Sudah sepantasnya dia bertanya bukan?.

"Pekerjaan. Mungkin sekitar dua mingguan dan selama itu aku mungkin tidak bisa sering-sering menghubungimu, sayang.." sorot sedih terlihat jelas dimata Briyant.

The Black RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang