Chapter Empat - Tentang Wanita Itu

5.5K 483 23
                                    

Clair berdiri tegas tanpa ekspresi apapun ketika penyambutan itu berlangsung. Tepuk tangan yang meriah serta segala pujian yang terdengarnya diabaikan begitu saja.

Kecantikannya memang banyak yang membuat para karyawannya terpesona dan mengundang rasa kagum dari sisi para karyawati. Memang tidak sedikit yang iri padanya, terdengar samar-samar ditelinganya.

Setelah mengucapkan beberapa kalimat formal sebagai balasan penyambutannya, acara tersebut selesai dengan cepat. Rapat penting para direksi segera dilakukan untuk mengetahui kondisi perusahaan dan pengalihan pekerjaan pada Clair.

Masih sama, ekspresi wanita itu tetap datar selama mengikuti rapat. Tapi dibalik wajahnya itu, segala ucapan yang ia lontarkan begitu tegas dan bijaksana.

Mengenai omset perusahaan yang menurun, Clair menjelaskan segala rencananya demi kelancaran dan kemajuan perusahaan.

Beberapa orang direksi yang sempat tidak yakin akan kemampuannya terbukti menatap kagum pada Clair.

Selain cantik, wanita itu sangat cerdas!

"Mari kita semua lakukan yang terbaik untuk perusahaan!"

Kalimat itu mengakhiri rapat para direksi. Clair berjalan kembali ke ruangannya. Edo yang sedari tadi diam dan hanya menemani Clair selama proses penyambutan sampai rapat mulai berbicara.

"Kau berubah. Didikan Daddy-mu luar biasa." Puji Edo.

Setelah kedua orang itu memasuki ruangan yang tidak lain adalah ruangan Clair, wanita itu tersenyum. Melepas topeng kakunya.

"Mom yang mendidikku Edo. Bukan Daddy." Jawab Clair.

Edo mengangguk dan membayangkan bagaimana Helena, Ibu Clair mendidik putrinya. Dia tidak menyangkal jika yang dikatakan Clair pasti benar adanya. Helena adalah sosok tangguh dalam memimpin perusahaan, dan karakter itu rupanya ia wariskan kepada putrinya.

Aron, Ayah Clair juga tidak bisa dikatakan orang yang biasa saja. Kekayaan keluarga Clair menyebar ke beberbagai seluruh dunia. Beruntung, Clair di didik dengan baik oleh kedua orangtuanya.

Meskipun menjadi putri tunggal keluarga kaya, wanita itu tidak pernah bersikap angkuh dan arogan serta merendahkan orang lain. Edo adalah salah satu bukti selama mengenal wanita itu sampai saat ini.

Jika Clair mempunyai sifat salah satu saja dari yang ia sebutkan tadi, jelas pria itu tidak akan mau berteman dengan wanita itu.

"Bagaimana bungaku?"

"Apa?" Edo jelas tidak mengerti kenapa topik berubah jadi bunga.

"Mawar hitam, Do." Clair mengambil sebuah buku di rak yang berada dalam ruangannya.

"Ah.. Aku hampir lupa. Belum ada kabar dari Nyonya Sophia. Apa kau ingin aku mengambilnya? Menunggu di antar mungkin agak lama."

Edo menawarkan. Clair menggeleng. "Tak usah. Biar ku tunggu saja."

Sedikit banyak Edo tahu kenapa wanita itu menginginkan mawar hitam. "Kenapa tidak pesan mawar lain saja ?" Tanpa sadar pria itu mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya. Dan sekian detik Edo langsung merasa menyesal mengucapkannya.

The Black RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang