Dua

474 23 0
                                    

Sudah satu minggu Nova berdiam diri di kamar setelah keluar dari rumah sakit. Dia masih belum menerima kalau orang tuanya telah meninggalkannya untuk selamanya. Mungkin kehilangan orang tuanya sungguh membuatnya terpukul.

Aku benci ayah dan ibu. Mereka sangat tega ninggalin aku sendiri. Aku mengusap air mataku yang selama seminggu ini selalu mengalir dipipiku. Aku bahkan belum mau makan apapun. Om Danu selalu bolak-balik ke kamarku untuk membujukku. Sehingga tidak heran berat badanku turun drastis. Untung aku memang memiliki tubuh yang yang bisa dibilang hampir mendekati gemuk jadi tidak masalah dengan berat badanku yang turun.

"Nova, ayo kita sarapan sama-sama". Bujuk Om Danu yang mendekatiku lalu duduk ditepi ranjang. "Besok kamu sudah harus sekolah lo. "Karena kamu berada di rumah sakit, jadi kamu tidak sempat ikut masa orientasi yang diadakan sekolah baru kamu".

Aku tetap bergeming. Dengan diamnya aku. Om Danu langsung berkata lagi.

"Sebelum kalian pindah kesini ayahmu telah mengirimkan berkasmu pada Om. Jadi Om yang daftarkan kamu. Pasti ayahmu sudah mengatakannya. Sekolahnya bagus lo. Kamu pasti akan suka. "Kamu tidak boleh berlarut-larut seperti ini. Ayah dan ibumu pasti akan sangat kecewa".

Iya aku harus kuat demi ayah dan ibu. Aku sudah janji pada mereka. Aku tidak boleh seperti ini. Aku harus berusaha tegar.

"Iya aku akan makan Om" ucapku lirih.

"Nah gitu dong. Akhirnya Om lega juga".

Om Danu menggandengku menuju ke meja makan. Disana sudah ada tante sintia, Rini dan Faris. Dua anaknya tersenyum padaku, berbeda dengan tante sintia yang menampilkan ekspresi datar. Entah karena tidak menyukaiku atau memang pembawaannya seperti itu. Atau mungkin karena aku numpang dirumahnya. Itulah dugaanku sementara.

"Pagi Nov" ucap Rini ramah.

"Pagi". Ucapku juga namun masih datar.

"Masih ingat sama aku ngga kak?" tanya Faris.

Aku menganguk pelan.

"Oh ya Kalian kan masuk ke sekolah yang sama. Jadi kalian bisa berangkat sekolah bareng" ucap om Danu.

"Iya dong ayah. Kan ngga mungkin aku ninggalin Nova sendiri. Apalagi dia tidak ikut MOS beberapa hari yang lalu".

Aku lagi-lagi hanya menganguk dan sedikit senyum kepada mereka.

*****

Hari ini adalah hari dimana semua siswa kembali ke sekolah setelah liburan yang panjang. Adit segera memacu motornya untuk kesekolah setelah selesai sarapan. Sementara Nova dan Rini berangkat menggunakan bus. Selama perjalanan Nova masih melamun dan Rini juga tidak mau mengganggu sepupunya itu.

Ketika lampu merah. Adit bersebelahan dengan sebuah bus yang ditumpangi Nova. Adit melihat gadis itu yang duduk dekat jendela dengan tatapan kosong ke luar bus.

"Itukan cewek yang nangis waktu dipesawat tempo hari". Seketika aku hanya memperhatikan sorot matanya yang memperlihatkan kesedihan yang begitu mendalam. Sepertinya dia memiliki masalah yang sangat rumit. "Ah lagi-lagi gue sok peduli sama orang sih".

Aku pun melajukan motorku meninggalkan bus tadi di belakang setelah lampu hijau menyala. Beberapa lama kemudian aku sudah sampai di sekolah. Segera kuparkir motorku dan berjalan melewati koridor. Aku melihat sekeliling dan menemukan Riko sudah nongkrong bersama beberapa siswa baru.

"Hey, Rik masih pagi nih. Udah mulai beraksi aja lo".

"Iya dong. Gue kan cukup populer meskipun gantengan lo sih".

I'm Agoraphobia                  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang