Enam

353 21 0
                                    

Seperti biasa setelah pulang sekolah Nova akan mengerjakan pekerjaan rumah setelah makan. Karena selama dia tinggal di rumah Om Danu dialah yang mengerjakan semua pekerjaan rumah selain memasak. Karena tante sintia lah yang melakukannya.

Memasak adalah suatu pekerjaan yang tidak bisa kulakukan. Karena sewaktu kecil ibu tidak pernah mengizinkanku untuk belajar masak. Karena aku hampir membakar rumah  ketika aku coba-coba memasak sayur kesukaanku. Dan hingga kini aku tidak pernah lagi mencoba untuk memasak.

Ketika aku sedang istirahat setelah mengerjakan semua pekerjaanku. Tiba-tiba Rini masuk tanpa mengetuk pintu. Kemudian menutup pintu dengan rapat. Dan langsung duduk di atas ranjang berhadapan denganku.

" Nov, apa yang lo dapetin hari ini adalah sebuah peringatan. Jadi berhenti menjadi orang lain. Jadilah dirimu sendiri. Ucap Rini to the point dengan suara yang agak dikecilkan.

" Maksudnya? Aku mengerutkan dahi heran dengan sikap Rini.

" Gue tau lo kaya gitu supaya ngga mau dibilang lemah kan? Dan gue bicara seperti ini sama lo karena gue peduli sama lo. Ekspresinya terlihat serius.

" Bukannya lo itu ngga suka sama gue? Tanyaku bingung.

" Maaf itu karena ibu, dia ngga suka kalau aku akrab sama kamu. Dan aku melakukannya untuk menjaga perasaan ibu.

" Jadi kamu... aku tidak melanjutkan kata-kataku karena Rini sudah memelukku.

" Gue minta maaf Nov, hari-hari lo pasti berat selama di rumah gue dan di sekolah juga gue pura-pura ngga kenal lo. Dan lo tau gue termasuk genk nya Devi. Gue sengaja ngga kenal sama lo karena dia ngga suka para pengikutnya dekat-dekat dengan orang lain. Rini pun ikut menangis.

" Rini. Teriak tante Sintia memanggil anaknya.

Buru-buru Rini mengusap air matanya dan melepaskan pelukannya. Dan segera turun dari ranjang dan berdiri.

" Gue pergi dulu. Ucapnya lalu melangkah keluar.

Aku sangat senang ternyata Rini tidak membenciku seperti ibunya. Dan ini membuat sedikit bebanku berkurang.

*****

" Iya bu ada apa? Ucap Rini ketika sudah berada di depan ibunya.

" Ambil uang ini dan berikan pada Nova untuk membelikan ibu benang jahit warna merah. Karena punya ibu sudah habis.

" Tapi Nova pasti tidak tau dimana tokohnya bu. Ucap Rini agak takut.

" Dia pasti tau kalau nama tokohnya kamu beritahu. Sudah cepat sana jangan membuang waktu ibu.

Rini memandang ibunya dengan pasrah. Kenapa ibu harus sekejam ini pada keponakannya. Apa salah Nova sehingga harus menerima semua ini. Coba kalau ayah tahu.

" Nov, ibuku minta tolong dibeliin benang jahit warna merah. Tokohnya ada di perempatan jalan. Nama tokohnya "Tokoh Ceria" disitu ada dijual benang jahit. Maaf kalau merepotkan. Dengan ekpresi merasa bersalah sambil menyodorkan selembar uang seratus ribu.

" Ngga apa-apa kok. Berapa banyak? Tanyaku sambil tersenyum.

" 5 buah.

" Baiklah aku pergi. Setelah merapikan rambut dan mengganti pakaianku.

" Hati-hati.

Aku pun berjalan menuju perempatan jalan. Aku memperhatikan sekeliling melihat tokoh-tokoh di pinggir jalan. Terlihat banyak warung makan dan berbagai macam tokoh serta restoran mewah. Untung menjelang sore jalan yang kulalui sedikit sepi. Dan kalau dipikir-pikir selama aku pindah ke surabaya aku mulai terbiasa dengan lingkunganku. Mungkin sebentar lagi phobiaku akan hilang.

I'm Agoraphobia                  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang