Delapan

367 19 0
                                    

Setelah Nova sadar disampingnya sudah ada Niken. Seperti biasa dia duduk di kursi samping ranjang sambil membaca sebuah buku.

Ketika dia melihatku sudah sadar diapun langsung menutup bukunya.

" Kenapa pingsan lagi? Tanyanya sambil menyunggingkan senyum khasnya.

Tetapi sebelum aku menjawab dia sudah bicara lagi.

" Tidak sarapan lagi ya. Mencoba menerka.

Aku menarik napas lalu berbicara.

" Kalau gue cerita sama ka Niken, kakak ngga boleh ya cerita sama siapapun. Kataku serius.

" Hm, iya gue janji ngga akan cerita. Ucapnya bersungguh-sungguh.

" Sebenarnya gue ini seorang Agoraphobia. Gue ngga bisa kalau berada di antara orang-orang banyak. Itu membuatku panik lalu pingsan. Dan dua minggu kemarin aku minta izin untuk tidak mengikuti upacara hari senin. Dengan alasan tidak bisa berdiri terlalu lama karena punya kelainan pada betis. Untung saja wali kelasku memperbolehkan untuk tetap dikelas.

" Jadi kemarin itu lo bohong kalau ngga sarapan pagi?

" Iya terpaksa, bukan cuma sama kakak kok. Gue udah banyak bohongin orang. Ucapku sedikit tersenyum.

" Terus orang tua lo ngga ngajak lo ke psikolog? Buat cari cara supaya lo bisa sembuh.

Pertanyaan Niken membuatku harus menelan ludah. Dan sesaat membuatku diam dan membuat mataku berkaca-kaca. Akhir-akhir ini aku berusaha tidak mengingat mereka agar aku lebih tegar.

" Kenapa menangis? Tanya Niken tampak khawatir.

" Mereka udah ngga ada. Mereka meninggal pada saat kecelakaan ketika aku pindah kesini. Ucapku sambil menahan tangis yang membuat dadaku sesak.

" Maafin gue. Gue ngga tahu kalau orang tua lo udah meninggal. Sekali lagi maaf. Niken pun memelukku.

Tanpa mereka sadari ternyata sedari tadi ada seseorang yang berdiri dibalik pintu. Dia adalah Aditia. Dia berdiri sejak tadi mendengarkan semuanya.

*****

Adit terpaksa memutar balik badannya untuk menjauh dari ruang UKS. Dan dia juga berpapasan dengan Robby dan Dhea yang mau menuju UKS. Adit tidak menghiraukan mereka dan tetap berjalan dengan ekspresi dingin.

Aku tidak menyangka kalau dia semenderita itu. Aku menyesal tidak pergi melihat kecelakaan yang terjadi pada waktu itu. Dan aku juga menyesal tidak tersenyum padanya di pesawat itu. Di pesawat itu dia masih terlihat polos dan sekarang aku tau kenapa dia terlihat begitu jutek. Keadaanlah yang mengubahnya, dia berusaha menunjukkan pada orang-orang kalau dia itu tidak lemah.

Aku pun segera mengambil motorku diparkiran dan melesat pergi meninggalkan sekolah.

Ketika sampai dirumah aku langsung masuk kamar. Dan duduk memikirkan apa bisa kulakukan untuknya. Sepertinya dia sangat begitu menderita selama orang tuanya meninggal. Aku mungkin bisa membantunya untuk sembuh dari phobianya.

Aku pun mengambil ponsel dan membuka google. Lalu aku mengetikan Agoraphobia di kolom pencarian. Setelah itu aku membuka salah satu hasil dari pencarianku. Disana tertulis apa itu agoraphobia, apa penyebabnya, bahayanya dan cara mengatasinya. Setelah itu aku lebih fokus pada cara mengatasinya disana ada beberapa cara diantaranya hadapi tantangan anda, kenali diri anda, rasakan adrenalin, atasi dan jadilah lebih kuat.

Aku memutuskan untuk menggunakan cara menghadapi tantangan. Aku pikir aku bisa menggunakan cara itu.

" Dit, tumben kamu belum makan? Tanya mama tiba-tiba muncul di ambang pintu.

I'm Agoraphobia                  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang