Aku tak tau kenapa Sinar begitu tak suka dengan diriku, apa mungkin karena almarhum suaminya dulu? Apakah Sinar masih menyukai dirinya, apakah diriku sudah tak pantas untuknya
"Ada apa denganmu Sinar, aku yang dulu selalu menyukai dirimu, dari pertemuan pertama kita sampai sekarang kamu punya anak aku tetap menyukai dirimu" aku berjalan kehadapan Sinar yang sedang duduk di tempat tidur Satria
Kulihat Sinar menundukkan kepalanya sambil menitikan air matanya, aku tak tau apa yang berada dipikiran Sinar, aku cape, aku lelah dengan segala penolakan Sinar
"Maaf Mas, ada satu alasan yang membuatku menolak menikah, a...kku maaf Mas" Sinar terus saja menundukkan kepalanya tak mau menatapku
Semua yang berada di ruangan ini seperti orang tertidur saja tak ada suara yang kudengar, aku memandang ayah dan ibuku, kulihat ibuku menganggukkan kepalanya
Dia menedorong sendiri kursi rodanya ke tempat tidur Satria "bisakah kamu menjelaskan apa yang membuatmu menolak Uya Sinar?" tanya ibuku memegang tangannya aku terus saja menunggu jawaban Sinar
"Bunda, kami menyukai Om Surya kok, kami juga ingin punya ayah, kakek dan nenek, iyakan Bima" Bima menganggukkan kepalanya "kalau aku terserah Allah saja hihihi" Bima cengigiran membuat Sinar tersenyum sambil menepuk nepuk kepala Bima
"Mas aku sudah lelah, insyaAllah besok kita ketemu bicarakan semuanya" Sinar mulai menatapku sebentar dan beralih menatap Ibuku sambil tersenyum
"Tapi Sinar ak" belum selesai aku bicara ayahku menepuk bahuku
"Sudahlah Uya, besok saja, lihatlah kondisi Sinar" aku menatap Sinar dan melihat kondisinya yang kacau itu
"Baiklah, Sinar aku menunggu jawabanmu" Aku lalu meninggalkan dirinya, tanpa menatap wajahnya yang manis itu, aku merasa putus semangat ditolak, ditolak dan ditolak lagi
***
Mentari sudah menampakkan Sinarnya, suara adzan subuh telah berkumandang, kulihat ayah dan ibuku masih terlelap mungkin mereka sangat lelah dengan urusanku, saat ini aku berada di ruang rawat ibukuSekarang sudah jam setegah lima pagi, dan jam 8 aku harus ke kantor, ketemu sama Sinar kapan? Entahlah
"Ayah, Ayah bangun dong, ini sudah pagi, udah mau shalat" aku menepuk lembut tangan Ayahku"
Alisnya mengerut dan mungkin dia tak nyaman, kutepuk lagi wajahnya"Ayah"
"Hmmm...kamu diluan aja dulu, Ayah tutup mata sebentar, nanti kita ketemu di masjid yah" setelah mengucapkan kata kata itu, dia lalu membalikkan badannya membelakangiku
Perjalanan ke ruang ibuku dengan musholla rumah sakitnya tidak terlalu jauh, hanya menuruni tangga saja dan berjalan sebentar dan sampai lah kita
"Om Surya" aku membalikkan badanku, dan ternyata ada Sinar bersama Bima dan Andri aku tersenyum menatap Bima dan Andri sedangkan Sinar entahlah, aku seperti marah dengan dia, dia tak menyukaiku,
Bima dan Andri berlari sambil merentakan tanganya mereka memeluk pingang ku, aku lalu berjingkok untuk mempermudah mereka memelukku kulihat Sinar menatapku dengan sendu
"Kalian mau shalat juga?" tanyaku dan mereka mengangguk sambil tersenyum
"Om Sulya yang jadi imam yah, Andli bosen dengel sualanya Bima sama satlia ih jelek bagusnjuga sualanya andli" Andri mulai berceletuk sambil membanggakan diri
Aku hanya tertawa ku gandeng tangan mereka berdua dan mulai berjalan beriringan " Bunda Sini pegang tangannya Bima" Bima membalikkan badannya, kulihat Sinar sudah cukup jauh di belakang
"Nggak usah Nak, kita nggak cukup jalan berempat, kalian diluan saja" Sinar menghentikan langkahnya menatapku sejenak
" kok gitu Bun cukup kok"Bima lalu berlari kebelakang mengandeng tangan Sinar dan bejalan ke sampingku Bima lalu mengandeng tanganku, jadilah keluarga bahagia hihihi.

KAMU SEDANG MEMBACA
sinar surya
AcakPertemuan dengan calon dokter berkerudung merah jambu itu menambah anggunnya dirinya. Membuat surya yang merupakan anggota korps brigade mobil, atau bisa disebut dengan brimob jatuh cinta pada pandangan pertama. Senyumannya yang manis, wajahnya yang...