"Thanks Ben."
Viola dan Beny sudah ada di depan hotel sekarang. Waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam. Sebentar lagi Keo pulang.
"Hati - hati." Ben berjalan meninggalkan hotel, menengok sebentar lalu tersenyum pada Viola.
Viola masuk ke dalam hotel. Tersenyum pada office boy yang menyapa nya. Lalu masuk ke lift menuju kamar hotel.
Viola merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Hari ini sangat lelah. Walaupun hanya berkeliling Big Ben tapi rasanya sangat lelah. Namun, Viola sangat senang karena bisa berjalan - jalan di London hari ini.
Viola mengistirahatkan tubuhnya sekitar lima menit, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk berendam air hangat.
Tak lama kemudian, Keo pulang. Melepas mantelnya kemudian merebahkan diri di sofa.
"Hai." Sapa Viola dengan nada riang.
"Tumben lo senyum - senyum gitu."
"Lagi seneng."
"Pasti gara - gara Ben ganteng ya." Pipi Viola memerah.
"Ih apaan sih, ngga." Viola menutup pipi nya dengan ke dua tangan.
"Alah boong. Gue tau ko dia ganteng, tinggi, cewe kaya lo pasti suka liat dia."
"Ya suka sih, dia baik, tapi suka karna temen ya."
Keo memasang wajah meledek.
"Lo udah mandi?" Viola mengangguk.
"Gue mandi dulu deh."
***
Beberapa menit kemudian, Keo sudah keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Viola masih terus fokus pada handphonenya.
"Pergi kemana aja tadi?" Tanya Keo. Viola tersenyum.
"Peka banget sih, Kak. Baru aja gue mau cerita." Viola menegakan tubuhnya, menghadap Keo.
"Lah gue emang peka."
"Tadi gue ke Big Ben. Terus makan. Udah sih gitu doang, tapi seneng. Kakak harus kesana."
"Ya nanti kapan - kapan. Bulan ini gue sibuk banget." Keo menghela nafasnya.
"You're the best brother in the world for me." Viola memeluk Keo, lalu mencium pipi nya.
"Apaan sih geli gue. Sana ah."
"Ih jahat."
"Bodo ah. Gue laper, masakin ramen sana."
"Lah lo gue?"
"Yaiyalah, lo kesini ngapain kalo bukan jadi babu."
"Kampret lo ah, merusak moment liburan gue tau ga."
"Buruan."
Viola menghela nafasnya. Ia segera berlari ke dapur kecil yang disediakan. Memasak ramen instan yang di beli nya dari Indonesia kemarin.
Beberapa menit kemudian, Viola kembali ke kamar sambil membawa mangkuk ramen panas dan air putih. Lalu memberikannya pada Keo.
"Nah gini dong, di ajak kesini jadi ada gunanya." Keo menerima ramen dari tangan Viola.
"Kampret lo."
"Lo udah makan?"
"Udah."
"Besok rencananya mau kemana?" Tanya Keo sambil memakan ramennya.
"London Eye, maybe. I don't know."
"Kamu harus kesana pas malem juga. Katanya sih lebih keren."
"Gue tau kali. Ben udah kasih tau gue."
"Really?" Keo memasang ekspresi menggoda, membuat Viola kesal. Ia melempar bantal yang ia peluk pada Keo. Membuat ramennya hampir tumpah.
"Untung ga tumpah. Lo sih ah."
"Lo tuh nyebelin."
Selalu begini. Tiada hari yang mereka lewati tanpa berdebat. Berdebat hal yang tidak penting sama sekali. Bahkan mereka pernah berdebat soal siapa yang menjatuhkan bantal di sofa apartemen. Kurang kerjaan bukan?
"Ada cewe London yang lo taksir ga Kak?" Tanya Viola, membuat Keo hampir tersedak.
"Lah kenapa?"
"Kenapa nanya gitu?"
"Loh emangnya salah ya?"
"Ya ngga sih."
"Jadi ada ga?" Viola menaik turun kan alis nya, menggoda Keo.
"Kepo lo ah." Keo berjalan ke dapur kecil untuk menyimpan mangkuk ramen.
"Kalo lo jawab gitu berarti ada dong ya? Wahh, abang gue demen nya cewe bule ternyata."
"Ngaco lo ah."
"Loh kok ngaco sih? Ya ngga lah. Atau jangan - jangan kakak kesini buat nemuin cewe itu ya? Makanya aku ga boleh ikut?"
Keo semakin kesal dengan Viola.
"Heh, anak kecil, udah tidur aja lo sana ah. Rusuh banget sih."
"Iih." Viola menggembungkan pipi nya.
***
Pagi ini cuaca cukup cerah, tidak terlalu dingin. Viola sudah bangun pukul 6 pagi. Keo pun sudah berangkat. Viola sudah siap dengan pakaiannya.
(Anggep aja pake mantel juga ya)
Viola menunggu Ben di kamar. Laki - laki itu bilang ia akan menjemput Viola pukul setengah 8 pagi. Itu artinya Ben akan datang setengah jam lagi.
Viola bingung mengatasi rasa bosan nya. Ia sudah tidak sabar untuk menikmati keindahan kota London. Pasti hari ini akan semakin asik.
Viola menatap kota London dari balik jendela kamar nya. Ia senang mendapat kamar di lantai yang tinggi, membuat ia dengan mudah melihat kota London kapan pun ia mau.
Viola tersenyum. Impian yang ia dambakan sejak kecil sudah terwujud sekarang. Kota impiannya. Kota favoritnya. Kota yang selalu ia bayangkan melihat langit yang sama dari negara yang berbeda.
***
Ada yang mau nebak nebak konfliknya gimana? Vote and comment ya☺ thank youuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
The Uniqueness of You
Teen FictionLondon i'm cominggggg! Liburan ke London hal yang paling menarik dalam hidup Viola. Itulah kota impiannya. Sejak kecil, Vio sangat mencintai London. Dan sekarang, kakak nya, Keo mengajaknya ke kota itu. Namun, disana Keo bukan untuk liburan. Keo ad...