Beberapa menit kemudian mereka tiba di gedung tempat kelas balet Olive. Mereka tiba tepat waktu. Olive langsung bergegas menuju ruang ganti untuk mengganti pakaiannya. Viola dan Ben menunggu mereka di depan panggung. Ruangan ini masih berantakan. Mereka duduk bersebelahan.
"Waktu kecil, aku pengen banget jadi penari balet. Tapi susah belajar." Ucap Viola.
"Jadi kamu gak jadi belajar?" Viola mengangguk.
"Kalau Olive memang sudah suka balet dari umurnya empat tahun. Ibuku yang sering menunjukan video - video orang nari balet. Waktu umurnya tujuh tahun dia kesini deh."
"Berarti dia ikut kelas ini udah lama ya."
"Sekitar tujuh tahun." Viola mengangguk - anggukan kepalanya. Dalam pikirannya, ia membayangkan bagaimana jika yang berdiri dipanggung mengenakan baju ballerina itu adalah dirinya. Tapi itu tidak mungkin.
"Di Indonesia gak ada yang marah kamu disini sama aku terus?" Tanya Ben. Viola menoleh.
"Yang marah?"
"Your boyfriend." Viola tertawa.
"I don't have a boyfriend."
"Really?"
"Of course ya. Why?"
"Nothing."
Viola tidak menanggapi Ben. Pandangannya fokus pada para penari balet di depannya. Mereka sangat cantik. Ditambah lagi gaun indah yang mereka kenakan. Mereka menari dengan lihai. Kaki jenjangnya melompat kesana - kemari dengan anggun. Tangannya dengan lembut digerakan. Seirama dengan musik.
Tarian Olive sangat indah. Begitu juga dengan teman - temannya yang lain. Mereka begitu kompak menari. Sangat indah memang. Pelatihnya pun membimbing mereka dengan sabar. Walaupun tidak jarang ada gerakan yang salah. Ben bilang, pelatihnya bernama Erica. Tubuhnya langsing, tidak terlalu tinggi, kulitnya putih, rambutnya coklat.
"Ayahnya orang indonesia, loh."
"Oh ya? Pantas saja tidak terlalu asing." Ben mengangguk.
"Dia pernah tinggal di Indonesia waktu SMA." Viola mengangguk - anggukan kepalanya.
"Kok kamu tau?"
"Temanku dari kecil."
"Your girlfriend, huh?" Ben tertawa.
"Bukan, dia lebih tua dari aku. Aku gak suka perempuan yang lebih tua."
"Terus, kamu pacar siapa?" Ben kembali tertawa.
"Pacar nya guling." Kini Viola yang tertawa.
***
Sekitar beberapa jam mereka disana. Sekitar pukul tiga sore, Olive selesai latihan. Viola sempat berkenalan dengan Erica sebentar saat pamit. Mereka memutuskan untuk kembali ke rumah Ben. Ben mengajak Viola makan di rumahnya. Viola sempat menolak, namun akhirnya setuju karena Olive memaksanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Uniqueness of You
Teen FictionLondon i'm cominggggg! Liburan ke London hal yang paling menarik dalam hidup Viola. Itulah kota impiannya. Sejak kecil, Vio sangat mencintai London. Dan sekarang, kakak nya, Keo mengajaknya ke kota itu. Namun, disana Keo bukan untuk liburan. Keo ad...