Tak terasa sudah hampir sepuluh hari Viola dan Keo di London, dan itu artinya malam ini adalah malam tahun baru. Siang ini, Viola dan Keo berjalan - jalan di sekitar hotel. Mereka mencari makanan untuk di bawa ke rumah Ben sebagai oleh - oleh.
London sudah ramai, banyak hiasan tahun baru di toko - toko. Malam ini pasti akan sangat mengasyikan. Kembang api silih berganti menghiasi gelapnya langit malam. Itu pasti menakjubkan.
"Lo ada ide kita mau beli apa buat dibawa ke rumah Ben nanti malem?" tanya Keo. Viola berpikir sebentar.
"Makanan ringan. Disana ada super market kalo gak salah." Viola menunjuk ujung jalan dengan dagunya.
"Mau pizza gak?" Viola mengangguk semangat.
"Mauuu."
"Kalo gitu kita ke super market dulu, abis itu baru kita ke restaurant pizza." Viola mengangguk.
***
Viola memilih banyak makanan ringan. Mini troli yang ia bawa sudah setengah penuh. Ada keripik, coklat, permen, buah dan makanan lainnya. Viola bilang Ibunya Ben pasti akan sangat senang mendapatkan banyak makanan begini. Keo hanya menurut. Setelah selesai, Keo membawanya ke kasir lalu membayarnya.
"Lo kayaknya seneng banget, kenapa? Mau ke rumah Ben ya?" Keo menaik - turunkan alisnya lalu mencolek dagu Viola. Viola menghindar.
"Apa sih. Ngga ya, gue itu seneng bukan gara - gara itu doang. Disana juga ada Olive ada pelatih balet nya Olive juga loh. Lo inget kan, Kak?" Keo tampak mengerutkan dahinya.
"Itu loh yang bantuin gue nyari Ben waktu di London Bridge. Yang Ayahnya orang Indonesia."
"Oh dia. So akrab banget sih lo."
"Yee, mau - mau gue dong. Dia nya juga biasa aja, kenapa lo yang sewot?"
"Terserah."
"Kayak cewek lo ngomong terserah. Itu tu kata - kata spesial nya cewek tau."
"Terserah."
"Ih."
***
Viola membuka kopernya saat sudah sampai di hotel. Mencari baju yang sekiranya cocok dipakai untuk nanti sore. Sore nanti, Ben akan menjemput mereka ke Hotel. Keo memperhatikan Viola sambil memakan pizza yang sebelumnya sudah ia beli.
"Apaan sih lo ngeliatin gue terus? Gue tau gue cantik, tapi jangan ngeliatin gitu juga dong."
"Dih, so ngartis lo."
"Terus ngapain ngeliatin gitu?"
"Heran aja, makin hari lo makin nunjukin kalo lo suka sama Ben."
"Ih? Ya ngga lah. So tau lo."
"Heh gue tau ya mana orang yang lagi jatuh cinta atau ngga."
"Emang lo pernah suka sama cewek? Oh iya pacar lo kan si L."
"Lah siapa lagi itu?"
"Tuh." Viola menunjuk lapton Keo dengan dagunya.
"Ini sih istri gue."
"Yaelah abang gue mulai gila gara - gara gak ada cewe yang naksir sama dia."
"Seenaknya lo. Di kantor banyak cewe yang suka sama gue. Cewek bule pada ngejar - ngejar gue. Tapi gue gak mau, gue setia."
"Sama istri lo itu? Laptop?"
"Sama dia."
"Jeng jeng jeng, siapakah dia nya?" Viola menggunakan nada seperti acara gosip di TV.
"Lo tau gak siapa?"
"Siapa?" Viola berdiri, duduk disamping Keo.
"Justin." Keo berbisik.
"Najis lo! Gue gamau punya kakak yang ga normal!"
Keo tertawa.
"Ya bukan lah gila aja lo."
"Eh tapi gapapa deng, kayaknya Justin cocok jadi istri lo. Serasi."
"Vio!"
***
'Aku udah di depan Hotel :)'
'Okay.'
Viola menutup handphone nya. Memberitahu Keo bahwa Ben sudah sampai. Mereka memakai mantel dan penutup kepalanya. Lalu membawa makanan yang sudah mereka bawa. Mereka berjalan keluar kamar, menuju lift untuk turun ke Lobby.
"Hai, Ben." Viola tersenyum saat melihat Ben sedang duduk di bagian depan mobilnya.
"Hai. Ayo masuk. Dingin." Ben menggosokan kedua telapak tangannya. Keo dan Viola mengangguk. Mereka masuk ke dalam mobil Ben.
"Udah banyak yang dateng?" Tanya Keo menggunakan bahasa Indonesia.
"Belum, lagian yang aku undang cuma kalian dan tetangga ku."
"Erica ya?" Ben mengangguk.
"Ibu masak banyak hari ini."
"Pasti akan sangat menyenangkan malam ini." Ben mengangguk.
"Ben, Viola selama ini gak pernah nyusahin kamu kan?" tanya Keo.
"Aku mana pernah bikin susah Ben, iya kan?" Ben mengangguk.
"Tuh liat."
"Bagus deh kalo gitu." Ben kembali mengangguk.
"Oh iya, nanti jam tujuh malam, kita langsung nonton pentasnya Olive ya?"
"Oh iya hari ini ya. Aku sampai lupa." Viola menepuk dahinya.
"Keo, Olive udah minta tambahan tiket untukmu."
"Thanks. Aku jadi banyak ngerepotin. Tapi yang paling ngerepotin sih anak ini." Keo meliri Viola.
"Ih apa sih, rusuh lo." Ben tertawa.
"Dia gak bikin repot sama sekali kok."
"Tuh denger. Gak usah so tau makanya."
Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai di rumah Ben. Mereka masuk ke dalam rumahnya. Dari arah dapur, Anna menyambut mereka. Apalagi kedatangan Keo. Dia sangat senang melihat Keo lagi. Keo hanya tersenyum.
"Kamu masih pacaran dengan Audy?" Tanya Anna. Keo tertawa pelan lalu menggeleng.
"Why?"
"Oh iya, ini Tante, aku sama Viola bawa makanan. Buat camilan nanti malam." Keo mengalihkan pembicaraan, lalu memberikan makanan itu pada Anna.
"Thank you so much. Padahal sudah banyak makan disini."
"Gapapa."
"Oh kamu Keo." Terlihat John dengan jas nya. Menghampiri Keo.
"Akhirnya kamu kesini juga."
"Olive mana?" tanya Viola.
"Dia udah di gedung pertunjukan. Sebentar lagi kita berangkat. Aku harus mengganti baju. Tunggu sebentar ya."
Mereka menunggu Anna dan John. Setelah mereka kembali, John mengemudikan mobil menuju gedung pertunjukan.
Banyak yang menghadiri pertunjukan itu. Bahkan ada penari ballet terkenal asal London. Viola tersenyum saat di depan pintu masuk ada beberapa wanita berkostum angksa membagikan bando angsa pada pengunjung remaja wanita dan anak - anak.
Viola tersenyum saat mendapatkan bando itu. Ia melepaskan topi nya lalu memakai bando itu. Ben tersenyum melihatnya. Lalu mengajak nya masuk.
Pentas akan di mulai beberapa menit lagi. Mereka menempati kursi beberapa baris dari depan. Saat musik mulai mengalun, Viola hanya fokus pada panggung sambil tersenyum.
Ben melirik Viola, lalu tersenyum.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Uniqueness of You
Teen FictionLondon i'm cominggggg! Liburan ke London hal yang paling menarik dalam hidup Viola. Itulah kota impiannya. Sejak kecil, Vio sangat mencintai London. Dan sekarang, kakak nya, Keo mengajaknya ke kota itu. Namun, disana Keo bukan untuk liburan. Keo ad...