Beny

37 2 5
                                    


Kapsul mulai bergerak turun. Saat itu Viola baru mengarahkan padangannya pada Ben. Mata Viola berbinar. Kedua ujung bibirnya naik ke atas, membentuk sebuah senyuman yang manis. Ben menatap Viola sambil tersenyum, seolah berbicara 'keren kan?'. Viola mengangguk. Dan saat kapsul benar - benar di bawah dan sudah di perbolehkan untuk keluar, Viola tertawa senang.

"Keren banget. Aku belum pernah seseneng ini sebelumnya."

"Lain kali kamu harus kesini waktu malam hari. Dijamin lebih keren." Ucap Ben. Viola mengangguk.

Jam tangan Viola sudah menunjukan pukul 11 siang waktu London. Udara semakin dingin. Ya walaupun tidak sedingin kemarin. Namun matahari saat ini cukup menghangatkan, sehinga tidak terlalu dingin.

"Ada ice cream disana, kamu mau?" Ben menunjuk ke sebuah mini bus cantik yang menjual ice cream berbagai rasa. Dan sangat unik kalau dilihat dari pilihan menu nya. Viola mengangguk antusias.

Mereka berjalan menghampiri mini bus itu. Lucu sekali. Mini Bus yang berwarna ceria pasti banyak pengunjung London Eye yang tertarik untuk membeli ice cream disini. Viola tidak peduli dengan cuaca dingin ini. Kapan lagi ia mencoba ice cream mini bus begini kan? Sangat langka. Apalagi ia memakan ice cream dengan pemandangan London Eye yang indah.

"Kamu mau yang mana?" Tanya Ben. Viola berpikir sebentar. Banyak ice cream yang lucu disini. Sampai akhirnya ia menujuk ice cream dengan waffer dan marshmallow di atasnya.

"Ada banyak rasa ice cream, mau rasa apa?" tanya penjual itu.

"Vanilla." Penjual itu mengangguk.

Mereka duduk di kursi kecil yang disediakan toko ice cream unik itu. Mata Viola masih mengagumi keindahan London Eye.

"Andai aja Jakarta sedingin ini, indah kali." Ucap Viola. Ben menoleh.

"Aku dengar Jakarta panas ya." Viola mengangguk.

"Dan terkenal dengan macet. Aku baca di internet."

"Ya, apalagi kalau waktu pulang kantor. Bisa - bisa yang harusnya sampe tujuan dua jam bisa sampe empat jam. Kadang lebih."

"Ohya?" Viola mengangguk.

"Tapi hidup disana enak kan?"

"Ya setiap negara atau kota kan punya khas nya masing - masing. Kalau aku disuruh pilih, aku lebih baik tinggal di Bandung. Sama Mama dan Papa. Tapi Kak Keo bilang aku harus di Jakarta buat temen di apartemen. Kalau aku ngerasanya bukan jadi temen sih, jadi pembantu." Ben tertawa.

"Kalau kamu, tinggal sama siapa disini?"

"Sama orang tua ku, ada adik ku juga. Masih SMP."

"Perempuan?" Ben mengangguk.

"Kamu harus ajak dia jalan - jalan sama kita besok." Ben tertawa.

"Dia jarang keluar rumah. Tapi nanti coba aku ajak ya." Viola mengangguk.

Pelayan ice cream memberikan dua ice cream pada Ben. Ben memberikan pesanan Viola padanya. Lalu mengeluarkan dompet, membayar ice cream dengan uang pas.

"Thanks. Jadi banyak kamu yang traktir aku." Ucap Viola sambil menjilat ice cream nya.

"Gapapa. Lagian itung - itung aku juga liburan."

"Ohiya, habis ini kita keliling daerah sini ya? Sepertinya asik." Ben mengangguk.

***

Selesai makan ice cream, Ben dan Viola berjalan - jalan di sekitar London Eye. Mereka melewati banyak restaurant dan toko pernak - pernik. Viola langsung senang ketika melihat toko pernak - pernik khas London. Ia langsung mengajak Ben masuk ke dalamnya. Pandangannya langsung tertuju pada gantungan kunci dan tempelan kulkas. Ada yang berbentuk Big Ben, London Bridge, London Eye dan banyak lagi. Viola mengambil beberapa gantungan kunci dan tempelan kulkas. Lalu membayarnya.

The Uniqueness of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang