Pertunjukan akan segera di mulai. Para penonton sudah memenuhi kursi penonton. Viola sangat senang karena ia beruntung mendapat kursi ketiga dari depan. Sehingga ia bisa dengan jelas menonton pertunjukan yang akan di mainkan Olive. Ini pasti bakal lebih keren dari yang gue liat kemarin pas mereka latihan, pikir Viola.
Bando angsa yang ia pakai membuat Ben, yang duduk disampingnya, gemas. Ingin rasanya ia mencubit pipi tembam Viola. Mata Ben tidak teralih dari pemandangan disampingnya, Viola. Viola yang tak sadar diperhatikan Ben, justru tersenyum saat pertunjukan dimulai. Seutas senyum tidak pernah hilang menghiasi wajahnya saat pertunjukan dimulai.
Senyumnya semakin merekah saat Olive masuk ke dalam panggung dan mulai menari dengan sangat anggun. Gaun ballerina berwarna putih yang ia kenakan sangat pas untuk bentuk tubuhnya yang kurus. Gerakannya sangat lembut. Kaki nya bergerak kesana - kemari dengan lincah.
Ini pertama kali nya Viola menonton pertunjukan ballerina. Ternyata sangat menakjubkan. Ia menyesal saat beberapa kali teman - temannya mengajak Viola untuk menonton pertunjukan ballerina, tetapi ia menolak. Viola pikir pertunjukan ballerina hanya sesuatu yang membosankan. Tapi, sekarang pikiran itu terbuang jauh - jauh dari pikiran Viola.
Mungkin selama beberapa minggu di London, itu akan menjadi hari - hari terindah Viola. Terutama bertemu Ben, itu adalah salah satu keberuntungan bagi Viola. Ia senang Keo mengenalkannya pada Ben.
Satu jam kemudian, pertunjukan selesai. Orang tua Ben, Ben, Viola dan Keo menyusul Olive di ruang ganti. Orang tua Olive langsung memeluk anak perempuannya itu. Lalu, Ben mengusap gemas rambut adiknya itu.
"Good job."
"Thanks."
Viola terharu melihat keakraban Ben dan Olive. Ia senang melihat keluarga Ben bahagia. Betapa beruntungnya Anna dan John memiliki dua anak yang memiliki bakat luar biasa.
"Itu tadi keren banget, Olive. Aku suka banget."
"Thank's, Viola. Aku seneng kamu bisa dateng sama Keo." Viola tersenyum.
"Olive, kita jadi bakar sosis malam ini kan?" Erica muncul dari balik pintu ruang ganti, menghampiri Olive. Olive tersenyum.
"Ya, kamu pulang bareng kita."
"Erica?"
Semua menghadap ke arah Keo. Viola mengerutkan keningnya.
"You know her?"
"Kita teman SMA."
"Really? I've tell you about her before."
"Keo? What are you doing here?"
"Uh, aku diajak Viola. She's my sister."
"Really? Oh my god, i don't know."
"Um, lebih baik kita megobrol di rumah. Kalian sudah selesai kan disini? Sebaiknya kita pulang sekarang. Aku sudah masak banyak makanan di rumah. Erica, kamu harus bilang makananku enak nanti." Erica tertawa mendengar ancaman Anna.
***
Sesampainya di rumah Ben, Viola melihat ada yang aneh diantara Keo dan Erica. Mereka beberapa kali mengobrol namun terlihat canggung. Viola terus memperhatikan mereka. Apa mereka ada hubungannya? Erica perempuan yang menjadi tujuan utama Keo ke London? Atau Erica adalah mantan Keo? Viola semakin curiga.
"Kamu kenapa sih?"
Viola terkejut saat Ben berdiri dihadapannya.
"Ben, kamu buat aku kaget."
"Sorry, but are you fine?"
"Yeah, i'm fine. Aku cuma heran, ada hubungan apa sih Erica dengan Keo? Mereka kayanya canggung. Kamu tau soal mereka?"
Ben terlihat berpikir sebentar, lalu menggeleng.
"Gak ada salah satu dari mereka yang pernah cerita soal ini. Kenapa kamu keliatan bingung banget soal ini? Ini kan urusan mereka."
"Iya sih."
"Lebih baik kamu temani Olive di kamarnya."
"Okay." Viola menaiki anak tangga, menuju kamar Olive.
***
"How are you?" Tanya Keo pada Erica.
"Me? I'm fine. You? Uh, kamu terlihat baik." Keo mengangguk.
"Kamu jadi penari ballet?"
"Ya, buat jadi selingan. Lagipula ini memang hobby ku dari kecil."
"Aku gak sadar kalau tadi itu kamu."
"Kamu harus kurangin waktu kerjamu. Temani Viola jalan - jalan." Keo terkekeh.
"Yes, you are right. Selama disini aku sibuk banget. Cuma libur hari ini dan besok."
"Kamu harus temani Viola jalan - jalan kalau begitu. Aku pikir dia lebih senang kalau kamu yang ajak dia jalan - jalan setiap hari."
"Oh ya? Dia jarang bilang itu. Dia lebih sering suruh aku cari pacar." Erica tertawa.
"Aku setuju."
"Setuju?" Erica mengangguk.
"Umur mu 24 tahun, sebentar lagi kamu harus udah menikah."
"Kamu sendiri belum menikah."
"Kenapa jadi bahas aku?"
"Kamu mau menikah?"
"Belum."
"Kalau begitu jangan nasehati aku soal menikah."
Erica tertawa.
"Kayaknya kita pake bahasa indonesia aja deh."
"Iya, aku juga udah lama gak pake bahasa indonesia."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Uniqueness of You
Teen FictionLondon i'm cominggggg! Liburan ke London hal yang paling menarik dalam hidup Viola. Itulah kota impiannya. Sejak kecil, Vio sangat mencintai London. Dan sekarang, kakak nya, Keo mengajaknya ke kota itu. Namun, disana Keo bukan untuk liburan. Keo ad...