6

435 71 5
                                    


Author POV

Louis memiliki luka di lehernya. Lukanya sangat lebar bagaikan sedang menganga. Di sekitar bibirnya banyak darah yang Harry yakin Louis habis habisan dipukul. Dan banyak luka di daerah muka yang membuat Harry sedikit ngilu.

Louis dengan kondisi seperti itu, ia masih menampakkan senyumnya kepada Harry. Senyum itu memiliki banyak arti, bahagia, sedih, sakit. Perasaan itu bercampur yang membuat senyum itu senyum yang sangat amat terpaksa yang pernah Harry lihat.

Dengan wajah sehabis menangis, Harry mengusap sedikit air mata yang berada di pipinya dan melihat lelaki bertopeng itu.

Topeng itu sangat aneh.

Dengan hanya berwarna putih disertai mata dan mulut yang tidak dibolongi sama sekali, tetapi Harry masih dapat melihat darah dari samping lelaki itu.

Harry tidak berjalan mendekat. Tidak.

Ia hanya berdiri di depan pintu gerbong. Beku, tidak bisa bergerak. Semua perasaan bercampur membuat ia tidak bisa berpikir jernih.

"Harry,"

Harry tidak menoleh. Ia hanya memperhatikan lantai kereta yang terdapat darah. Banyak darah dari pintu gerbong sampai tempat Louis berada.

"Aku tahu kau tidak mempunyai masalah telinga, Harry." Dengan sangat terpaksa, Harry mengangkat kepalanya untuk menatap lelaki tersebut. Pistol di tangannya ia putar terus menerus sedari tadi.

"Akhirnya, kau menemukan suamimu ini." Ucapnya sambil mendekati Louis. Lelaki itu berjongkok disebelah Louis karena Louis duduk tidak berdaya sambil bersandar di tembok.

Lelaki itu menjenggut rambut Louis. Dengan tidak ada perasaan, lelaki itu menjenggut semakin lama semakin keras.

Harry sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan lelaki tersebut. Ia berlari mendekat menuju Louis, tetapi lelaki itu justru menaruh ujung pistol di kepala Louis.

"Mendekat? Kutembak si bodoh ini." Harry langsung diam ditempat.

Lelaki itu mengelus elus pipi Louis dengan tangannya. Elusan itu berubah menjadi tamparan yang sangat kencang sampai Harry harus menutup kedua matanya untuk tidak melihat seseorang yang sangat ia sayang dilukai.

Harry mungkin berada sekitar dua meter dari tempat Louis berada, tetapi ia tidak mungkin mendekat. Ia tidak ingin melihat suaminya, ditembak seseorang yang tidak ia kenal, di depannya.

"Aku yakin kau membawa banyak uang untuk berlibur," Ucapnya sembari bangkit dari jongkoknya. Ia berjalan sedikit demi sedikit menuju Harry. Harry dengan sigap pun mundur perlahan.

"Dengan cuaca yang sedang tidak mendukung, kau memilih untuk pergi ke pantai? Bodoh." Ia menaruh pistolnya ke dalam saku jaketnya. Ia tidak memegang apa apa. Tangannya kosong. Hanya ada bercak darah belum kering di tangannya.

Harry ingin sekali melawan, tetapi ia sama sekali tidak bisa. Ia sama sekali tidak bisa bela diri dan ia harus melawan si lelaki bertopeng gila ini? Itu sangat tidak masuk akal.

"Aku yakin kau menaruh uang itu di tas hitam selempangmu,"

"di bagian paling belakang dari tasmu, bukan?"

The train 🚃 larryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang