8. Tak Bisa Berhenti Mengejarmu.

645 21 1
                                    

Jadi kamu ingin aku menjadi pembohong? Dengan berhenti mengejarmu, begitu? Maaf, tapi sepertinya aku tak bisa.

***

Hari ini Alan berulah lagi, tau gak apa ulah dia kali ini? Dia bawa sekumpulan katak yang dia taruh di toples, terus saat pelajaran lagi dimulai tiba-tiba saja dia buka toplesnya dan kalian pasti tahu apa yang terjadi.

Katak-katak itu langsung lompat-lompat, sontak hal itu membuat semua yang ada di kelas jadi berteriak histeris termasuk Bu Neng yang saat itu sedang mengajar. Bu Neng yang terkenal latah dan bahasanya yang juga ceplas-ceplos sampai naik ke atas meja saking takutnya.

Gak peduli cewek atau cowok, semuanya jadi teriak histeris. Ada yang sampai naik lemari, ada juga yang naik ke atas meja. Sementara Alan? Cowok itu sudah pergi entah kemana. Sebenarnya, Alan sengaja kayak gini karena dia pingin bolos pelajaran tanpa ketahuan—yah, walaupun nanti juga ketahuan. Saat semuanya lagi sibuk menyelamatkan diri, dia langsung lari terbirit-birit keluar kelas. Kamvreto.

Dengan berbekal beberapa bungkus kuaci, Alan naik ke atas pohon yang berada di belakang sekolah. Apa enaknya sih makan kuaci? Kenyang juga nggak, pegel iya. Dia malah santai-santai saja sambil terus makan kuaci, sesekali dia cekikikan ngebayangin semua yang ada di kelas tadi jerit-jerit nggak jelas.

Tiba-tiba Alan jadi kepikiran Shelby, dia jadi tahu soal cowok masa lalunya Shelby. Dan sekarang, satu kenyataan pahit yang dia tahu. Kalau Shelby masih suka sama cowok itu, Alan jadi mikir sendiri gimana sih tampang cowok itu. Masa sudah bertahun-tahun gak bisa move on juga?

Kenapa Alan tahu? Karena tadi pagi-pagi sekali, teman-temannya Shelby memberi tahu soal masa lalu Shelby, dan mereka berharap agar Alan bisa membuatnya melupakan cowok itu. Sontak Alan pun jadi tambah bersemangat memperjuangkan Shelby.

Tapi bukan Alan namanya kalau nurutin sesuatu secara cuma-cuma, dia gak muluk-muluk kok. Cuma minta nomor telponnya Shelby, dan dengan berat hati mereka ngasih nomor telponnya Shelby. Tapi Alan harus janji jangan memberi tahu kalau mereka yang ternyata ngasih nomor telponnya.

***

Nggak terasa, bel istirahat sudah berbunyi saja. Alan langsung turun dari pohon, lalu dia dengan santainya berjalan menuju kelas Shelby. Dia berjalan sambil bersenandung kecil dan menepuk-nepuk pahanya.

Langkahnya terhenti ketika melihat sebuah kelas yang bertuliskan Xll IPA 6. Ia melongokan kepalanya, matanya berbinar ketika melihat gadis pujaan hatinya. Dengan santainya, dia masuk ke kelas itu dan berhenti tepat di hadapan Shelby yang hendak keluar kelas.

Seperti biasa, Shelby menatapnya malas sedangkan yang ditatap hanya menyengir bodoh. Alan menggenggam tangan Shelby, langsung saja ditepis sama Shelby. "Gak usah pegang-pegang ya!" Katanya galak.

"Galak amat sih. Ya sudah, nggak mau dipegang? Berarti maunya di gendong?" Mendengar pertanyaan Alan, Shelby langsung saja melenggang pergi dan sengaja menabrak bahu Alan. Bukannya Alan yang jatuh atau sakit, ini justru malah Shelby yang kesakitan.

"Bahu lo tuh terbuat dari apa sih? Keras banget!" Sungut Shelby.

Alan terkekeh, lalu kembali menggenggam tangan Shelby. Lagi-lagi, Shelby langsung menepisnya kasar. "Gue gak mau ke kantin kalo sama lo!"

Alan mencoba menggenggam tangan Shelby lagi, tapi Shelby langsung menghindar. Alan mulai jengah, ia mengusap wajahnya pelan. Lalu tanpa ancang-ancang dia menggendong Shelby ala bridal style menuju kantin, tak peduli dengan Shelby yang terus meronta-ronta minta di lepaskan. Dia juga tidak peduli dengan teman-teman Shelby yang memandang mereka terkejut. Sekali lagi, ia tak peduli kalau sampai ada guru yang melihat mereka ataupun murid-murid yang memandang mereka shock.

Kabut LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang