"Bangun, gadis pemimpi..."ujar Alice seraya menarik tirai jendela kamarku hingga terbuka dengan suara keras. Menyebabkanku berguling bangun.
"Hmmm....aku masih ngantuk...."gumamku seraya berguling menutup mata kembali.
"Ayo hari sudah siang. Matahari sudah tinggi dan burung sudah bernyanyi di sarangnya."kata Alice membuka selimutku.
"Urgh lalu kenapa kalau burung bernyanyi. Kau terlalu banyak baca novel cinta.."kataku tertawa. Usia kami hanya terpaut 5 tahun. Tapi aku sudah menganggapnya seperti kakak sendiri. Demikian juga dengan Alice yang sudah menganggapku seperti adiknya.
"Waktunya kau Pun bernyanyi."kata Alice tertawa. "Bagaimana dengan pesta pertamamu semalam? Menyenangkan?"
Aku hanya terdiam lalu tersenyum malu seraya menunduk memainkan gaun tidur. Aku masih teringat saat berdansa dengan Henry kemarin malam. Matanya yang biru tak bisa hilang dari dalam ingatanku. Bakal kenangan akan matanya membuatku terlelap dalam tidur hingga pria itu hadir dalam mimpi. Bermimpi kami menari berdua,terus menari tanpa lelah.....
Alice mengangkat alis dengan tersenyum dan pandangan bertanya. "Ah kurasa kau menemui seseorang yang memikat hatimu?! Apakah tebakanku benar?!"
Aku hanya cekikikan sambil menutup wajah dengan tangan. Merasa malu. Alice hanya tertawa melihat tingkahku.
"Dan sepertinya Gabrielle pun sudah menemukan tambatan hatinya Bukan?!"
"Darimana kau tahu?"tanyaku seraya bangun untuk bersiap mandi.
"Ceritakan dulu tentangmu!"sahut Alice dari dalam kamar mandi yang sedang menyiapkan air ke dalam bath tub putih.
Aku masuk. Membuka baju dan masuk ke dalam bath tub berisi air hangat. Kuusap wajah sementara Alice membantu mengosok punggung.
"Hei mana ceritamu?"tanya Alice yang masih menanti. "Jangan mulai tertawa lagi...."
"Oke akan kuceritakan..." aku pun menceritakan pertemuan dengan Henry kemarin malam. dan Masih terus bercerita hingga selesai mandi, mengenakan sebuah gaun sederhana berwarna biru lembut dan membiarkan Alice menata rambutku.
Alice tersenyum mendengarkan aku yang bercerita dengan wajah berbinar. "Kau telah jatuh cinta..."gumamnya seraya menyisir rambut panjangku dan menyanggul dengan model sederhana.
Aku membelalakkan mata pada cermin dan menatap Alice. "Tak mungkin!"
"Kau boleh menyangkalnya tapi kau bercerita dengan ekspresi senang dan berbinar, Madeleine. Kalau kau tak menyukainya, kenapa kau terlihat senang?!"
Aku hanya mendengarkan dengan melongo. Masa iya aku menyukai pria itu? Ya memang sejak pulang dari pesta kemarin aku terus memikirkannya. Tapi diriku sadar usiaku masih muda. Aku pun yakin usia Henry jauh lebih tua. Dan belum tentu Henry menyukaiku. Aku hanyalah bocah kecil baginya.
Aku turun menuju ruang duduk di mana sudah terdapat beberapa orang tamu. Telingaku bisa mendengar suara orang bercakap-cakap dari balik pintu ruang duduk tersebut. Jujur aku penasaran siapa yang datang sepagi ini di hari minggu yang tenang?! Perlahan kakiku mendekati pintu hendak menempelkan telinga ke daun pintu.
"Nona Madeleine."
Aku terlonjak kaget. Kututup mulut agar tidak menjerit dan terdengar oleh orang yang berada di dalam. Kepalaku menoleh ke arah suara yang kukenal. Kepala pelayan rumah, Pierre, berdiri di belakangku sambil memegang nampan berisi makanan kecil.
"Oh hai..."ujarku malu.
"Maaf, anda menghalangi saya masuk."gumam Pierre terlihat menahan tawa karena melihat ulahku tadi.
Aku bergeser ke samping dengan malu karena ketahuan hendak menguping. Pierre membuka pintu dan aku sempat mengintip ke arah dalam. Aku melihat Gabrielle bersama ayah dan ibu berada di dalam. Tapi tak dapat melihat tamu yang duduk di seberang sofa. Aku hanya melihat wajah kakaknya yang terlihat tersipu malu.
"Siapa mereka?"tanyaku saat melihat Pierre keluar sambil menutup pintu.
Pierre menatap mimik penasaran di wajahku. "Keluarga Foster datang berkunjung, nona..."
"Apa?! Secepat itu mereka datang kemari?!!"seruku tanpa sadar berbicara dengan kencang. Lalu aku refleks menutup mulutku. Inikah yang hendak dikatakan Alice tadi? Bahwa keluarga Foster berkunjung kemari.
"Stt...nona..."
Pintu terbuka membuat kami berdua kaget. Terlihat ayahku menengok keluar dan melihatku. Oh tidak, pasti ia mendengar teriakanku tadi. Ayah pasti akan memarahiku sebentar lagi karena aku berteriak tadi.
"Hei Maddy...kau sudah bangun, ayo masuklah..."kata ayah
Aku melangkah masuk mengikuti ayah. Di sofa seberang mataku melihat Nicholas bersama orang tuanya. Ibunya seorang wanita dengan tubuh agak padat dan sorot mata lembut. Sementara ayahnya seorang pria yang berpenampilan mirip dengan ayahku. Tampak tegas namun memiliki sorot mata lembut seorang ayah.
"Ah ini pasti putrimu, Madeleine...."gumam ibu Nicholas menatapku dengan tersenyum.
Aku menyalami mereka dengan membungkukkan badanku. "Selamat pagi..."
"Sudah, tak usah formal. Sebentar lagi kita akan berkeluarga!"kata ayah Nicholas tertawa.
Aku menoleh bingung pada kakak dan ibuku. Ibu menyuruh aku duduk di sampingnya.
"Kakakmu akan segera menikah dengan Nicholas di usia 18 tahun nanti, setahun lagi.."
"Oh benarkah?!" Aku merasa senang melihat kakak yang segera menemukan pilihan prianya. Mereka terlihat cocok.
"Dan kapan debutmu, adik kecil? Kau sangat cantik seperti Gabrielle."kata ibu Nicholas.
"Ah usianya baru 16 tahun. Ia akan debut tahun depan."
"Wah pasti akan ada banyak yang menyukainya."
"Sudah ada yang menyukai dia, kalau ibu mau tahu."kata Nicholas mengedipkan mata padaku.
Oh astaga bagaimana bisa calon kakak iparku berani menggoda adik tunangannya. Bakal di depan mata Gabrielle serta keluargaku. Aku berharap ia akan ditegur oleh ayahnya
"Oh ya? Siapa?"tanya ayahku penasaran membuat diriku gugup.
"Henry Cavill. Kulihat mereka berdansa bersama dan mengobrol sebelum diganggu penggemarnya."kata Nicholas.
"Apa?! Kenapa kau tak cerita kalau kau sudah punya penggemar?"tanya Gabrielle kaget menatapku.
"Aku hanya berbicara sebentar saja dengannya, tak ada yang istimewa...."sahutku dengan muka merah padam
"Oh kau juga menyukainya, sayangku."ujar ibu Nicholas dengan wajah senang.
"Ah tidak, tidak. Itu tak benar."sahutku panik. Aku melirik dengan takut pada orang tuaku. Tapi ternyata mereka hanya tersenyum melihat reaksiku.
"Keluarga Cavill adalah keluarga yang terpandang dan terhormat. Kudoakan kau bisa berjodoh dengannya...."kata Nicholas
"Tapi Henry sudah dewasa bukan?!"kata ayah Nicholas.
"Usianya 23 tahun dan sampai saat ini setahuku ia belum menemukan wanita pilihannya meskipun banyak yang tertarik pada pria itu.."kata Nicholas seraya melihatku dengan wajah aneh. Seakan menggodaku kembali dengan sorot mata jailnya.
Menggoda calon adik iparnya, bagus sekali, batinku.
Dan kini mereka semua menjadi membicarakan diriku dengan Henry. Bukan membicarakan masa depan kakakku bersama Nicholas. Yang membuatku semakin malu hingga ingin berlari keluar dari ruangan ini.
❤️❤️❤️❤️❤️
To be continue
Thanks yang sudah mau membaca ceritaku
Jangan lupa voment nya ya
Thanks all....
KAMU SEDANG MEMBACA
Madeleine (Tamat)
Historical FictionVERSI LENGKAP SUDAH TERSEDIA DALAM BENTUK EBOOK DI GOOGLE PLAYSTORE (Versi berbeda plus extra part) Highest rank #1 at historical fiction 22 April 2017 & 3-8 Mei 2017 😘 21++ Kisah mengenai hubungan Lord Henry dengan lady Madeleine My first story fo...