13 (Edit Done)

25.5K 1.3K 33
                                    

"Hai Jack, tolong urus Millie"kata Henry pada pengurus istalnya saat ia sudah tiba di rumah. Wajahnya tampak berbinar senang setelah menghabiskan waktunya bersama Madeleine.

"Ya, my lord"sahut Jack mengambil tali kekang dari tangan Henry. Lalu ia membawa Millie ke kandang kuda.

"Tuan Henry tampak senang sekali....."

Jack menoleh. "Ah kau, Adelle. Ya, beliau baru saja mengunjungi tunangannya. Bahagia rasanya melihatnya senang seperti itu"kata Jack mengusap leher Millie dan mengajaknya masuk ke dalam kandang.

"Oh...tunangannya..."

"Rasanya tak sabar ingin menyambut majikan baru kita nanti"

"Hmmmm....ya...."sahut Adelle sambil berjalan keluar istal dengan kening berkerut. Jack melihatnya dengan heran tapi ia tidak mempedulikan, kembali sibuk dengan mengurus Millie. Adelle berjalan masuk seraya berpikir. Sejak kecelakaan Henry kecil, ia tak berani berulah. Hanya melakukan kecelakaan kecil seperti memecahkan barang mewah milik majikannya. Ataupun kejadian aneh lainnya.

"Keningmu berkerut...apakah kau sedang memikirkan hal jahat lainnya?"gumam Sam

"Astaga, Sam, kau sangat mengagetkan aku!"seru Adelle menoleh ke belakang di mana Sam sedang berdiri bersandar pada tiang pilar. Ia memegangi dadanya yang masih kaget karena kemunculan Sam yang mendadak.

"Aku tidak mengagetkanmu, kau saja yang berjalan tanpa menyadari aku yang berdiri di sini"ujar Sam berdiri mendekati Adelle

"Aku....aku tak melihatmu...."

"Karena kau sedang sibuk berpikir. Apalagi yang hendak kaulakukan?!"

"Aku tidak sedang memikirkan apapun"

"Kaukira bisa membohongiku?! Aku tahu semua ulah kecilmu selama ini"

Adelle terperangah. "Kau...kau memata-matai aku?!"

"Aku sudah berkata bahwa aku tak akan tinggal diam kalau kau berbuat macam-macam bukan?!"

"Lalu...kenapa kau tidak melapor pada duke?"tanya Adelle dengan heran. "Apa sebenarnya maumu? Kau mau mengancamku?"

"Karena aku mencintaimu, Adelle"

Adelle terkejut dengan perkataan Sam. Apa ia tak salah dengar?! Bagaimana bisa....
"Hahaha kau jangan bercanda"

"Apa kau lihat aku sedang bercanda?"tanya Sam menatap gadis di depannya.

Adelle terdiam. Ia tahu pria di hadapannya tidak sedang bercanda. Tidak ada guratan yang menegaskan bahwa ia sedang bercanda. Ia merasakan debar di dadanya.
"Kau tak mungkin..... Kita.... Usia kita sangat jauh..."

"Ya aku tahu. Itulah kenapa aku hanya memperhatikanmu dari jauh. Aku tak ingin sesuatu terjadi padamu karena dendam itu...."

"Sam..."gumam Adelle. "Ini tak mungkin, kau tak mungkin menyukaiku.."

Lalu Adelle berbalik badan serta bergegas pergi menjauh dari sana. Ia masih merasa shock atas apa yang didengarnya. Usia Adelle memang sudah dewasa, 24 tahun. Tapi Usia mereka terpaut sangat jauh, tak mungkin ia jatuh cinta pada dirinya. Sam terlalu tua baginya. Adelle hanya menganggapnya seorang teman, seorang kakak. Bahkan Adelle lebih sering menghindari Sam karena ia tahu Sam selalu mengawasinya. Sam, pria berusia 45 tahun itu, tak mungkin jatuh cinta pada dirinya. Adelle berjalan menuju kamarnya tanpa mempedulikan tatapan serta panggilan para pelayan lainnya. Ia terus berjalan dan menutup pintu. Disandarkannya punggung pada pintu keras dan dingin itu seraya mengatur deru jantungnya.

Adelle yang sudah terbiasa sendiri sejak kecil, tak pernah sekalipun berpikir mengenai pria. Tak pernah berharap akan merasakan jatuh cinta atau bermimpi pria jatuh cinta padanya. Di desanya dulu tak ada yang mau dekat dengannya. Ia sudah biasa dikucilkan serta diledek oleh para penduduk.
Selama hidupnya ia hanya menghabiskan waktu sendirian seraya bertanya mengapa hidupnya begitu berbeda dari anak lainnya. Dan setelah neneknya mengatakan identitas sebenarnya, hanya ada satu rasa yang melingkupi dirinya, kebencian.

Madeleine (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang