10

28.6K 1.5K 17
                                    

Dan sejak itu Adelle tinggal di rumah Duke of Cambridge sebagai pelayan. Sejak itu pula Sam sering mengawasi gerak-geriknya. Entah kenapa ia merasa aneh serta curiga pada anak itu. Ia melihat Adelle bekerja dengan baik. Semua perintah Rhonda dilakukan dengan baik dan lancar. Jika pekerjaannya sudah selesai ia akan membantu Rhonda di tempat lainnya. Di mata Rhonda, Adelle pelayan yang rajin. Tapi ia merasa aneh dengan sikap Adelle seperti sudah mengenal rumah ini. Terkadang ia terlihat menangis saat memandang suatu ruangan.

Sembari bekerja biasanya Adelle selalu memperhatikan gerak gerik majikannya. Pertama kali ia melihat Duke of Cambridge saat sudah seminggu bekerja di sana. Pria itu berjalan melewati dirinya tanpa memperhatikan sama sekali. Hanya mengangguk singkat saat ia membungkuk memberi salam. Sang duke tak mengenali dirinya. Tapi Adelle melihat majikannya dengan hati panas. Ia menatap orang yang telah menyebabkan orang tuanya meninggal. Ia memperhatikan kebiasaan sang duke yang suka berkuda. Kebiasaan sang duchess yang menyukai minum teh di taman bersama ke dua anaknya. Ia sangat menyukai sang duchess, sikapnya baik terhadap semua pelayannya. Sayang sekali ia menikahi seorang pria keji, batinnya.

Anak Duke yang ke 2 bernama Henry sering sekali mengajak Adelle bermain bersama. Dengan terpaksa Adelle meladeni anak majikannya. Apalagi sang duchess mengijinkan mereka, apalagi yang bisa ia bantah. Melalui Henry juga ia mendapat banyak informasi mengenai sang duke. Henry yang polos dan lugu membuat Adelle menyukainya sebagai adik. Ya, terkadang Adelle sering bertanya kenapa nasibnya begitu sial. Ia sering sekali ingin memiliki adik. Di desanya dulu ia tak punya teman main karena statusnya yang tak jelas. Semua anak menolak bermain bersamanya. Atau orang tua mereka yang melarang anaknya untuk dekat dengannya. Hanya Henry kecil yang mau dekat dengannya. Dan ini membuatnya menyayangi Henry. Menganggapnya seperti adik sendiri, di samping sebagai majikannya.

---------

Siang itu Adelle sudah menyelesaikan pekerjaannya dan ia hendak berjalan sebentar. Ia mendekati istal di mana pengurus istal kuda sedang menyiapkan dan memasang pelana ke punggung seekor kuda hitam gagah. "Kuda yang cantik.."

Pengurus istal menoleh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pengurus istal menoleh. "Ya. Duke of Cambridge hendak berkuda. Aku harus segera menyiapkannya."

Adelle mendekat dan mengusap leher kuda itu. Terasa lembut dan hangat di tangannya. Ia memperhatikan pengurus istal memasang tali pelana. Sang duke hendak berkuda, batinnya. Dan ia merasa mendapatkan ide.

"Hei boleh tolong jaga sebentar? Aku harus mengambil sikat untuk kuda ini."

Adelle terlonjak kaget tapi ia mengangguk. Ia memperhatikan pria itu masuk ke dalam istal. Lalu ia mencari sesuatu di sekelilingnya. Entah ada kemujuran apa, ia melihat sebilah pisau kecil ada di dekat peralatan bertukang milik pria tadi. Adelle bergegas meraih pisau kecil itu dan mulai mengiris tali pelana di bawah kuda tersebut. "Sstt.... Tenang..."bisiknya menenangkan kuda itu.

Adelle selesai mengiris dan menaruhnya kembali tepat saat pengurus istal keluar dengan sikat di tangannya. Jantung Adelle terasa berdetak lebih cepat. Berharap pria itu tak memeriksa pelananya lagi. Dan doanya terwujud. Pria itu menyikat kudanya seraya bercerita pada Adelle yang hanya berdiri diam. Lalu ia mendengar langkah kaki di belakangnya. Dan refleks ia menghindar di balik istal kuda. Tak ingin terlihat sang Duke.

Madeleine (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang