7 (Edit Done)

29.5K 1.7K 9
                                    

Hari masih pagi tapi rumahku sudah mulai disibukkan dengan persiapan perburuan rubah. Baik Gabrielle maupun aku dipersiapkan dengan istimewa oleh para pelayan. Ritual mandi pagi ini sangat istimewa. Air mandiku ditambahkan minyak rosemary serta lavender dan minyak zaitun. Menurut Alice aroma itu dapat membuatku rileks. Tapi buatku percuma saja. Aku tetap merasa gugup. Ini pertama kali aku akan pergi bersama pria itu.

Setelah ritual mandi selesai, Alice membantu mengeringkan tubuh dan rambutku yang basah. Lalu ia mengoleskan lotion ke seluruh tubuhku hingga menjadi halus dan lembut. Aku mengenakan jubah mandi dan berjalan duduk di meja rias. Alice merapikan lalu menyanggul rambutku menjadi sanggulan yang indah.

"Kau terlihat cantik..."bisik Alice dari balik bahuku setelah menyelipkan hiasan bunga di sanggul rambutku.

"Aku gugup. Bagaimana kalau aku berbuat salah dalam acara itu? Ada pangeran pula..."

"Tidak akan, nona cantik. Kau adalah seorang lady. Lady Calvert yang terhormat & anggun. Ayo..."ujar Alice mengajakku berdiri untuk memakai korset dan gaun. 


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku menatap gaunku yang tergantung di dinding kamar. Sebuah gaun yang indah dengan warna pink lembut. Tanganku kembali memegangi tiang ranjang saat Alice mulai melancarkan aksinya. Ia terus menarik tali korset hingga napasku tertahan. Lalu Alice memakaikan gaun cantik itu. Gaun model sabrina yang memperlihatkan sedikit bahunya yang putih mulus. Tidak lupa Alice menambahkan kalung di leherku. Ia mundur seraya menatapku dengan puas.

"Cantiknya.."gumam Alice 

"Kau yang telah mengubahku menjadi cantik, Alice

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau yang telah mengubahku menjadi cantik, Alice."

Alice menggeleng. "Tidak, kau memang sudah cantik, sayang. Aku hanya membantu menonjolkan kecantikanmu. Ayo, akan kuantar kau turun..."

Aku menggandeng tangan Alice dan berjalan keluar. Di lorong banyak pelayan yang menatapku dengan kagum. Aku hanya mengangguk dengan tersipu saat mereka memberi salam dan memujiku.

"Hati-hati..."ujar Alice saat menuruni tangga.

"Oh astaga, apakah aku melihat seorang bidadari turun dari langit?"ujar kakakku, George, dari bawah tangga. Ia tampak terkesima melihatku. George meraih tanganku saat tiba di bawah. Sementara Alice undur diri. "Thanks, Alice..."

"Terimakasih juga, Alice.."sahutku tersenyum

"Selamat bersenang-senang, my lady."gumam Alice

"Apa kakak sudah siap?"tanyaku saat George mengajakku ke ruang duduk.

"Ya, dan tak kalah cantiknya denganmu. Oh kenapa aku bisa memiliki adik secantik kalian?!"

Aku hanya tertawa. "Kau harus mulai mencari pendampingmu, kak...."

"Ya, kau tenang saja. Ayo bergabunglah dengan Gaby sampai pasangan kalian datang..."

Langkahku terhenti. "Apa?! Mereka akan menjemput kami?! Bukankah kami bertemu di sana?!"tanyaku panik membayangkan kemungkinan aku akan naik satu kereta bersamanya.

"Tentu saja mereka akan menjemputmu. Masa mereka akan membiarkan tunangannya pergi sendirian?!"ujar George tertawa.

"Oh..."gumamku gugup. Aku masuk ke ruang duduk di mana Gabrielle sudah siap dengan gaun hijau lembutnya. Ia duduk seraya tersenyum bahagia. Aku yakin ia sudah tak sabar ingin bertemu dengan Nicholas.

"Hai Maddy, kau cantik sekali. Duduklah."ujar Gabrielle.

Aku duduk di sebelah Gabrielle yang duduk berbincang dengan George. Gabrielle melirik aku yang terlihat gugup. Gabrielle tersenyum dan memegang tanganku yang gemetaran.

"Tenang saja, Henry tak akan menggigitmu. Ia pria yang baik..."

"Yah setidaknya ia tidak akan menggigitmu sekarang."ucap George menggodaku.

Aku tahu apa yang dia maksud. Mukaku memerah. Dan hal itu hanya membuatku makin gugup.

"Hei jangan goda dia terus, nanti Maddy makin gugup..."kata Gabrielle tertawa.

"Bagaimana aku tak gugup, kak? Aku hampir tak tahu apapun mengenai dirinya selain ia putra dari duke of Cambridge."

"Gunakan waktu nanti untuk mengenalnya. Kau bisa menanyakan apapun padanya."

"Oh baiklah...."sahutku mengangguk

"Gabrielle, Nicholas sudah datang."ujar ibu dari balik pintu masuk disusul oleh pria itu.

Gabrielle tersenyum senang seraya bangun. Ia mendekati tunangannya yang tampak gagah dan tampan dengan pakaian berburu warna merah hitam. Ia mengulurkan tangannya yang disambut dengan kecupan oleh Nicholas.

"Anda sudah siap, my lady?"tanya Nicholas sambil masih menggenggam tangan Gabrielle.

"Ya, my lord..."sahut Gabrielle tersipu. "Tapi apakah anda keberatan bila menunggu sebentar?"

Ibu menatapku dengan bingung. "Kau mau apa lagi, nak? Tidak baik menyuruhnya menunggu lagi."

"Saya ingin menunggu Henry datang menjemput Maddy."

Nicholas tersenyum. "Ah saya mengerti, saya tak keberatan menunggunya."ujarnya seraya tersenyum.

"Mari duduklah bersama kami."kata Gabrielle

Aku melihat Gabrielle duduk bersama tunangannya. Tangan mereka masih saling bergenggaman. Mereka terlihat begitu serasi dan saling mencintai. Gabrielle membuatkan teh untuk Nicholas. Ia memberikan cangkir itu pada pria tersebut yang membalas dengan senyuman tampannya. Aku mengangkat alis ketika Nicholas mendadak memandangku.

"Hari ini kau cantik sekali, Madeleine.."puji Nicholas seraya meminum teh dari cangkir

"Terima kasih..."sahutku memaksa bibirku untuk tersenyum. Makin lama diriku terasa makin gugup. Pasti senyumku sangat aneh, batinku.

"Apakah raja dan ratu akan ikut serta dalam acara ini?"tanya George.

"Tidak. Sepertinya mereka akan mengutus pangeran yang mengikuti acara ini.."sahut Nicholas. "Aku sudah tak sabar ingin segera melakukan perburuan ini dan memberikan rubah yang terbaik dengan bulu tebalnya pada Gabrielle." Nicholas menatap kakakku dengan pandangan cinta yang begitu besarnya hingga membuat kakakku merona malu.

"Kau harus hati-hati, jangan lupakan itu."

"Aku sangat jago berkuda. Aku sudah sering mengikuti acara ini. Jangan cemas..."

"Dan apakah kau berhasil mendapatkan rubah?"tanyaku

"Ya. Seekor rubah yang besar dengan bulu tebalnya!"ucap Nicholas dengan bangga

"Oh kasihan sekali rubah itu. Mereka hewan yang lucu dan indah. Tak seharusnya di buru untuk suatu acara hiburan...."keluhku.

Nicholas mendesah. "Aku tahu. Mereka hewan yang cantik. Tapi tradisi ini sudah berjalan lama. Kita tak bisa mencegahnya. Kecuali raja yang mengeluarkan larangan perburuan rubah."

"Ya aku mengerti. Hanya saja aku tak tega melihat mereka di buru..."

"Hai janganlah kalian berkeluh kesah saat ini. Seharusnya hari ini hari yang menyenangkan buat kalian."ujar George  



❤❤❤❤

To be continue....
Akhirnya beres juga part ini
Jangan lupa voment nya 😊

Madeleine (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang