Hujan masih setia mengguyur dari langit, entah kapan akan berhenti. Meski tak disertai petir maupun angin kencang, namun justru suasana seperti inilah yang membuat orang - orang berada pada tingkat kemalasan tertingginya.
Jika biasanya koridor akan tampak ramai pada jam pulang sekolah oleh anak -anak yang masih asik mengobrol atau berlalu lalang , kini tampak sepi. Hanya beberapa siswa yang masih bersedia berlama - lama di area sekolah. Sementara yang lain, memutuskan untuk menerobos hujan yang masih berwujud gerimis itu, dengan harapan segera sampai di rumah masing - masing dalam keadaan kering.
Malangnya bagi seorang Boo Seungkwan, jika pagi tadi ia bisa bersantai dalam mobil Seungcheol, mengabaikan hujan yang mengguyur dengan derasnya dan melanjutkan hobi barunya untuk melamun. Kini ia harus putar otak untuk menemukan cara pulang kerumah sang bibi.
Pasalnya setelah bel tanda pulang berbunyi tadi, Seungcheol menghampirinya dan berkata jika ia akan pergi berkencan dengan Jeonghan. Sebenarnya ia mengajak Seungkwan untuk bergabung, namun siapa yang mau menjadi penonton orang lain yang sedang berpacaran? Apalagi dengan kondisi Seungkwan yang masih diselimuti patah hati. Tidak ,terimakasih!
Dan disinilah Seungkwan sekarang ,berdiri di depan sekolahnya. Berargumen dengan dirinya sendiri untuk memutuskan antara pulang naik bus atau menelepon sang bibi untuk menjemputnya. Sekolah sudah benar - benar sepi sekarang dan tak ada yang dapat ia mintai bantuan untuk mengantarnya pulang. Setelah kejadian itu semua orang benar-benar menjauhinya.
Tak ingin melanjutkan pemikirannya yang mulai mengarah kembali pada kejadian itu, Seungkwan merapatkan genggamannya pada ransel dan mulai berjalan menuju halte terdekat. Naik bus tidak buruk mungkin?
" aku tidak akan mati hanya karena hujan kecil " gumamnya pada diri sendiri.
Namun.........
Baru saja beberapa langkah ia
melewati gerbang sekolah, langkahnya terhenti saat matanya menangkap sesosok namja yang berdiri tak jauh darinya. Namja itu mengenakan jeans hitam, boomber jacket hitam dan topi yang lagi - lagi juga berwarna hitam. Ia menunduk dan sedikit memainkan genangan air di bawahnya,sehinga Seungkwan tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas.Tadinya Seungkwan ingin mengabaikannya dan melanjutkan perjalanan pulangnya. Namun ada yang aneh, ada sesuatu yang mengganjal perasaannya. Dan gelenyar aneh itu benar-benar tak bisa ia abaikan. Rasanya ia pernah mengalami perasaan ini sebelumnya,tapi kapan?
Dengan masih ragu Seungkwan membawa kakinya untuk mendekat. Dan perasaan itu semakin bergerilya di dadanya. Seungkwan benar - benar dibuat penasaran oleh namja yang baru dilihatnya itu. Ia merasa seolah mengenal tubuh itu, tapi siapa?
" C-chogio......." ujar Seungkwan tepat di hadapan namja itu. Jarak mereka tidak lebih dari 2 meter, dan tentunya ia bisa mendengar suara Seungkwan.
DEG!!!
Jika tadi Seungkwan merutuki jantungnya yang berdetak tanpa berperikemanusiaan, kini ia justru dibuat sesak nafas saat jantungnya terasa seolah berhenti berdetak. Mulutnya sedikit terbuka dengan mata yang membola tak percaya, ketika bertemu pandang dengan sepasang hazel yang sangat ia rindukan itu.
Hal yang sama pun terjadi pada namja di hadapannya. Terkecuali pada bagian mulut yang sedikit terbuka. Ia menggunakan sebuah masker hitam yang menutupi dagu hingga mulutnya. Meski begitu Seungkwan sama sekali tak kesulitan mengenali namja di hadapannya ini.
" Hansol-ah..........." panggil Seungkwan.
Namja itu kembali berjengit mendengar namanya disebut. Ya,Namja di hadapan Seungkwan itu adalah Hansol, atau Vernon. Sang idol besar, member Diamond.

KAMU SEDANG MEMBACA
My perfect is you
Fanfictionseungkwan mencintai sahabat kecilnya yang kini menjadi seorang idol besar. Namun seluruh dunia seakan mengejek perasaannya itu. Lalu akankah sang sahabat membalas perasaannya? Atau ketenaran telah mengubahnya? " Boo ~ buka matamu, aku bahkan belu...