Chapter : 9

1.2K 119 34
                                    


tuhan, aku berterima kasih padamu

aku sungguh tidak bisa berhenti untuk tidak mengucapkan terima kasih pada Tuhan yang telah memberi ku kesempatan lagi untuk melihat malaikat kecil ku, Eun Woo.

"Eun Woo-ya, eomma merindukanmu," lirih ku sembari memeluknya.
Anakku, benar dia anak ku. Malaikat kecilku.

Aku tidak tega melihatnya seperti ini, aku sungguh merindukan tawanya yang ceria.
Namun, sekarang anakku hanya bisa terbaring disini. Di ranjang besi yang sungguh jauh dari kata nyaman.

"eomma" lirihnya saat dokter Park datang untuk memeriksa keadaannya.

Mungkin ia merasa takut saat melihat dokter Park datang menggunakan masker sebagai penutup wajahnya.

aku jadi ingat, apa mungkin Eun Woo mulai takut kepada orang orang disekelilingnya.

"tidak apa, eomma disini" bisik ku berusaha membuatnya sedikit tenang.

Sebulir air mata kembali mengalir disudut matanya, saat aku melangkah mundur. Membiarkan dokter Park menangani puteraku ini.

"tidak sakit, eomma-mu juga disini Eun Woo-ya. tahan sebentar eoh" ku dengar suara dokter Park juga ikut serta menenangkan Eun Woo.

Aku menangis, aku menangis untuk kesekian kalinya.

Jika bisa, kenapa tidak aku saja yang terbaring disitu.

Mendapat berkali-kali jarum suntik yang akan menembus kulitku, tak apa asal jangan pada Eun Woo.

Namun pada kenyataannya, Eun Woo lah yang berada di posisi itu sejak beberapa hari lalu.
Harus berbaur dengan bau-bau aneh di ruangan ini.

"kita hanya perlu menunggu perkembangan Eun Woo saja, dan mengenai Kang Chan Hee dia besok sudah bisa kembali kerumah" ujarnya pada kami saat aku mengikuti dokter Park keluar dari ruangan Eun Woo.

hanya sebentar tak akan lama, aku tidak akan lama meninggalkan Eun Woo.

Aku hanya mengikuti permintaan dokter Park yang menyarankan ku bicara diluar saja, agar tidak mengganggu waktu istirahat Eun Woo.

"Kami mengerti, jadi kapan gips Chan Hee bisa dilepas?" tukas Min Woo.

pria berjas putih itu lantas menyunggingkan senyumnya hingga menampakkan lesung pipi yang ia miliki.

"tiga sampai empat hari lagi, gipsnya bisa dilepas" balasnya yang mendapat anggukan kecil dari Min Woo.

"terima kasih, dokter Park" ucap kami bersamaan.

Tidak disengaja, sebuah kata itu lah yang seharusnya diucapkan bukan?

Selepas dokter Park pergi meninggalkan kami, keheningan mulai menyerbu kami.

"apa Channi sudah memakan makan siangnya?" tanyaku mulai mengkhawatirkan keadaan anak itu.
Mencoba memecah keheningan disini
Min Woo menggeleng pelan.

"belum, ia merajuk karena aku melarangnya untuk menemui Eun Woo. Keadaan mereka belum terlalu memungkinkan untuk bertemu" tukasnya yang membuat sesuatu kini mulai mengganjal dihatiku.

aku ingat, kenapa Channi bisa seperti ini.

Kenapa ibunya Channi jadi seperti ini, aku sekarang benar-benar mengerti.

"aku akan kembali menemui Eun Woo, dan tolong bujuk Channi untuk menghabiskan makan siangnya" ujarku sebelum kembali masuk keruangan Eun Woo untuk menjaganya.

Puteraku ku dapati sudah tidur kembali setelah mendapat suntikan dari dokternya.

dalam diam ku aku terus berfikir, berfikir keras hingga rasanya kepala ku seperti tertimpa puluhan balok.

Ours Mom ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang