Chapter : 11

1.2K 110 25
                                    


Anak itu-Channi sudah kembali terlelap dalam tidurnya. Hanya saja ku rasa anak itu sedang dalam keadaan yang tidak baik, sama seperti diriku.

Ia berkali-kali memposisikan tubuhnya untuk mendapatkan posisi senyaman mungkin, apa ia sedang dalam mimpi buruk. Batinku mulai menyuarakan protesnya.

Dia merajuk setelah kejadian lalu, dan anehnya ia tidak ingin aku kembalikan ke Seoul. Meski aku sudah memintanya dengan sangat, namun kenapa anak itu berubah menjadi begitu keras kepala dan kekanakkan.

Aku tau, ia merasa tidak nyaman dengan tempat tinggal ku yang sekarang ini. Yang jauh berbeda dengan rumah Min Woo di Seoul sana.

Tapi setidaknya ini sudah lebih baik di banding tinggal di flat lama ku, tempat pertama kali aku bertemu dengan pria itu- Kang Min Woo.

Dan bagaimana ceritanya Channi mengetahui tempat tinggal ku di Mokpo ini, seingat ku ia belum pulih benar dari keadaannya dahulu. Dan aku pergi diam-diam.

Biarlah, aku akan meminta penjelasannya besok.

•••

" Channi-ya, bangunlah eoh ?!" pinta ku menepuk bahunya pelan.

keringat dingin mulai membanjiri pelipisnya, dan kenapa dia terlihat begitu pucat.

"Eom...ma ?" lirihnya menatap ku sendu. Anak itu terus merintih kesakitan sembari memegangi perutnya sendiri.

"Ada apa, eoh ? Kau keluar keringat dingin, Channi-ya " ujar ku menyeka keringatnya dengan telapak tangan ku.

Oh Tuhan, bahkan suhu tubuhnya begitu dingin.

"eomma,sakit" balasnya mempererat pegangannya pada perutnya itu.

" Sakit ? Dimana, katakan dimana eoh ? Kita ke dokter sekarang , ya" ujar ku bertubi-tubi , aku panik dan cemas.

Aku bahkan tidak menelantarkan anak itu selama disini, tapi kenapa Channi bisa merintih kesakitan seperti itu.

Channi menggeleng pelan, menolak ajakan ku untuk menemui dokter. Meskipun jarak rumah ku menuju klinik juga sedikit jauh.

"Channi-ya ?" panggil ku. Sarat akan sebuah permohonan. Lagi-lagi ia menggeleng.

Ku hela nafas panjang ku sebelum akhirnya mengatakan hal ini.

" Baiklah, biarkan dokter saja yang menemui kita" ucap ku segera beranjak.

Gerakan ku terhenti saat tangan dinginnya menarik ujung dress ku.

" jangan pergi " lirihnya.

" aku hanya sebentar, mengambil ponsel ku,arra" bisik ku padanya.

ia tersenyum getir, menampakkan kondisinya yang akhir-akhir ini begitu menyedihkan. Aku mengakuinya.

"eom..ma ?" rengekan Eun Woo terdengar saat aku hendak kembali ke tempat Channi, membawakannya secangkir teh gingseng. Dan secangkir teh hangat untuk dokter Kim, Kim Seok Jin-dokter sukarelawan dari Seoul yang rela berlari menerobos dinginnya udara karena mendapat panggilan dariku.

"ne" balas ku. Anak itu dengan keadaan setengah terpejam menyusul ku menuju kamar Eun Woo yang saat ini ditempati Channi.

" Nah, sudah selesai. Apa masih ada yang sakit eoh?" ku dengar suara maskulin pria itu. Yang tengah sibuk menangani keadaan putera ku.

Tidak, bahkan jangan berfikir aku jatuh cinta pada pria berbibir tebal itu. Ku akui ia cukup tampan.

" Tidak ada, hanya saja kaki kanan ku masih terasa nyeri" balasnya jujur.

Ours Mom ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang