Aku Harus Bisa

49 5 1
                                        

Bagaimana bila ini tidak berarti?

Bagaimana bila ini hanya sebatas garis dalam suatu gambaran?

Bagaimana bila ini dapat dihapus?

Bagaimana bila kita tak bisa bersatu?

Bagaimana bila kita terpisah?

______________________________________

"Rif,gua mau kita tetep sahabatan." Ucap Nura tersenyum.

"Kenapa sih lo? Aneh banget." Sekarang kami berada di sebuah tempat yang indah dengan tanah yang subur dan hijau dengan kami yang terlentang diatasnya.

"Gua pengen kita janji, apapun yang terjadi kita tetep sahabatan." Ucapnya mengulurkan jari kelingkingnya.

"Ya gua janji." Ucap ku lalu meraih kelingkingnya.

"Kalo nanti ada cowo yang Dateng ke elo dan ada di samping lo, terima dia apa adanya."

"Maksudnya Ra?"

"Lu tau? Entah kenapa gua sayang sama kembarannya Rey." Ucapnya dengan senyum yang merekah.

"Rifki?" Lalu ku lihat ia mengangguk dan melepaskan tautan kelingking kami,dan berdiri dengan dress putihnya. Aku baru sadar kami memakai baju berwarna putih bersih,hanya bedanya Nura memakai semacam crown bunga di kepalanya.

"Iya,dia baik,dia ganteng,dia lucu dan masih banyak tentang dia yang belom gua tau." Ucapnya lalu berjalan menuju ke pohon yang memiliki 2 buah ayunan.

"Secepat itu?" Kami duduk di ayunan.

"Makanya itu,gua bakalan ngetest dia,tapi lu ga boleh ngasih tau gua nge test dia apaan."

"Lah gimana mau ngasih tau, test nya aja gua gak tau."

Kami mulai berayun dan aku menutup mataku merasakan semilir angin yang menerpa wajahku.

"Iya, tugas lo cuman bantuin dia sebisa lo."

"Maksudnya?"

"Nanti lo tau sendiri."

Dan aku membuka mataku. Tapi tidak berada di tempat tadi,dan tidak ada Nura di sini,aku melihat ruangan ini.

Putih,rumah sakit.

"Rifka? Lo udah bangun?" Suara itu membuatku menoleh dan terkejut.

"Rey?"

"Ya? Kenapa? Lo sakit? Gua panggilan dokter ya?" Ucapnya lalu berlalu ke luar ruangan ini.

Kalo nanti ada cowo yang Dateng ke elo dan ada di samping lo, terima dia apa adanya.

Nura?

"Rif kamu ga papa?" Tanya Mamah masuk kedalam dan langsung berjalan ke arah ku.

"Nura mah?"

"Kenapa sayang?"

"Nura mana mah?"

"Nura belum sadar sayang, kata dokter ada kemungkinan dia koma."

Nura? Koma?

"Mah, jangan bercanda mah, Nura mana?"

"Yang di bilang sama nyokap lo bener Rif."

"Rey? Rifki mana?"

"Di ruangannya Nura."

"Mah aku mau ngomong sama Rey,berdua aja."

"Oke, Mamah di luar." Ucap Mamah lalu keluar.

"Jelasin ke gua plis." Ucapku pada Rey yang sudah duduk di sebelah kasurku.

"Jadi kemaren, lo sama Nura kecelakaan dikarenakan ada mobil yang di pake sama orang yang mabuk." Jelasnya

"Terus?"

"Lu berdua masuk Rumah Sakit. Lo ga terlalu parah, tapi Nura dia sempet kritis."

"Terus yang pake mobil itu gimana?"

"Nah orangnya udah ketangkep, dan asal lo tau, ternyata dia tuh si Haekal, dan di dalamnya tuh ada si Lina juga."

Astaga.

Tapi aku kembali teringat kata-kata Nura saat melihat wajah Rey saat menjelaskan.

Kalo nanti ada cowo yang Dateng ke elo dan ada di samping lo, terima dia apa adanya.

Rey kah?

"Rey."

"Ya."

"Apa Rifky sayang sama Nura?"

"Duh gua gak tau,tapi setau gua Rifky udah punya gebetan."

Apalagi ini?

Makanya itu,gua bakalan ngetest dia,tapi lu ga boleh ngasih tau gua nge test dia apaan.

Kata-kata Nura terngiang di otakku.

"Shhhh." Tiba-tiba aku merasakan pusing yang sangat kuat di kepalaku.

"Lo gak papa?"

"Rif?"

"Rifka?"

Dan Gelap.



Teori HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang