Kisah Rifka seorang gadis cantik yang ceria dan terkenal di sekolahnya karna menjabat sebagai Ketua OSIS dengan prestasinya yang membanggakan serta Haekal Kapten tim Futsal yang populer dikalangan siswi Sekolahnya,dan tercatat sebagai murid dengan k...
Setiap pertemuan selalu ada perpisahan, Setiap derita selalu ada kebahagiaan, setiap kalimat selalu ada titik, begitulah hidup, ada awal ada akhir, ada salam ada penutup.
Ucapkan selamat tinggal pada yang meninggalkan dan ditinggalkan.
______________________________________
Rintik hujan membasahi sebuah makam yang masih dikelilingi oleh orang yang menyayangi seseorang yang berada di dalamnya, yang telah menyerah pada dunia, yang telah meninggalkan orang-orang terkasihnya.
Diandra Uransya (Nura)
Isak tangis masih terdengar diingiri oleh rintik hujan. Seakan menutupi kesedihan pada hari ini.
Taburan bunga yang menghiasi makam Nura, dengan fotonya yang terdapat di samping makamnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ra, gua kangen." Ucapku sambil mengusap nisan bertuliskan namanya.
"Rifka, lo harus kuat." Suara Rey. Lalu ia mengelus lenganku.
"Nura gak bakalan seneng kalo liat lo nangis." lanjutnya.
"Tapi Rey, gua sayang banget sama Nura." Aku kembali menangis bahkan memeluk batu nisan Nura.
"Iya gua tau, kalian tuh udah nempel Mulu kayak kembar Siam. Tapi ada saatnya kita melepaskan seseorang yang kita sayang demi kebahagiaannya."
Saat aku sedang menangis, di temani oleh Rey ada yang mendekati kami berdua.
"Gua turut berduka ya."
"Ya, mendingan lo pergi." Rey berdiri dan mengusir orang itu
"Lo apaan si, gua kesini mau berbelasungkawa."
"Yaudah, udah kan? Mendingan lo pergi deh."
"Rifka gua turut berduka cita ya."
"Heh kalo bukan karna lo, Nura gak mungkin meninggal." Kali ini Rey menarik kerah kemeja Haekal. Ya orang itu Haekal
"Itu kecelakaan bro."
"Mabok itu kecelakaan? Lo tuh bentar lagi bakalan di tangkap sama polisi. Karna keluarganya Nura sama Rifka udah ngelaporin lo tau ga." Lalu ia melayangkan pukulan ke wajah Haekal.
"Rey, anterin gua pulang yuk." Ucapku menarik Rey pergi dan diikuti olehnya.
Bagaimanapun aku memiliki rasa simpati, aku tau Haekal salah, tapi biarkan ia menyadari kesalahannya sendiri.
Aku memasuki mobil Rey. Dan ia langsung menancap gas pergi dari tempat pemakaman ini.
Sekali lagi, selamat jalan sahabat ku, kau akan selalu ku kenang dalam hidupku.
