#One
Sebuah potret disorot sinar mentari, sinar kekuningan masuk melalui celah kain sutra berwarna putih gading yang sedikit dikoyak angin pagi melambai diujung jendela. Potret keluarga yang tersorot mentari pagi yang segar indah dipandang mata, dimana empat orang tersenyum lepas disana, dua paruh baya sedangkan dua lagi masih dalam usia muda.
Nuansa klasik disertai mewah tak mengenal kata gaduh, sepi hangat hening, sebuah ruang besar yang disebut kamar tentram tanpa suara, lampu tidur redup remang berwarna kuning masih menyala menyinari sosok tertidur seorang manusia dengan selimut tebal membalut tubuhnya.
Ceklek...
Sebuah suara dari ambang pintu membuat penghuni kasur Queen size bergerak beriak setelah beberapa menit sebelumnya damai. Langkah kaki terdengar lembut bergerak kearah jendela, gerakan tangan lembut menyingkab gorden sutra dan lebar membuka jendela sekaligus pintu akses ke balkon."Berapa menit kau sudah terjaga honey" suara lembut penuh kasih menggelitik, membuka percakapan
"Bukan kebiasaan mu untuk terjaga sesiang ini" sambung pemilik suara lembut melanjutkanTidak ada respon sebagai jawaban, tidak ada gerakan dari sang penguasa kasur empuk.
"Biarkan eomma melihat wajahmu"
Wanita paruh baya duduk diatas kasur beralaskan seprai abu, sejajar dengan kepala milik seseorang dengan rambut hitam yang kusut berantakan. Tangan keriput yang putih menyibak selimut perlahan sehingga terlihat sebuah kepala dengan wajah tertutup rambut tak tertata, sebuah senyum terukir indah selanjutnya tangan renta itu mengusir rambut nakal dari wajah tanpa hias seseorang yang dipastikan seorang gadis.
"Good morning sweatheart"
Wanita tua dengan sanggul Cepol membungkuk perlahan, mendaratkan sebuah ciuman dikening gadis yang dipanggilnya sweatheart.
Kembali, tidak ada lawan wanita paruh baya itu untuk bicara, yang ada hanya sebuah gerakan kecil dimana Kepala yang tadinya nyaman terbenam di bantal putih berpindah haluan terbenam dipangkuannya
"Good morning eomma"
Tangan panjang dengan piyama lengan pendek terulur mengular memeluk pinggang wanita paruh baya yang dipanggilnya eomma.
Lembut, manja, suara gadis yang sedari tadi betah meringkuk ditempat tidur menggema, suara yang tegas namun halus itu membuat wanita paruh baya tersenyum lalu mengelus seraya mencium puncak kepala gadis yang bisa dipastikan putrinya.
"What about last night, nice dream?"
Sebuah pertanyaan meluncur dari bibir wanita paruh baya tulus diiringi senyum dan usapan halus di kepala, sementara yang diberikan pertanyaan hanya menggeleng dipangkuannya, wanita paruh baya yang menyadari apa arti dari gelengan itu tersenyum menyesal.
"Lets wake up honey, i cook something spesial for breakfast"
Wanita tua itu menyibak selimut anaknya halus, mengekspos celana panjang longgar dan telapak kaki yang putih.
"Mmmmhhhh"
Lenguhan kecil terdengar, gadis yang sedari tadi diperlakukan lembut akhirnya terduduk, menggelung rambut asal, tersenyum kecil kearah sang eomma lalu mencondongkan kepala kewajah eommanya memberikan ciuman dalam yang singkat seterusnya bergegas melompat dari kasur tanpa alas kaki menuju kamar mandi.
Wanita paruh baya itu tersenyum kecil dengan perlakuan manis yang diterimanya, nafasnya ditarik panjang kemudian membungkuk mengambil sandal rumah milik putrinya, berjalan kearah dimana putrinya berada dengan handuk ditangan kanan dan sepasang sandal ditangan kiri.
"Handukmu disini sayang"
Teriaknya kecil, kembali tak ada jawaban kecuali suara gemericik air dari dalam. Wanita itu berbalik dengan senyum kecil dan memandang ke lemari besar dengan 5 pintu, dan pandangannya terhenti pada sebuah patung tanpa kepala berbalut seragam kepolisian dengan banyak tempelan di bagian dada kiri dan kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENCE
FanfictionSemua waktu berjalan begitu perlahan, seperti dirantai dijeruji waktu seperti enggan berlalu hidup berjalan lambat. Kebahagiaan berwujud angin dirasa mata begitu nyata namun kembali pada waktu, seolah seperti air yang mengalir kehulu kebahagiaan sep...