EVANESCENCE

95 7 2
                                    

#11

37 panggilan tak terjawab

29 pesan

16.08
From : Sibling

Oppa, mari kita berlomba pergi ke kedai! & Aku menang 👏 spesial gift for me after this 😂

18.45
From : Sibling

Oppa?

Seung-hyun menyipitkan mata ketika membuka kunci layar ponsel, dimana banyak panggilan tak terjawab dan banyak pesan yang diterimanya.

Dua yang dengan gerak jari kilat Seung-hyun buka adalah dari nomer dengan nama kontak Sibling yang berarti Lee Chaerin adik nya.

Mata Seung-hyun terpejam dalam dengan gigi sengaja menggigit bibir atas dan bawah berkali-kali, nafas memburu dan peluh yang samar akibat air hujan melengkapi.

Seung-hyun melemas menurunkan tangan kanannya yang sedari tadi berada dihadapan muka membaca pesan adiknya, pemandangan yang disaksikan selanjutnya adalah dua gagang permen kapas yang tergeletak kedinginan didepan toko dipinggir jalan, dua permen kapas warna merah muda yang sudah luber mencair disiram air hujan, dua permen kapas yang diyakini Seung-hyun milik adik yang tak keburu ditemui nya.

Ditempat lain Chaerin berjalan gontai, memasuki rumah Chaerin menginjak tanah beraspal di pelataran setelah sebelumnya menaiki taksi yang menurunkannya didepan pintu gerbang besar berinisial L kebanggaan keluarga Lee.

"Ini adalah eksaserbasi dimana suatu terjadi secara berulang, ini adalah periode dimana Ny.Lee mengalami gejala kecemasan berlebihan"

"Apakah ada tekanan atau suatu masalah yang tidak bisa dibendung? Apakah ada sesuatu yang dipendam sendiri?"

"Bagaimanapun Ny.Lee telah berhasil tidak kambuh sudah setahun belakangan ini"

Chaerin merasakan angin kutub Utara dan kutub Selatan mendadak menerpa seluruh tubuhnya, bagaikan kapal karam di lautan Atlantik Chaerin merasakan sekujur tubuhnya membeku.

Lutut Chaerin gemetar mendengar percakapan antara dokter dengan kepala asisten rumah tangga yang sudah bekerja puluhan tahun dengan keluarganya.

"Oh nona Lee"

"Dapatkah kita berbicara mengenai kondisi ibu Anda"

"Tidak dokter, kau akan bicara dengan Tuan muda sebagai kepala keluarga, aku akan memintannya menghubungimu ketika beliau sampai dirumah"

Chaerin tidak berniat sedikitpun untuk ikut dalam percakapan kedua orang yang berada disekitarnya, Chaerin bahkan tidak menunjukkan norma kesopanan sebagai seseorang yang lebih muda dari dokter yang usianya jauh diatas Chaerin.

Chaerin begitu pendiam terlebih saat kedua manik matanya menemukan pemandangan yang tidak pernah diharapkannya hadir lagi kedalam hidupnya sejak terakhir itu terjadi.

Chaerin melihat kearah luar, dimana malam sepertinya sudah menguasai seisi dunia dimana Seoul kini sudah gelap. Lampu remang disaksikan Chaerin menguning redup menyinari taman disamping kediamannya.

Tangan Chaerin terulur menggenggam basah gagang pintu kaca besar, dengan wajah tanpa ekspresi Chaerin yang hanya menggunakan kaus kaki dan menjinjing sepatu berjalan gontai keluar ke taman dimana sesosok tubuh duduk dibawah kuning sinar lampu ditepi kolam.

Sejak masuk beberapa menit lalu kedalam rumah niat Chaerin untuk segera membanting tubuh ke tempat tidur menjadi urung, kenyataan yang diterima kedua telinga Chaerin membuat hatinya resah, kenyataan bahwa dirinya harus kembali kekejadian dimasa lalu membuatnya ingin menikam kepalanya sendiri, dan kenyataan yang diterima kedua manik matanya kali ini membuatnya serasa ingin lari.

EVANESCENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang