Chapter 6

111 5 2
                                    

Mereka berdua sedang duduk di ruang tamu. Rachel hanya duduk dengan manis, tidak bergerak, atau berbicara dengan Sam. Hanya menatap kesana kemari melihat dinding-dinding dan teh hangatnya. Teh yang punyanya Sam masih panas, membuat ia melamun.

"Tehnya masih panas?" Ucap Sam sambil melihat tehnya.

"gatau. boleh gue pulang?" ucap Rachel dengan tidak sabar. kakaknya akan marah jika

"pulang? kan masih hujan,."ucap Sam agar percakapan kami lancar.

"kan rumah gue deket. bisa lari!" Betul sih.

"masalahnya, di luar anginnya kenceng, terus hujannya lebat banget. entar kalo kepleset gimana hayo?

"hmm" Rachel bersender. ia kalah dalam perdebatan pertamanya dengan Sam.

"Kalo boleh nanya, Lo... tinggal sama siapa di rumah? " tanya Sam.

"pengen tahu banget sih." lalu dia memutar kepalanya ke arah jendela. di luar hujannya mulai berhenti dengan perlahan-lahan.

"apa salahnya? orang tua lo dimana? kerja di luar kota?" dia tetap tidak menjawab pertanyaanku. mungkin Sam terlalu berlebihan. Tehnya sudah terasa hangat ketika tangannya tersentuh.

"Sorry. Rachel..." Dia bangkit dari kursinya lalu pergi tanpa mengatakan sesuatu. setidaknya ucapan terima kasih. tetapi, tidak. Sam mengintip dari jendela dan melihat gadis itu sedang berjalan ke rumahnya di dalam gerimis.

"Kalian kok bisa temenan— lah? Rachel mana?" kata mom. mom membawa beberapa makanan untuk mereka tetapi, Rachel sudah teralanjur pergi dari rumah.

"Pulang." singkatnya, Sam masih menatapinya berjalan.

"Oooh, Ya sudah. sekarang ganti pakaianmu biar gak lecek atau kamu setrika pagi-pagi" kata mom, lalu pergi meninggalkannya sendirian.

Sam merasa sedih kehilangan kesempatannya untuk dekat dengannya. dia bukanlah seperti gadis-gadis yang lain, yang gampang didekati. butuh proses dan waktu untuk membuatnya tertarik menjadi teman pertamanya. Dan juga membuat dia membuka hatinya untuknya. Azzikkk~

Malam yang sunyi. Jamie dan kedua orangtuanya sudah tidur terlelap duluan. Sedangkan Sam, masih memikirkan untuk membuat Rachel merasa terkesan kepadanya. Kalau bunga, itu terlalu berlebihan. mereka juga belum menjadi teman ataupun teman dekat. Puisi? Waktu aku kelas 9, puisi yang dia buat tentang orang yang dia suka yang bernama Victoria. Lalu dia menjauhinya.

NOPE NOPE NOPE!

Sam ingin sesuatu yang membuatnya dia senang untuk sehari saja.

Tiba-tiba, Janna mengirimku pesan. Aku tidak membalasnya karena dia terlalu aneh. lebih aneh daripada Rachel menurutku. Lama kelamaan, dia mengirim pesan berulang kali. jelas sekali dia ingin aku membalasnya.

suara getaran HP-nya membuat emosi ngelunjak. tanpa berpikir panjang, HP-nya matikan. Tunggu. Besok ada pelajaran English. Dengan cepat ia mengambil buku tebal English yang berada di atas meja belajar. materi yang  akan dapatkan besok adalah membuat sebuah cerpen. Bagus!

"Sam. Lo jenius banget. thanks, Sam. Sama-sama, Sam!" katanya. ia menutup kedua mataku ketika badannya berada di atas kasur.

"SAAAAAM! BANGUN! SUDAH JAM 7!" mom teriak dari bawah lantai. matanya terbuka lebar lalu melihat jam sudah  7:10.

Ternyata Sam tidak tidur semalaman. ia merasa mendapatkan tidur hanya 3 menit saja. Rasanya ingin bolos sekolah.

Nama Rachel tiba-tiba muncul dalam pikirannya. dengan cepat ia mengambil handuk dan baju, lalu bergegas pergi ke kamar mandi. Sam terus menatapi dinding kamar mandi, apakah rencananya akan berhasil hari ini? Air yang menyembur ke kepalanya ketika menunduk, berasa seperti sedang di dalam kehujanan menunggu kekasihnya.

The girl named RachelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang