Part 1

2.4K 120 34
                                    

Welcome to the first story I've been write!

Ini cerita sampah yg awalnya gak sengaja kubuat, dan gegara belum ada ide cerita baru, yaudah aku lanjutin aja wkwk. Oh ya, part ini sudah aku revisi, jadi isinya gak sama kayak awal, tapi alur ceritanya gak berubah kok. Kalau kamu readers lama dan malas baca ulang, gausah baca ulang ya, aku gak maksa kok.

!Enjoy!

Hai.

Nama gua Kimberly Yagami. Gua biasa dipanggil Kim sama temen-temen. Ada juga, sih, orang yg manggil gua Mber. Tapi langsung gua bakar di depan indomaret. Nama gua emang aneh, antara ke-Jepang-an dicampur ke-eropa-an. Sudahlah, yg penting gua punya nama. Gua keturunan Jepang yg lahir di Indonesia. Ya, orang tua gua asli Jepang.

Gua masih jomblo. Bahkan, gua gak tau orientasi seksual gua. Gini, gua belum pernah suka sama manusia lainnya. Sama cowok biasa aja, sama cewek biasa juga. Jadi, gua gak tau suka yg mana.

Temen gua sering bilang, gaya gua persis cowok. Ya gua gak menutupi fakta, sih. Potongan rambut gua kek cowok, gua ke sekolah pake celana, dan, gua rata. Aslian dah, badan gua lurus-lurus aja, gak ada lekukan dan tonjolan. Gimana gak disangka batang sama orang-orang?!

Sudah, kita tinggalkan dulu status single dan gender gua. Kalo kelamaan dibahas, ntar lu malah sayang. Gua kan belum siap komitmen, haha.

Hari ini gua masuk ke kelas 2, semester satu. Sumpah, males banget sekolah. Satu-satunya hal yg membuat gua mau pergi sekolah adalah geng gua, Hime, yg terdiri dari gua, Diki, Michelle (ini cowok boy! jangan panggil dia sist, ya!), dan Anggian. Kalau sama mereka, hal yg gak asik juga pasti bakal jadi asik.

Hal ngeselinnya pada semester ini adalah, guru gua sengaja misahin kelas kami. Jadi, yg awalnya di kelas 1 kami berempat satu kelas, sekarang di pisah-pisah.

Oke lah, kami berempat memang beda jurusan. Gua dan Anggian jurusan IPA, sedangkan Michelle dan Diki jurusan IPS. Tapi, kami dipencar. Anggian IPA 1, gua IPA 2, Michelle IPS 2, dan Diki IPS 4.

Tapi, bukan Hime namanya kalau gak bisa nyari celah. Kami sudah janjian selalu ngumpul di kantin saat istirahat, dan seringin bolos kelas juga buat nongkrong bareng.

Gua sudah di kelas. Dan, gua lupa satu hal. Di semester baru ini, dengan teman dan kelas yg berbeda, gua malah telat dan akhirnya gua kehilangan kesempatan untuk mengambil tempat duduk di deretan belakang. Sial. Bangku belakang sudah penuh dengan cowok-cowok sialan itu.

Disinilah gua, duduk di bangku kedua dari depan. Gua gak ikhlas banget. Ini petaka. Gua maunya duduk di belakang, biar bisa main game dan makan minum tanpa ketahuan. Lah ini, gua baru niat makan aja, pasti langsung digiring BK.

Gua mengalihkan kekesalan gua dengan bermain game dihape. Gua main dengan tenang sampai ada suara, "Bisa minggir? Ini bangku saya."

Gua melirik ke arah sumber suara, ada cewek dengan tinggi kira-kira sebahu gua, matanya indah tapi tatapannya serem, hidungnya mancung, dan kulitnya putih mulus. Cuma satu kekurangannya, judes, dan ganggu gua main game tebak gambar. Sialan. Gua jadi kehilangan kesempatan nebak.

Bentar, dia bilang apa tadi? Ini bangkunya? Woho.. Enak aja.

"Buta, lu?! Gua yg duluan duduk di sini. Berarti, ini bangku gua!" kata gua galak.

"Kamu yg buta!" balasnya tak kalah galak. "Liat nih, ini makanan saya. Saya sebelumnya sudah duduk di sini. Tadi saya ke kelas sebelah. Terus tiba-tiba kamu sudah di sini, jajah bangku saya." dia menunjuk snack di atas meja.

Lah, sejak kapan ada snack ini, coba?! Apa gua gak sadar karena sibuk sama game gua, ya?

"Apapun alasan lu, yg duduk di sini sekarang itu gua. Berarti apa?"

"Berarti ini bangku saya."

"Dih, salah. Jawaban yg bener, ini bangku gua."

Kami terus berdebat. Gua gak mau kalah, dia apalagi. Dia sangat menjengkelkan. Kenapa gak ngalah aja, sih? Toh gua udah duduk di sini. Dia bisa pindah aja sana, ke sekolah lain.

"Kenapa gak duduk bareng aja, sih?" ucap salah satu cewek yg sedari tadi melihat perdebatan kami.

"Ogah!"

"Gak!"

Jawab gua dan si cewek pengganggu ini berbarengan.

"Duduk bareng, atau gue panggil guru BK?!"

Sialan. Kenapa harus bawa guru BK?! Gua gak mau berurusan dengan beliau, sekarang. Masa iya, baru hari pertama sekolah, nama baik gua udah tercoreng.

"Yaudah, duduk bareng!" ucap gua pasrah.

"Awas aja kamu ganggu saya lagi." ucapnya lalu duduk di sebelah gua.

Kayaknya ni orang ada masalah dengan sosial, deh. Padahal dia yg ganggu gua duluan tadi. Aturannya itu dialog gua.

"Mikir nengok ke elu aja gua ogah!"

"Oke, fine."

"Oke."

Kenapa hari ini gua sial banget? Gak sekelas sama Anggian, gak bisa duduk di bangku belakang, dan sekarang, duduk sama cewek judes yg gak punya kehidupan. Mau pindah duduk sama yg lain, belum tentu diterima dengan baik. Dan, sekarang semua bangku juga udah pada penuh.

Mending gua tidur aja.

"Kim, bangun woy, setan!"

Gua terbangun, Diki di sana.

Gua melirik ke samping, ada Anggian juga.

"Nama lu siapa?" tanya Anggian.

"Rita Pragasta,"

Melihat interaksi mereka berdua, gua makin kesel. Anggian yg bodoh ini gak tau apa, kalau gua gak suka sama ni cewek. Pake ditanya nama segala, lagi. Gua gak peduli mau nama dia Rita kek, Riba, kek. Gak peduli.

Gua langsung menarik dua kampret ini keluar dari kelas.

Kami bertiga menjemput Michelle ke kelasnya. Setelah itu, kami nongkrong di kantin sampai waktu pulang sekolah.

FYI nih, kata Hime kami ambil dari bahasa jepang yang berarti Putri. Kami menamakan geng kami seperti itu karena gua adalah satu-satunya cewek di dalam Hime. Jadi, kayak seorang putri yang dijagain prajuritnya, gitu.

Padahal mah, gua yg lebih mirip prajurit daripada mereka. Dan biarpun gua cewek sendiri, selama ini mereka gak nganggep gua cewek. Bahkan mereka sering ngajak gua pipis bareng di kamar mandi cowok. Temen-temen gua gesrek.

Bersambung...

HIME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang