Oke.. Lets do this, Shall we?
RITA'S POV
Kak Raka udah nembak si Tomboy Ganggu, belum, ya? Ah, pasti sudah. Dan, sekarang pasti Kim lagi berduaan sama Kak Raka.
Ahh.. tapi gak mungkin. Kim kan pacaran sama cewek, pasti gak semudah itu dia terima Kak Raka.
Kepalaku pusing hanya karena memikirkan Kak Raka yg akan menjadi pacar orang yg selalu membuat masalah denganku.
Pikiran-pikiran aneh itu selalu muncul semenjak pertemuanku dengan Kak Raka tadi. Haruskah aku telepon Kak Raka supaya dia gak jadi nembak Kim? Tapi, aku gak punya keberanian seperti itu. Aku bukan orang yang gak tau malu seperti Kim.
Ehh, tunggu, kenapa aku harus memikirkan Kak Raka dan si Tomboy Ganggu yg gak jelas gender-nya itu, sih? Lebih baik aku belajar.
KIM'S POV
'Raka Aditya Dirgantara'
Nama orang aneh itu tiba-tiba muncul di sela-sela lamunan gua yg tengah melakukan ritual wajib, yaitu boker di celana, eh, di kamar mandi.
"Kenapa tu orang tiba-tiba nembak gua, ya?" Gua berusaha curhat pada tai (agar lebih sopan dan tersamarkan, kita sebut saja tayi) gua yg sedari tadi sedang memperhatikan raut wajah bingung gua.
Plung plung... Plung....
"Mungkin dia udah lama suka sama lu, cuma dia baru berani ngomong sekarang,"
Seperti itulah kira-kira jawaban dari tayi gua yg masih polos.
"Jadi... Apa peduliku wahai tayi yg berbahagia?"
Plung... Plung plung....
"Terima aja, lah. Mumpung ada yg sudi nembak lu." Lama-lama tayi gua kurang ajar.
Tapi, gak apa-apa tayi gua durhaka. Yg penting gua dapet sedikit pencerahan. Pantes aja orang pada nyari inspirasi di wc, ternyata emang ampuh banget.
"Baiklah.. Nanti akan kudiskusikan dengan Hime. Terima kasih atas saran berhargamu, tayi. Sekarang, aku harus menyiram kloset dan merelakanmu pergi. Semoga kau tenang disana."
Kemudian, gua dan tayi gua berpelukan hingga senja menyapa.
*****
Setelah adegan mengharukan bersama tayi gua, gua pergi ke markas Hime diluar sekolah, yaitu kontrakan Michelle.
"Lho, kok selamat? Gua kira, lu mati di jalan," Sambut Anggian dengan sangat sopan.
"Gua pengen cerita, gaess!" ucap gua sambil mendudukkan diri gua dengan baik di depan anggota Hime dan satu kucing tetangga yg diculik oleh Michelle.
Tak ada jawaban. Mereka hanya menatap gua dengan wajah kepo, siap mendengar curhatan.
"Tau Raka Aditya Dirgantara, gak?"
Hening.
"Oh.. Tau. Raka anak XII Fisika 1, kan? Kok lu tau nama lengkap dia? Tumben bener lu hapal nama orang." respon Diki.
"Haa? Dia senior kita?" Gua kaget. Dengan muka seimut itu, gua sangka dia adek kelas gua. Eh.. ralat, dia gak imut, tapi ganteng. Lah, ngapa jadi bahas ganteng nggaknya, sih.
"Ho'oh. Terkenal, lho, dia dikalangan cewek-cewek kaya." sahut Michelle yg sedari tadi sibuk dengan kucing tetangga.
"Kenapa emangnya? Dia naksir Yoona? Mau gua kasi pelajaran ke dia? Sosiologi? Geografi?" Anggian ikut berbicara.
"Emangnya, lu bisa pelajaran itu?" tanya Diki.
"Gak juga, sih,"
"Eh.. Malah lawak! Serius bentar, gua kepo. Kim, lanjut cerita!" Michelle ngomong sambil mengelus kucing tetangga yg ia pangku.
"Dia nembak gua tiba-tiba. Aneh banget tu orang." gua mulai curhat.
"Haaa?" mereka kaget berjamaah.
"Cowok? Secakep dia? Suka sama cewek seganteng elu?" Anggian langsung brutal.
"Terus, lu jawab apa ke dia?" tanya Michelle.
"Gak jawab apa-apa. Gua langsung gampar dia, tadi."
Diki geleng-geleng kepala.
"Eh.. Bentar," Michelle menurunkan kucing tetangga itu dari pangkuannya. "Lu belum tau orientasi seksual lu, kan?! Kenapa gak coba aja sama tu cowok?! Ntar lu bandingin dah, tuh, rasanya. Yg mana yg lebih nyaman buat lu." Michelle berkhotbah.
"Aa, ya, paham! Yg mana lebih nyaman, sama Yoona atau sama Raka, gitu?" tanya Diki.
Michelle mengangguk.
"Emm, yaudah ntar gua bilangin ke tu anak, gua mau jadi pacar dia." jawab gua santai.
*****
"Sekolah lagi.. Sekolah lagi.. Gak bisa, apa, liburnya 5 hari, sekolahnya nanti kalo utang Indonesia udah lunas.." eluh Diki yg baru masuk ke ruang futsal.
"Yaelah, omongan lu kayak yg tiap hari masuk kelas, aja," sahut Anggian.
"Eh.. Michelle mana? Belum dateng dia?" Diki bertanya pada kami.
Anggian hanya mengangkat bahu, memberi isyarat tidak tau.
"Gua pergi, ya, nemuin Raka," pamit gua.
"Oh iya, jangan sampai hamil, ya, Raka-nya.." pesan Anggian.
*****
"Woy Raka!" teriak gua dari pintu kelasnya.
Orang-orang didalam kelasnya melihat sebentar ke arah gua lalu melanjutkan kegiatannya.
"Ka.. Ada yg cari, tuh!" ucap salah satu teman kelasnya.
Raka melihat gua sebentar lalu tersenyum dan bergegas nyamperin gua.
"Ada apa?" katanya.
"Ada anak bertanya pada bapaknya,"
"Hahaha.. Pagi-pagi udah bikin ketawa aja, kamu. Duduk dulu, sini," dia menepuk tempat kosong di sampingnya.
"Gimana?"
"Gua mau jadi pacar lu." kata gua santai.
"Oh.. Oke."
Haaaa? Cuma oke doang? Sok kegantengan beud, sih, anjir. Jangan emosi Kim, tahan..
"Yaudah, gua balik ke kelas dulu."
Baru selangkah menjauh, dia menahan tangan gua. Dia berdiri, lalu menggenggam tangan gua.
Mari sama-sama berucap wadaw!
"Makasih ya, sayang." ucapnya lembut. Gua hanya mengangguk sambil tersenyum.
Bersambung...
Sorry atas ketidakjelasan dan ketidakwarasan di part ini, aku harap kalian paham. Aku memang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIME ✔
Teen FictionGxG!!!! "Kalau lu pilih dia, HIME bubar!" -Anggian "Gua lebih milih mengubur dalam-dalam rasa ini daripada harus merusak HIME" -Michelle "Pilihlah, antara cinta salahmu dan kita yg selalu menjadi rumahmu" -Diki "..." -Kim • cerita ini dibuat agar pe...