KIM'S POV
"Yoona?!" Dia noleh, "Kok diluar? Kenapa gak masuk?" Gua menghentikan laju motor lalu turun.
Gua baru pulang dari nonton sama Raka. Gua kaget liat dia di depan gerbang. Kaget dia ada disini padahal udah hampir tengah malem. Kaget karena dia gak ngabarin gua. Dan, deg-degan. Takut sama apa yg bakal dia omongin. Gak mungkin dia mau ngomongin masalah sepele.
"Gapapa,"
"Kamu kedinginan?" Gua melepas jaket gua dan memakaikannya pada Yoona. Tak ada penolakan.
Gua kembali naik ke motor.
"Ayok, naek," Gua menepuk-nepuk jok belakang motor gua, kode agar dia duduk disitu.
"Aku bisa jalan,"
"Jangan gitu, dong, sayang," ucap gua merayu.
"Dibilang bisa jalan sendiri, juga. Gak usah maksa, deh."
"Capek tau, sayang. Jarak gerbang ke rumah kan lumayan jauh. Emangnya mau, jalan sendiri? Udah jam 11, lho, ini.."
"Gak, sih.."
"Yaudah, bareng aku, ya? Naik ini," Gua menepuk jok motor, lagi.
"Aku mau jalan!"
"Oke, jalan." gua mengalah.
Gua mendorong motor gua, dia jalan disamping.
Selama perjalanan, tak ada percakapan. Dia hanya diam. Gua sebenernya pengen ngomong. Tapi, tenaga gua udah kepake buat dorong motor. Motor gua berat, lho. Dengan badan gua yg kurus (baca:busung lapar) ini, dorong motor gede kayak gini adalah pekerjaan yg lumayan berat. Alhasil, kami hanya diem-dieman.
Setelah sampai di rumah, dia langsung ke kamar tanpa ngomong apapun.
Gua buru-buru markirin Bruno, lalu nyusul dia.
"Kenapa?" Gua duduk disampingnya.
"Aku mau ngomong,"
"Mau gomong apa, em?"
"Ada hubungan apa kamu sama Rita?"
Haa?! Yoona dateng ke sini jam 11 malem, diem di depan gerbang gua nahan dingin sampai gua dateng, cuma buat nanya tentang Rita, doang?
Memangnya, apa pentingnya Rita dalam hubungan kami? Segitu urgent-nya, kah?
Di kepala gua muncul calon pertanyaan yg mungkin akan gua ajukan sekarang. Pilihan pertanyaannya adalah, Kok nanya gitu? Maksudnya gimana? Kok tiba-tiba?
"Rita yang mana?" Asli, gua ngerasa kecerdasan gua setara dengan burung puyuh.
"TEMEN DUDUK LO, LAH, BEGOK!"
"Hubungan apa? Gak ada hubungan apa-apa, sayang. Aku cuma temenan."
Wajahnya menampakkan ekspresi tak percaya.
"Ada apa?" gua mencoba memulai baik-baik, "Kalau kamu kayak gini, aku gak paham masalahnya apa,"
"Temen?" Dia mendengus, "Temen gak sentuh-sentuh kepala, ya! Temen gak berduaan di kelas pas jam istirahat!"
Gua me-recall memori gua tentang kejadian yg Yoona maksud. Ah, pas gua ngajarin Rita tadi. Dia pasti mikir kejauhan. Padahal gua sama Rita cuma belajar fisika bareng. Gak lebih. Sentuh kepala? Itu gua refleks aja.
"Aku gak ada maksud apa-apa, Sayang, sumpah,"
"Terserah!"
Aku mengambil tangannya, mengelusnya lembut. "Jangan gini, dong, sayang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIME ✔
Teen FictionGxG!!!! "Kalau lu pilih dia, HIME bubar!" -Anggian "Gua lebih milih mengubur dalam-dalam rasa ini daripada harus merusak HIME" -Michelle "Pilihlah, antara cinta salahmu dan kita yg selalu menjadi rumahmu" -Diki "..." -Kim • cerita ini dibuat agar pe...