MY : Part 4

21.6K 1.2K 81
                                    

Warning : Versi Revisi

Update setiap hari

Budayakan vote sebelum membaca dan komentar setelah membaca

Happy reading 😊

***********************************

"Apa ini? " Bentakan itu sukses membuat Alva tertunduk. Lelaki itu menarik nafas berulang kali.

Dia tidak menjawab. Bahkan saat map itu Rendra lemparkan ke arah wajahnya - yang sukses mengenai pelipisnya, lalu detik itu juga kertas kertas itu berterbangan di sekitaran Alva. Tapi yang Alva lakukan hanya menutup mulutnya rapat rapat. Lelaki itu hanya sedikit meringis,  merasakan rasa sakit berdenyut di dahinya.

"Yang seperti ini saja kamu gak becus ngurusinnya? "  Ujar Rendra kembali.  Mata lelaki paruh baya itu membulat sempurna,  mengamati Alva yang masih berdiri mematung di depan meja kebesaran Rendra.

"Dua bulan Al, kamu sia siakan waktu dua bulan team kamu buat gagal seperti ini?  Kamu, mau bunuh mereka?"

"Ingat yang saya katakan sama kamu? Satu proyek kamu gagal,  karyawan kamu kena imbasnya.  Team kamu bisa di bubarkan,  ujung ujungnya,  uang bonus mereka terancam.  Bahkan mungkin kelangsungan mereka bekerja di perusahaan ini bisa tamat. "

Rendra berang, bukan main.  Satu lagi proyek yang di handel Alva gagal.  Tendernya,  di sabet perusahaan lain.

Alva masih diam, mau menjawab tapi dia tak punya kuasa.  Sekalipun dia membuat alasan,  yang ada Rendra malah akan semakin memakinya.  Jadinya,  yang lelaki itu lakukan hanya memaki dalam hati.

"Kamu mau kerjanya seperti apa Al?  Mau kaya gini terus?  Main main aja kaya gini?  Ga serius? Ga kasihan kamu sama karyawan yang kerja di bawah kamu? "

"Jangan karena saya calon mertua kamu ya--" telunjuk Rendra menunjuk ke arah Alva.

"Kamu lalai kerjakan proyek yang saya kasih ke kamu.  Ga pake tanggung jawab kamu heh?  Ga ngerasa terbebani heh?  Ga malu kamu, di omongin semua karyawan kantor dengan hasil kerja kamu yang gini gini aja? "

"Jawab. Punya mulut ga kamu? "

"Maaf Pak ..  Saya sudah berusaha semaksimal mungkin,  cuma mereka lebih suka dengan rancangan Steele Corp."

"Alah.  Alasan. " Tangan Rendra terkibas di udara.  Dia mendorong tubuhnya ke sandaran kursi.

"Kerja maksimal dari mana? Yang ada,  kamu nya yang kurang kerja keras.  Otak kamu,  ga di pake semaksimal mungkin. Kamunya setengah setengah gitu. "

Lelaki tua itu menjeda.

"Al gini ya,  sebenarnya saya ga sudi memiliki menantu seperti kamu."

Tanpa tedeng aling aling,  Rendra mengemukakan pendapatnya, yang entah untuk keberapa kalinya Alva dengar setiap tua bangka itu tidak puas dengan hasil kerjanya.  Atau setiap,  dia ingin menyalahkan seseorang untuk kegagalan proyeknya.  Pasti kalimat itu terlontar dari mulut jahanam tua bangka itu.

Darah Alva langsung mendidih.  Rasanya, tangannya sudah berkedut kedut ingin meninju wajah Rendra.

"Di luar sana,  banyak laki laki yang lebih potensial untuk di jadikan menantu dan penerus perusahaan saya ketimbang kamu. "

"Kalau bukan karena Abil,  sudah sejak dulu saya depak kamu dari posisi kamu sekarang.  Pindahin kamu,  kebagian staf divisi marketing atau kasih surat pemecatan sepihak buat kamu. "

"Kamu,  belum siap di kasih tanggung jawab segede gini Al.  Otak kamu,  cuma kamu isi dengan kalimat 'ah.  Toh nanti perusahaan ini jadi punyanya kamu' makanya kamu kerjanya ga maksimal. "

Marry YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang