» I just need a little of your time. A little of your time to say the words I never said «
●●●
Aku pergi meninggalkan Netha yang masih tidak percaya akan ide gilaku itu. Ya, sekarang aku sedang menjalankan misi gilaku. Aku berjalan menghampiri meja dua laki-laki berkaos hitam itu. Meja nomor tujuh dengan dua bangku panjang, kesanalah aku akan menjalankan misiku.
"Jitong!" sapaku pada Aji sambil duduk di sebelahnya. Jitong langsung mengalihkan pandangannya dari buku menu.
"Lah, ngapain lo?"
Aku menunjukkan senyum lebarku kearahnya. Senyum yang sarat akan maksud terselubung.
"Gue pinjem Arsa bentar, boleh?" ijinku pada Jitong sambil melirik sekilas kearah Arsa.
Laki-laki yang duduk dihadapan Jitong itu baru mengalihkan pandangannya dari buku menu saat mendengar namanya kusebut. Ck, refleknya lambat banget sih.
"Ya sono," balas Jitong sebelum akhirnya kembali beralih pada buku menu.
Aku melemparkan pandangan kearah Arsa. Mataku melirik kesamping mengisyaratkannya agar ia segera keluar memisahkan diri dari Jitong. Arsa masih diam tidak bergeming dan bahkan hanya melihatku dengan tatapan datarnya. Entah tatapan itu bermakna apa.
Setelah menatapku datar, bukannya ia mengikuti arahan mataku untuk keluar café karena ada yang ingin kubicarakan dengannya, ia malah kembali membaca buku menu. Aku mengerlingkan mataku saat tahu respon dari laki-laki itu.
Selanjutnya entah ada wangsit darimana, aku dengan berani memegang tangan Arsa dan menariknya untuk keluar café. Nekad banget, padahal kenal aja enggak. Aku yakin Arsa sekarang menatapku heran karena perbuatan sksd-ku yang menyeretnya keluar café.
Nyatanya, dugaanku salah. Saat aku sudah berbalik dan melepaskan gandenganku—dengan agak canggung, sesampainya di luar café, ia masih saja melihatku dengan tatapan datar.
Oh Gosh, bisakah ia sedikit lebih ekspresif? Lama-lama aku jadi ingin muntah melihat mukanya yang kelewat datar itu.
Aku menghela napas karena bingung harus mengatakan apa dulu. Berdiri berhadapan sambil disuguhi wajah datarnya sekarang malah membuatku jadi blank seketika.
"Jadi pacar gue ya?" kataku akhirnya. Perkataan bodoh yang sangat merendahkan martabatku.
Maksudku, ini malah jadinya aku terkesan mengemis ingin dipacari sungguhan olehnya. Aku yakin dia pasti memandang bahwa diriku adalah gadis yang aneh. Ah, persetan dengan pandangannya itu. Toh, apapun pandangannya tentangku pastilah memang sudah terkesan aneh dari awal saat hujan di kedai kopi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain & Raina
Teen Fiction[✔] Ini cerita tentangku. Tentang seorang Raina Milea Irawan. Tentang hujan yang kubenci. Tentang matematika yang tidak kusukai. Tentang cinta yang kupercaya hanya fantasi. Dan tentang dia yang mengajariku supaya jangan takut mencinta kembali. Ini...