» Those quarter million stories pass me by «
●●●
Kamar bernuansa soft pink dengan berbagai ornamen senada ini telah menjadi saksi tiga tahun menjalani masa-masa SMA.
Ya, kamar Freya merupakan markas yang sangat pas untuk sekadar berkumpul di akhir pekan menggosip ini itu. Mulai dari belajar kelompok yang berujung dengan menggosipkan Zilva. Atau hanya bermalas-malasan menghabiskan waktu setelah pulang cepat dari sekolah.
Semua gossip baik itu tentang Zilva, The Kecamatan dan selingkuhan anaknya Mang Diko seperti sudah tercatat di tiap bagian dinding kamar Freya. Siang ini ditemani dengan berbagai makanan ringan dari minimarket dekat sekolah dan juga minuman yang dibeli di kedai itu kami berempat asyik membuka sesi gossip menggosip.
Tadi saat aku ditugaskan untuk ke kedai kopi membeli minuman titipan mereka, aku sempat menolaknya. Entah kenapa aku reflek menolak untuk pergi ke kedai itu. Namun, setelah diseret paksa dengan Freya aku akhirnya mau kembali ke kedai itu.
Ya, kedai kopi dekat sekolah. Tempat yang punya kenangan tak terlupakan kala bersama Arsa. Aku masih ingat betul pertemuan pertamaku dengannya di depan kedai kopi itu. Saat hujan turun dengan derasnya dan aku sedang mencari tempat berteduh terdekat menuju halte. Tempat pertamaku duduk berhadapan dengannya dan terjebak harus belajar matematika karena dipaksa Freya. Tempat yang sering kami kunjungi sepulang sekolah untuk belajar. Dulu.
Tempat dimana aku mengharapkan untuk tidak lagi belajar dengan Arsa. Dan sekarang tempat itu memang sudah tidak akan lagi menampungku dan Arsa belajar bersama.
Aku menyesap lemon tea milikku sambil menghela napas lirih. Meminum lemon tea dari kedai itu membuatku jadi sedikit flashback. Ah, ayolah Rain berhenti bersikap melankolis seperti hawa-hawa di kala hujan.
"Eh, tau nggak... Hema sama Abel putus loh." seru Salsa. Aku sedikit tertarik dengan topik bahasan kali ini.
"Loh, kok bisa? Padahal awet gitu."
"Awet apanya, orang sering berantem." ceplosku.
"Hah? Masa sih? Sotoy ya lo."
"Yeh, dibilang. Waktu itu aja gue nge-gep mereka lagi berantem di markas The Kecamatan."
"Kapan?"
"Serius lo?"
"Demi apa?"
"Iya. Si Hema nampar Abel. Emang gue belom cerita ya?" ujarku sedikit mengingat lagi masa-masa itu.
"Kok Hema kasar?"
"Gila sih."
"Eh tunggu-tunggu, jadi itu kejadian waktu lo masih sama Arsa atau udah engga?" kata si Ndut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain & Raina
Teen Fiction[✔] Ini cerita tentangku. Tentang seorang Raina Milea Irawan. Tentang hujan yang kubenci. Tentang matematika yang tidak kusukai. Tentang cinta yang kupercaya hanya fantasi. Dan tentang dia yang mengajariku supaya jangan takut mencinta kembali. Ini...