Bab 14

3.7K 149 1
                                    

    »You take me places that tear up my reputation

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    »You take me places that tear up my reputation. Manipulate my decisions«    


 ● ● ● 



Aku sampai di sekolah pukul setengah tujuh. Koridor loker yang kulewati masih ramai seperti biasa. Banyak anak-anak yang berlalu lalang atau sekedar mengobrol sambil menyenderkan tubuh mereka pada loker. Entah kenapa, aku merasa beberapa kali diperhatikan oleh mereka. 

Beberapa kali aku melihat kearah diriku, meneliti barangkali ada yang salah dengan penampilanku. Rasa-rasanya tidak ada yang salah denganku. Aku pakai sepatu dan kaos kaki. Seragam yang kugunakkan juga benar. Dasi silang yang menjadi atribut seragam juga kutenggerkan pada seragam. Rambut juga sudah kusisir rapi meski akhirnya sudah mulai berantakan lagi sekarang. 

Oh, kecuali satu hal yang membuat penampilanku agak kurang enak dipandang pagi ini. Hidungku. Hidungku memerah bak tomat matang. Aku kena pilek. Ah, pasti gara-gara beberapa hari ini aku pulang hujan-hujanan terus.

Saat melewati koridor loker itu, lagi-lagi mataku menangkap ada beberapa anak perempuan yang memperhatikanku. Gerah akan tatapan aneh itu, aku akhirnya melangkahkan kaki lebih cepat supaya segera sampai ke kelas. Bahkan aku sampai mengurungkan niatku untuk meletakkan buku matematika di loker.

Aku sempat bersin beberapa kali saat masuk kedalam kelas. Sesampainya di bangku aku juga bersin satu kali. Bahkan aku merasakan ada sedikit cairan yang mengalir di hidungku. Aku lekas menyeka cairan itu dengan tisu yang kubawa dari rumah.

"Lo kenapa deh, Rain?" tanya Netha yang ternyata daritadi memerhatikanku. Si Ndut yang tadinya tidak ikut memerhatikanku, kini bahkan membalikkan badannya melihat kearahku.

"Flu," singkatku dengan suara serak.

"Suara lo kenapa?" kini gantian Salsa yang bertanya.

"Suaraku seperti kodok," kataku menirukan bocah di iklan obat flu.

Netha menggeleng. "Syukurin, makanya kalau pulang tuh nungguin ujan reda dulu."

Aku mendudukan diriku di kursi tempat dudukku. Baru saja aku akan membuka mulut untuk membalas perkataan Netha, ada suara cempreng yang menginterupsi.

"Rainaaaa!"

Lagi lagi teriakan cempreng itu bersumber dari ambang pintu kelas yang terbuka lebar dan bersumber dari teman sebangkuku yang baru datang. Freya.

Gadis dengan kucir kuda khasnya tergopoh mendatangiku. Dengan tas yang hanya sebelah ia sampirkan di pundak. Aneh rasanya melihat seorang Freya yang biasanya rapi menggendong tas yang disampirkan dengan benar, pagi ini malah menyampirkannya sebelah saja.

"Rain, emangnya itu beneran!?" heboh Freya. 

Aku mengangkat sebelah alis karena tidak paham akan pertanyaan Freya. Beneran? Apanya yang beneran?

Rain & RainaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang