Bab 22

2.5K 128 1
                                    

» I need something tell me something new

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

» I need something tell me something new. Choose your words 'cause there's no antidote for this curse or what's it waiting for «


    ● ● ● 

   

Saat jam istirahat pertama kantin SMA Patra Lentera penuh sesak, lebih dari biasanya. Siang ini anak-anak terlihat saling berjejalan untuk membeli makanan. Aku yang sudah sekitar sepuluh menit mengantre siomay di lapaknya Pak Mus, akhirnya dapat giliran untuk dilayani juga. Dengan susah payah menyelamatkan siomayku supaya tidak tumpah karena terdesak sana-sini, aku akhirnya bisa keluar dari kerumunan. Kuedarkan pandanganku menyapu meja yang ada di kantin. Tak ada satu pun meja di kantin yang kosong. Semuanya sudah diisi oleh anak-anak. Mulai dari yang satu meja diisi empat orang sampai berjubel tujuh orang. Aku menghela napas karena tidak kebagian meja.

"Kesana," ujar seseorang yang menyikuku. Freya dengan mangkok mi ayamnya berusaha membuatku supaya jalan kearah meja yang ia tunjuk dengan dagu. Aku mengikuti arahan dagunya tersebut.

Aku langsung menggeleng menolak ajakannya itu. Ya kali, satu meja sama Arsa. Iya sih, Arsa sendirian, tidak sedang bersama gerombolannya. Tapi kan tetap saja aku ogah kalau satu meja dengannya.

"Udah cepetan, panas nih mi ayamnya." buru Freya sambil sudah berjalan duluan.

Akhirnya mau tidak mau aku ikut menyusulnya.

"Arsa... ini kosong kan? Gue duduk di sini ya?" seru Freya. Arsa mengangguk singkat.

Aku tidak minta izin seperti Freya untuk duduk satu meja dengannya. Kenapa harus minta izin segala? Emang dia yang punya meja ini?

Niatku untuk duduk di sebelah Freya gagal karena gadis itu malah seperti sengaja tidak mengijinkanku untuk duduk di sebelahnya.

"Eh, lo duduk sebelah Arsa aja Rain. Salsa udah pesen mau duduk sebelah gue tadi," terang Freya. Aku memutar bola mata.

Aku akhirnya menurut dan pindah. Sesuai dengan perintahnya aku duduk di sebelah Arsa. Dengan enggan kududukan pantatku di sebelah cowok itu. Tentunya dengan menyisakan jarak supaya tidak terlalu dekat dengan Arsa.

Tak lama kemudian Netha dengan mangkok soto betawi datang. Awalnya dia berniat untuk duduk di sebelah Freya yang kosong tapi kemudian tidak jadi karena dicegah oleh Freya.

"Ini udah di booking Salsa," kata Freya. "Rain, geseran napa? Tuh buat duduk Netha."

Aku melihat kearah Freya sambil menggeleng keras.

"Iya geser napa sih," ujar Netha yang langsung saja duduk di sebelahku. 

Karena perbuatannya yang memaksa untuk di sebelahku akhirnya terpaksa aku bergeser dan mendekat ke Arsa. Bahkan siku tanganku hanya menyisakan jarak tipis dengan sikunya.

Rain & RainaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang