Matahari yang bulat dan solid bersinar sangat terik, menerangi dua sosok yang bersiap mengarahkan segala kekuatan yang ada untuk saling menghancurkan.
Sosok di ujung tebing sebelah kanan berdiri dalam postur tenang. Jubah panjangnya yang bernuansa dasar putih telah terpercik darah. Penampilan luarnya memang terlihat kokoh, tapi sebenarnya ia telah mengerahkan semua kekuatannya.
Sosok ini tersenyum pasrah. "Inilah akhir kita, Oh Doojoon."
"Hari ini akan menjadi tonggak..." Oh Doojoon mengangkat pedangnya. Seluruh tubuh, permukaan kulitnya telah melepuh. Salahkan matahari sebagai penyebabnya!
Dari ujung pedang keluar pusaran angin kencang yang melesat kelangit, seakan-akan ingin mencakar dan memupuskan sinar matahari yang cahayanya begitu menyakitkan, menyiksanya.
"Tonggak bersejarah dimulainya pertikaian bangsa kita, Song Yoseob!"
Walau rahangnya mengeras, Song Yoseob hanya mampu menatap miris lawannya. Dicengkramnya pedang di tangan, siap mengayunkan untuk menebas sosok yang kini berlari kearahnya. Ia tidak akan membiarkan makhluk barbar ini menapakkan kaki di Dataran Cahaya.
Sesaat Song Yoseob bimbang; perlukah kami bertikai? Hanya karena ini... sesuatu yang sudah menjadi suratan takdir? Haruskah kuberikan ramuan yang dapat melindungi kulit mereka dari sengatan ganas sinar matahari? Tapi bagaimana kalau mereka malah menyerang balik?
Aku dan Oh Doojoon, sebagai keturunan-keturunan bangsa Atlantis dan Viking, haruskah kami berperang seperti nenek moyang kami? Apakah tidak ada hidup selain berperang?
Berusaha mengabadikan momen yang tersisa, Song Yoseob melempar pandangannya ke atas; ke pepohonan yang tumbuh subur dan rindang di sekitar tebing, ke langit biru yang melukis berjuta mimpi dan harapan. "Sungguh hari yang terlalu indah untuk memulai perang," bisiknya.
"Takut, Song Yoseob?" Oh Doojoon mendengar bisikan Song Yoseob. Ia, sesuai karakteristik alaminya sebagai pemburu, sudah tidak tahan untuk segera menyudahi semua ini, menghabisi lawannya dalam sekali tebasan. "Bau darahmu mengatakan demikian. Ini ganjarannya apabila kau bermain-main dengan bangsaku!"
Tidak pernah, batin Song Yoseob seraya mendongak. Sosok Oh Doojoon yang melompat tinggi terlihat sebagai titik hitam semakin lama semakin membesar, mendekat kearahnya.
Aku tidak pernah bermain-main. Perasaan ini murni-cinta ini murni!
Pedang Song Yoseob kini terhunus tegak berdiri. Aku harus melakukan ini!
"Untuk kebaikan semuanya, aku akan mengakhiri penderitaanmu."
Song Yoseob memproklamirkan kata-kata terakhirnya dengan penuh percaya diri, dengan air mata berlinang.
Tepat ketika figur kesatria tangguh bersatu, saling menancapkan senjata mereka, seberkas kilat menyambar di tengah-tengah, membuat suasana siang yang terik menjadi putih membutakan untuk beberapa saat.
Baik Oh Doojoon maupun Song Yoseob tidak sempat bereaksi maupun berteriak. Keduanya menghilang tidak berbekas. Yang tersisa di tempat pijakan terakhir mereka adalah sebuah batu dengan ukiran dua pedang yang saling bersilang. Di tengah pedang-pedang itu terdapat kilat, seperti merekam peristiwa yang baru saja terjadi.
Masing-masing tebing dua negeri itu, bangsa Cahaya dan bangsa Kegelapan, terbelah dan menyatu di tengah membentuk dataran baru. Ibarat imun terhadap gaya gravitasi, dataran tersebut mengambang di udara. Burung-burung berterbangan panik. Urla-roh halus yang tinggal di hutan-dan binatang-binatang lainnya berlarian mencari perlindungan baru.
Dataran baru itu membuat koloni sendiri, menumbuhkan aneka pohon dan tanaman rambat, menjadi pagar dari dunia luar. Pepohonan yang tumbuh jadi raksasa dalam hitungan menit mencuatkan akar-akar panjangnya sampai menembus bagian bawah dataran hingga dari jauh terlihat seperti pulang mengambang.
Lalu angin berembus, berbisik lembut pada pohon-pohon dan binatang yang masih ketakutan akan entakan tadi.
Tidurlah di telan zaman, Aerial...
Oke, ini prolog keduanya. Ini baru gambaran tentang Aerial. Gimana? Mau di lanjut atau enggak? Jangan lupa komen dan votenya yah ;)
Ghamsahamnida
-Nda🐼-
KAMU SEDANG MEMBACA
Aerial (Oh Couple)
FantasyBaca aja. Cerita ini aku bikin dari novel karya Sitta Karina dengan castnya aku ganti jadi Seyoung & Chanji. Jadi, ini BUKAN CERITA AKU ASLI YAH. INI CERITA DARI NOVEL DENGAN CASTNYA AKU GANTI. Ghamsahamnida