2

367 71 1
                                    

Wkwkwk aku mecahin rekor update sendiri. 1 hari 3 kali update hehehe.. abisnya aku udh ketik sampe part 3 jadi pingin cepet2 di post 😂
Jangan bosen yah, asli cerita ini tuh keren banget makanya aku bikin versi Seyoungnya. Intinya selalu support yah 😄😄
Okelah, kebanyakan cuap2nya, selamat membaca!!
Hati-hati typo bertebaran~









#sebelumnya


Hayoung mendengar beberapa dari mereka sudah melompat ke danau. Dari langkah kaki yang di dengarnya tadi, ia menghitung para pendatang baru ini berjumlah lima orang. Empat sudah masuk ke dalam danau. Yang satunya....

































































"Aku mencium sesuatu, Kai. Darah. Bau darah yang sangat lezat."




























































♡♡♡♡♡

Kalimat itu membuat Hayoung merinding, dan ia yakin diucapkan oleh seseorang dengan senyuman sadis di wajahnya.

Tolong, jangan sampai mereka tahu aku ada di sini....


Hayoung merapatkan tubuhnya lebih rapat lagi pada permukaan batu, tidak menyadari punggungnya mulai lecet akibat beradu dengan permukaan yang kasar. Namun sesekali kepalanya terjulur perlahan, mengintip....

Tiba-tiba tanah yang di pijaknya bergetar. Hayoung berpegangan erat pada batu. Para pendatang baru itu juga sempat panik, dan mencoba menjaga keseimbangan mereka.

"Dewa marah! Kita telah mengusik tampat ini!"

Tapi salah satu dari mereka dengan cepat menganalisa situasi.

"Dasar penakut, Baekhyun! Ini bukan tindakan Dewa."

"Paduka Sehun, gempa ini aneh," pemuda yang tampak paling muda di antara kawanan tersebut menyahut.

Yang di panggil Sehun mengiyakan. "Ini juga bukan gejala alam. Seperti ada yang bermain-main dengan sihir."

"Sihir? Tapi tidak mungkin ada sihir zaman sekarang ini."

"Lihat." Laki-laki di sebelahnya menunjuk ke sekumpulan burung yang bertengger pada pucuk dinding hutan. "Mereka sama sekali tidak gelisah, tidak terusik oleh gempa. Kejadian ini seperti dilakukan... manusia."

"Kalau begitu tidak salah lagi ini adalah sihir." Sehun tampak yakin.

Sambil terus berkomat-kamit mengucapkan doa, berharap mereka tidak menyadari kehadirannya, pandangan Hayoung terkunci pada sebentuk relief di dinding batu yang berwarna keperakan. Hayoung teringat bahwa Batu Perak adalah satu dari sekian hal yang di larang di negeri Cahaya, namun jenis batu ini banyak berserakan di Aerial.

Dan ia juga mengenal relief itu! Appa pernah memperlihatkan gambar relief yang sama, yang bercerita tentang pertumpahan darah pertama kalinya antara klan Cahaya dan klan Kegelapan. Gambarnya menyerupai dua buah pedang saling bersilang, yang di tengah-tengah terbelah oleh sambaran petir.

Di sinikah semua itu terjadi? tanyanya sambil memiringkan kepala untuk dapat melihat lebih jelas. Ia berusaha mengeja beberapa simbol yang membentuk huruf familiar baginya:
E-X-I-T-I---

"Exitium."

Hayoung terenyak mendengar kata yang akan dibacanya sudah lebih dulu diucapkan si orang asing.

Aerial (Oh Couple)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang