4 : Who is he?

24 0 0
                                    

"Selamat pagi dokter , saya ingin memberitahukan bahwa Mr.Gib akan datang ke rumah sakit sekitar jam 12 nanti . beliau meminta agar anda menemuinya saat makan siang di lobby terimakasih " pesan suara yang berbunyi di telfon kantornya . ia mengenali suara itu sejak awal . ya itu suara sekertaris orang yang bernama Gibral tan .Orang yang tidak pernah ia tafsir seperti apa rupanya dan bagaimana karakter nya . orang yang ibunya akan dioperasikan oleh tanganya sendiri , akan tiba kesini? Lalu kenapa pentingnya sampai harus di perintah untuk menemui pria itu nanti siang .

Hanine masih duduk memperhatikan layar computer dan samar- samar mendengarkan dokter lainya membicarakan seseorang yang baru saja ia fikirkan . Gibral itu , menurut nya seistimewa apa sampai orang di sekitar sibuk menyambutnya . Seolah – olah pria itu adalah Pangeran yang memiliki pengaruh penting di sebuah dinasti kerajaan sepanjang sejarah . Beberapa orang mulai mencari akalnya untuk bisa dapat perhatian Mr.Gib di rapat besar nanti . Sebagian asik menggosipkan Mr.Gib yang disebut – sebut sebagai primadona para anak direktur . sedangkan dirinya , Masih memegang mouse dan duduk nyaman di kursi yang didudukinya .

Mendiamkan diri dan hanya membenamkan wajah nya di atas meja , lama-lama membuat dirinya pusing juga lapar. Hanine beranjak pergi ke Kantin di lantai bawah untuk sekedar mengisi perutnya yang menagih untuk diisi. Ia melangkahkan Kaki nya dengan gontai ke lift yang hampir mau tertutup pintunya .

"Hanine? How are you today? Is going well ?"

Ia langsung menoleh kearah sumber suaranya dan melihat wajah si pemanggil. Ia sedikit terkejut saat orang yang tidak terlalu dikenal memanggil namanya . Pria yang menyebut namanya tadi adalah Rey Tan . entah mungkin masih satu keluarga dengan Mr.Gib tapi, ia yakin sekali bahwa pria di depanya ini mengetahui beberapa informasi tentang dirinya walaupun tidak tau berasal darimana .

"Good morning mr.Rey iam well everytime here, how about you? "

Pria berjas ini hanya mengangguk tanpa sepatah kata pun .lift masih bergerak lamban menuju lantai paling bawah. Sedangkan mereka berdua masih ada didalam ruang kecil ini. Sesekali Hanine melirik pria yang harum parfumnya memenuhi lift dan tingginya tidak main-main. Tiba-tiba ponsel milik Rey bergetar di saku celana nya . lalu ia sigap mengangkat panggilan tersebut .

"WHAT? ..."

"How can you be landing now? .."

"okey well. I can obey your command " ..."

"Gibral, I think that she ..."

Orang itu berlalu saat pintu lift yang sama-sama mereka tuju sudah terbuka . Menelfon orang yang namanya banyak disebut dari tadi oleh banyak orang di sekitar nya adalah kejenuhan yang membuatnya lama lama penasaran . Prioritas , ya itulah yang menjadi beban fikiranya sedaritadi . Gibral itu sehebat apa memangnya.

Banyak sekali pedagang di sekitar sini . pasien dan para penjenguk terlihat berbincan di areal bawah pohon hijau . Rasanya jarang melihat rumahsakit dengan view banyak pohon tinggi seperti ini apalagi ini daerah ibu kota . Dibandinkan dengan menetap di sini, ia lebih merindukan kota kelahiranya. Bandung memiliki sejuta sejarah untuknya . Bahkan sampai Hari ini ia belum bisa pergi ke kota yang bisa ditempuh dengan mobil 3 jam saja .

Udara semakin panas dan matahari semakin naik ke atas atmosfer . Kulit tidak bisa singgah terlalu lama di bawah paparan ini walaupun sinar masih samar di selingi oleh banyak pohon menjulang tinggi disini. Rasanya ia perlu kembali ke ruangan dan bersiap untuk bertemu dengan pria bernama Gibral itu . Sedikit memoles wajahnya agar tidak terlihat kusut dengan penampilanya .

Kebingungan mulai melandanya saat para staf dan perawat sibuk merapikan bunga bunga dan tanaman hias yang memang banyak sekali di dalam ruangan terbesar ini. Semua pejabat dan staf direksi terlihat sibuk dengan langkahan terburu-buru mencapai pintu depan . wajah dengan aneka ekspresi mulai bermunculan di depan matanya . Ada orang yang terlihat santai, Senang dan juga gelisah . ia sudah menduga bahwa mereka seperti ini karena ada orang itu .

Hanine mulai melangkah kea rah lift yang akan membawanya kembali ke lantai atas tempatnya menyibukan diri . ia tidak mau ikut campur sama sekali dengan urusan penyambutan berlebihan seperti ini . ia mulai memikirkan caranya agar tidak terlihat kaku di depan direktur utama Gib hospital ini .

Dari kaca besar yang ada di ruanganya ia menengok ke bawah agar dapat melihat rombongan mobil orang terpenting itu. Terlihat 3 mobil mercedez seri 9 yang ia ketahui beriiringan menuju kea rah pintu utama . lalu ketiganya berhenti saat mobil paling depan berhenti . Tak lama pria berjas hitam dengan kacamata hitam turun dari kursi sebelah supir dan berjalan menuju pintu belakang untuk membukakan pintu mobil mahal itu .

Keluarlah seorang pria berbadan tinggi , dengan jas biru donker dan sepatu hitam mengkilat . pria itu membetulkan kacamata hitam nya dan asistenya membawakan tas milik pria tersebut .kulit putih nya tampak mulus dilihat dari pipi dan punggung tanganya yang sedang menjabat tangan para staf direksi dan mereka itu orang – orang yang mencari perhatian . rambut hitam dengan pomade mengilatkan pandangan dari atas sini . entahlah pria itu fashionista sekali .

Tidak terlalu peduli dengan kedatangan pria ini , Hanine kembali memoles bb cream dan lipstick . entah apa alasanya tapi ia sungguh tidak tertarik dengan adegan tadi .

"Dokter Anin, kabag bilang dokter akan makan siang bersama Mr. Gib? Benarkah?" Tanya dokter muda itu dari balik pintu ruangan .

"ya, saya di perintah untuk melakukan itu. Memangnya kenapa gisel?" balasnya penasaran . Gisel hanya mengembangkan senyum dan belum menjawab pertanyaan hanine .

" Ah, dokter adalah wanita yang beruntung " ujarnya dengan berlalu begitu saja meninggalkan ruangan .Jadi apa pentingnya makan siang bersama pria itu .

Hanine sudah di telfon oleh sekertaris Tuan muda itu agar segera menemui tuanya . Tidak terlau menegangkan karena orang yang akan ditemuinya tidak terlalu tua darinya . dengan blouse berwarna pastel dan skirt putih selutut ia percaya diri untuk makan siang di lobby . Lobby yang dimaksud adalah tempat para VIP bertemu . mereka biasanya berbincang-bincang masalah konektivitas ekonomi dan bisnis .

Hanine mulai berada di lantai bawah dan matanya terarah langsung kea rah lobby yang dikelilingi pengawal berjas hitam . beberapakali ia mendesis aneh melihat pengawalan yang begitu ketat ini . benar saja ia harus melalui beberapa pengawal wanita yang sedang menunggunya di depan pintu lobby . semua sisi badanya di periksa dengan alat sensor . bahkan stetoskop yang ada dilehernya di periksa sedetail mungkin . Hanine di persilahkan masuk kemudian ,

Ia masuk tepat di belakang posisi direkturnya itu sedang duduk di sofa berukuran besar . Belum sempat memberikan salam, ia masih takjub mencerna ruangan super mewah ini . di Korea belum ada ruangan seperti ini begitu juga di U.S.ia terfokus pada direkturnya yang masih sibuk menanggapi para staf direksi yang rata-rata berusia 40 ke atas .

Tanpa keraguan , Hanine mulai bergerak menuju kea rah depan untuk memberi salam nya di hadapan pria terpenting itu . sekertarisnya memberi tanda kepada tuanya untuk menengok kearah wanita muda yang akan memberi ucapan salamnya .

"Oh, holla vellas. Saya Gibral Tan . apakah anda Dokter Hanine itu ?" ucapnya duluan menyapa Hanine dengan senyuman ramah .

Hanine masih diam dan kaku saat meilhat rupa asli dari bos muda ini . ia masih terpaku dan menjawab luruh pria dihadapanya itu . satu kata untuk mendeskripsikan siapa orang yang berada di hadapanya .

"REVAL?".

HANINENERMOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang