7 : The Cop had Come

10 1 1
                                    

Asrama Gib Hospital , bintaro Jakarta Selatan
05.30 WIB
(H-2) project
.. "why you don't trust me mr . Richard? I do this for truth way in surgeon " ujarnya di dalam telefon kepada seseorang. Sepertinya Hanine sedang meyakinkan bahwa jalan yg dipilih nya untuk melakukan operasi itu sudah tepat. Ia yakin bahwa khalil si usil itu sudah menelfon richard dan memberitahukan bahwa anggotanya telah memilih jalan beresiko . Sebenarnya jalan ini benar, ia akan melakukan operasi dengan hanya menjepit satu pembuluh saja akan tetapi khalil mungkin takut akan kebocoran di pembuluh nadi lainya .
   Pagi muncul dengan cepat kali ini . Matahari mulai meminta sinarnya untuk masuk kedalam ruanganya. Masih terasa sedikit dingin karena hujan semalam tidak ingin diganggu kedatanganya. Rambutnya dibasahi oleh guyuran shower sebelumnya. Karena itulah ia cepat cepat mengambil hairdryer dari kopernya dan langsung mendekatkan uap panas itu ke helai helai rambutnya .
   Entah mengapa hari ini ia merasa ada dorongan yang membuatnya ceria setiap detik. Tidak seperti biasanya yg selalu diselimuti kekhawatiran akan hal yg tidak jelas . Ia berjalan menelurusuri trotoar kota besar ini. Gib hospital ada di sektor 3 jadi ia harus jalan kaki walaupun tidak terlalu jauh baginya. Mobil mobil itu berlewatan tanpa dosa yang mereka perbuat setiap detiknya. Zat zat yg dikeluarkanya sampai membuat dirinya sesekali batuk .
   Sampai di Gib ia memandang langsung ke arah lantai 4 dari luar gedung. Ia mendesis kecil "selamatkan aku dari Gibral bersaudara hari ini ku mohon " . Ia tidak ingin adalagi keanehan yang muncul dan berhubungan dengan gibral . Mereka semua mirip Reval . Termasuk Rey tan yang jarang dilihatnya akhir akhir ini . Orang yang baru di sebut namanya dalam benak fikiran hanine muncul sesaat . Ia menghampiri Hanine dan menarik tanganya begitu saja ke arah kursi putih yang berdiri kokoh di pinggir taman .
"Anin, the cop already come to here . I want to take him now from airport . Can you help me ?" Tanyanya langsung kepada topik pembicaraan .  Tidakseperti biasanya pria ini bermuka panik namun tetap formal kepada nya. The cop? Menurutnya siapa dia itu . Tak mungkin lagi dia adalah bagian dari kehidupan gibral jugau . Ia harus
memaksa otaknya untuk segera menafsir siapa the cop itu.
   Hanine melanjutkan langkahan kakinya setelah ia di berhentikan oleh rey . Hanine tidak langsung menuju ke ruangan kerja nya namun ia menunjuk tombol 5 yg artinya adalah lift harus bergerak cepat ke lantai tersebut. Rey meminta tolong kepadany agar membawa map hitam yg ada di atas mejanya ke dalam ruanganya . Entah apa isinya itu , ia tidak peduli dan hanya mengerjakan perintah orang itu.
Ada yg berbeda kali ini. Tidak ada penyambutan tamu yg hendak datang bak seorang pangeran dari kerajaan . Mungkin pria itu tidak terlalu punya lebel sebagai tamu terhormat seperti gibral yg mungkin tengah duduk di singgasanya sambil meminum tehnya .
    Matanya mengerjap sesaat melihat ada yg aneh dari balik map hitam itu. Ia meraih nya pelan pelan dari balik sampul nya . Sesekali ia menengok ke belakang kursinya dan memastikan tidak ada seorang pun yg melihat tindakanya. Ada selembar kertas yang dilipaat menjadi 2 sisi . Dan satu sisinya terdapat tulisan tangan dengan huruf sambung yang sebenarnya harus di artikan dengan teliti. ' tan 90 degrees , no. 2 sky homey '. Jika itu sebuah kalimat , maka seharusnya memang ada makna tersembunyi . Ia cepat cepat memasukan kertas itu kembali ke dalam posisi awalnya.
    "Baiklah saya segera kesana sekarang " jawabnya sambil menutup telefon . Nafasnya mulai terengah - engah saat dirinya mempercepat langkahan kakinya ke arah lift menuju ruang meeting di lantai 10 . Ada meeting mendadak mengenai proyek besarnya . Entah ini masih tentang pro dan kontra antara dirinya dengan khalil . Tapi ini hal penting baginya karena ini adalah tujuan dirinya kembali ke negara asalnya . Pintu lift telah terbuka tepat di depan badanya . Dan dihadapanya juga wajah seseorang yang ia ingat ingat dengan keras dalam benaknya . Tidak! Kali ini ia menolak bibirnya untuk berkata nama itu lagi . Walaupun orang ini juga mirip dengan reval . Tapi ia amat sulit membedakan dan juga memastikan bahwa apakah sebenarnya diantara 4 bersaudara itu memang salah satunya adalah reval teman semasa SMA nya dulu .
    Di dalam ruangan bergerak dan sesekali berdenting ini , keadaan henyap tanpa suara orang berbicara. Karena kebetulan memang hanya ada mereka berdua didalamnya . Pria yg memakai kemeja berlengan pendek dengan balutan warna biru gelap dan celana joger pants yang memang terlihat sesuai dengan setelanya itu, menunduk tanpa memperlihatkan ekspresi apapun . Kulitnya putih tanpa ada rona merah di permukaanya . Hanine hampir khawatir dengan pria ini.
"Ana.. is you? Ana .. you hurt me ...argh.." lirihnya setelah memegang dadanya dengan satu tangan . Tangan kananya terus memegangi wajah hanine sampai hanine bingung harus melakukan apa. Tidak lantas panik dengan hal ini . Ia lalu menekan tombol lantai terdekat yang lift telah lalui . Ia meraba denyut nadi nya dan lehernya . Diagnosanya adalah ia penderita 'hipotermia' entah pengaruh adaptasi cuaca atau imun yang lemah tapi ia berusaha menyelamatkan nyawa pria ini. Saat lantai terbuka ia segera meraih lengan pria bertubuh tinggi ini dan keluar untuk mencari perawat .
"Ambil epinefrin dan elimun dengan 2 kali injeksi . Iduction dan siapkan juga penghangat nya " perintahnya kepada beberapa perawat muda yang mengangkat pria ini ke atas tempat baring berjalan itu.
    Ia masih sibuk mengurusi orang ini karena kondisinya turun drastis dengan kadar oksigen menurun . Ia masih setengah sadar dilihatnya dan jemarinnya bergetar hebat di samping tubuhnya . "Ana .. take it .. here here.." lirihnya lagi dengan menyuruh hanine mengambil sesuatu dari balik kantong nya. Ia lalu menarik pulpen dan sebuah  ponsel . Entah apa yang ia maksud tapi ia menyuruh nya untuk menyimpan itu di saku jasnya .
     Selesai dengan urusan pasien hipotermia itu, ia menyelesaikan meeting nya . Keringat dari dahinya banyak sekali terkuras karena pria tadi itu . Entah kenapa ia merasa amat kasihan melihat nya .
" ah hanine .. tunggu disitu" gibral memanggil saat ia sedang berbicara dengan adik bungsunya.
"Baik ada apa mr .gib?" Tanya hanine .
Gibral terlihat membisikan sesuatu ke telinga adiknya itu dan memasang wajah berseri seri . Ia cukup penasaran dengan obrolan yg akan dibahas .
" kamu tadi menolong pasien hipotermia ?"
"Iya benar sekali . "
Gibral mengulurkan tanganya ke arah hanine dgn maksud meminta sesuatu dari nya .
"Kesinikan barangnya .. " ujarnya dengan senyuman . Tentu saja ini menambah kebingungan seorang Hanine Asya . Apapun yg berhubungan dengan gibral selalu disebutnya hal misterius . Kini tebakan apalagi yg harus ia pecahkan . Ia menaruh 2 benda tadi ke atas telapat tangan yg menengadah dari depan arahnya.
Khalil terlihat tercengang dan sedikit menggidikan bahunya . Gibral kini sedang menutupi 2 barang tsb dengan sapu tangan nya . Lalu setelahnya dimasukan ke dalam saku celana nya.
" orang yang kamu tolong tadi , adalah adik saya dan kakak khalil . Namanya Arta pasha Tan . Ia seorang Komisaris besar di interpol lebih spesifiknya juga ia kerja di inteligent kepolisian Indonesia. Dia baru datang dari London yang sedang musim dingin ya mungkin seperti itulah kondisinya belum stabil. Kalau dia bicara yang aneh aneh , lupakan saja ya anin" jelasnya singkat .

White horse tidak datang untuk menagih janji pembalasan rasa dari unta gurun itu, namun ia harus mengingatkanya bahwa white horse mencari keberadaanya di waktu yang panjang . White horse hany memastikan bahwa unta itu minum air dengan baik.

HANINENERMOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang