GIB International Hospital ,Bintaro
(SURGERY'S ROOM A)
Cardiothorax Departement
01 . 00 WIBSuara mesin Anestesi memenuhi gema ruangan berwarna biru ini. Pintu besi memantulkan cahaya nya ke arah kaca di depan pintu utama ruangan operasi. Para tim dokter bedah yang memakai jas sepanjang lututnya itu berjalan menelusuri koridor ruang pengamatan di atas ruang bedah ini . Para pejabat direksi terlihat berbincang sepanjang langkahnya menuju ke sana . Hanine tidak menduga akan se Formal ini acara perdana bedah nya untuk ibu yang pernah bicara ini .
"Hanine , saya percayakan semuanya kepada kamu . Kamu adalah pemeran utama di ruangan itu " menunjuk kearah ruangan dibalik pintu geser otomatis ini .
" ya Mr.Gib saya bertanggung jawab atas ini .. dan saya harap juga khalil sudah sejalan fikiranya dengan saya " harapnya berlalu saat melihat khalil datang dengan kostum birunya itu.
Khalil memandangnya penuh arti saat dirinya menghampiri Hanine di ruang steril . Ia memegang lengan Hanine lalu membenamkan kepala wanita ini di peluk nya . Tidak ada suara apapun di ruangan ini selain air yang menetes . Hanine membeku saat dirinya disentuh langsung oleh anak pasien .
"Aku percaya kamu bisa kok , kamu juga percaya aku bisa ? Tolong bantu ya , aku ingin ibu sehat lagi nin " ujarnya lembut .
"Saya berusaha sebisa mungkin Ali . Lebih baik kita langsung ke ruangan ya " ajaknya lalu melepas kedua lengan pria ini dari dekapnya .
2 Pemeran utama ini datang saat pintu otomatis terbuka . Para direksi dan juga ketua departement telah duduk rapih di atas ruang pengamatan . Para perawat langsung memakaikan mereka body cover dan lens zoom di kacamata Hanine . Alat alat yang dipakai untuk merobek kulit dan organ dalam telah tersusun rapih diatas benda hijau itu. Wangi desinfektan mulai tercium setelah masuk ke ruangan ini .
"Khalil! " panggil seseorang dari pintu . Spontan Hanine dan pria ini membalikan badan ke arah suara . Dilihatnya 2 pria yang telah dikenalnya . Rey dan .. ya si pria yang disebutnya paling menyebalkan , Arta .
Lalu Khalil menghampiri mereka berdua .
"Apa ka? Khalil udah mau mulai kenapa bukan daritadi aduh "
"Kamu yakin dia bisa ? "
"Dia dateng dari Madison ke sini cuma untuk ibu kak. Dia belajar hasil medis ibu berhari hari . Dia lebih mantap kok " ujar khalil sambil mengedipkan mata nya kepada Hanine . Fikiranya masih terbelit kepada pria aneh ini . Ia masih tidak terlalu yakin bahwa Hanine dapat memaksimalkan hasil operasi ibunya .
Operasi telah dimulai sejak 10menit yang lalu . Tanpa ahli anestesi , jalanya operasi tidak akan bisa se mulus ini . Hanine masih memainkan alat alat nya dengan irama yg tenang . Walaupun, ia tau bahwa keraguan akan nampak ketika harus melihat para kumpulan orang orang kaya di atas sana yang sedang memperhatikan jalanya operasi. Sesekali gibral tersenyum manis kepada nya untuk menenangkan Hanine .
"Khalil pegang bovie nya saya jepit dulu pembuluhnya " perintah hanine kepada pria yang sibuk memegang alat .
"Oh my gosh .. hanine. Itu obstruksi . Kita gabisa pake cara yg kamu mau " Khalil memperingatkan hanine sesuatu. Anggota tim mulai dilanda kepanikan . Mereka terlihat gelisah dengan adanya variabel yang salah .
Banyak terdengar bisikan dari sebelah telinganya yang mengatakan bahwa operasi terpaksa dihentikan karena terjadi pembengkakan di katup sebelah kanan jantung .
"Khalil, dan dokter lainya. Bisakah kalian tenang sedikit saja? Ini bukan masalah besar . Saya punya solusinya jadi tolong saya tidak bisa bekerja saat banyak mulut yg bicara. " keluhanya langsung dituangkan setelah mereka berhenti bicara . Kondisi vitalitas tidak terlalu baik sekarang, pasien banyak sekali melakukan pendarahan . Namun Hanine memutar otak dengan cepat dan juga tepat untuk memikirkan solusi ini .
Alat pengejut jantung telah disiapkan saat electrocardiogram berbunyi terus . Denyut jantung sudah dibawah ambang standar nya . Para dokter terlihat gelisah . Keringat di dahi Hanine terus jatuh dan asisten yang memulas keringat sibuk denganya . Ia tidak berani melihat ke atas dimana para pejabat itu melihat kepanikan operasi .
"Khalil! Nyalakan alat v processor nya sekarang ! " tegasnya agar khalil mengejutkan reaksi jantung. Ia tidak ingin panik, namun disini banyak sekali manusia yg dilanda panik .
"Anin! Pembuluhnya! Sobek " khalil mengucapkan kalimat yg sama sekali ia tidak harapkan . Masker nya kini dipenuhi cipratan darah yang keluar dari jantung. Hanine terus menerus meminta agar pasokan darah di tambah .
Hanine mengambil benang dan langsung menuju pada pembuluh yang robek . Kini ia terfokus dengan cara menyelesaikan masalah yang sangat tidak ia duga ini . Gugupan nafas khalil membuat ia harus menenangkanya dengan cara menggenggam tangan nya sebelum memulai kembali pembedahan . Namun sepertinya tidak bisa , karena khalil jatuh pingsan . Nyatanya Khalil penderita Lemah jantung . Yang artinya tidak boleh membuat jantungnya berdegup kencang .
"Saya akan menggantikan khalil , tetap berkonsentrasi " ucapan dari dokter yang menggantikanya . Pria betubuh tegap ini dengan cepat langsung datang setelah khalil dipaksa keluar . Hanine tidak mau pusing memikirkan identitas pria ini. Jadi ia terfokus hingga operasi selesai .
Setelah operasi dapat disebut selesai, Hanine lalu membuang nafas panjangnya di ruang steril. Ia terpaksa mencuci semua kostum pribadinya yang banyak sekali bercak darah . Dirinya lalu duduk dengan gontai dan menatap loker pribadinya yang disedikan untuk setiap dokter bedah . Ada sedikit kertas yang ditempelkan jelas didepannya .
'Maaf aku ga bisa bantu kamu bangak di ruang operasi ,Selamat istirahat ya nin kapan kapan kita ketemu . -The camel 'Ia tersenyum kecil setelah menelaah arti suratnya . Sepertinya unta ini membuat moodnya naik lurus . Dugaan nya adalah bahwa khalil yang menulis surat ini . Karena tadi ia tidak kuat lama menahan sakitnya. Teman SMA yang masih membuat dirinya tersenyum sendiri , selalu dikenang pada harianya .
"Hanine , terimakasih banyak ya kamu udah kerja keras untuk operasi ini . Maaf membuat kamu susah " ucapnya seakan membuat Hanine tersanjung . Dia dikelilingi oleh 4 pria berwajah identik diruangan Gibral . Tatapanya sesekali menjelajah orang orang ini .
"Iya sama sama Mr.Gib ini adalah tugas saya " jawab Hanine . Rey membisikan sesuatu ke telinga Gibral si kakak tertua ini . Entah apa isi bisikanya namun , ia menduga bahwa itu menyangkut dirinya .
"Maaf ya nin aku gakuat tadi hehe"
"Iya gapapa khalil" balasnya dengan semangat memandang Khalil . Ia langsung teringat surat itu . Khalil , gibral dan juga si pria dingin Arta berlalu di hadapanya karena ingin melihat kondisi ibu . Hanya tersisa dirinya dan rey seorang yang selesai menelfon seseorang dengan bahasa perancis . Yang ia tahu, rey tidak fasih berbahasa indonesia.
"Hanine, thank you so much . You can be hardworker "
"Thanks rey , you too. "
Hanine memikirikan dokter yang membantunya tadi saat khalil keluar . Dokter itu bukan dokter yang biasa saja tapi amat cekatan dan punya konsentrasi yang tinggi . Ia mencoba bertanya kepada rey .
"Rey , who is the doctor do surgery after khalil get his stuck? " tanyanya penasaran . Rey lalu membuka mulutnya dan menjawabnya dengan suara yg hampir tidak terdengar .
"He is my brother , Arta . But please quiete and so you can get peace life . Arta is Surgeon too but so a policeman. He got scholarship on Harvard in Cardiology . He not allowed another man know , the fact Arta also a surgeon " . Rincinya dengan amat jelas dan membuat hatinya menggebu .
KAMU SEDANG MEMBACA
HANINENERMOUS
General Fiction"Ketika ketidakmungkinan dalam fiksi hidup , memang nyata ada nya "