Madison Medical Center, USA
Wednesday,February 2016
06.00 AM
Matahari beranjak naik ke singga sana nya di pagi hari , menyinarkan cahaya sayup nya agar tidak terlalu menyilaukan mata kala itu . Himpunan bunga bersatu dan menampakan keindahanya secara bersamaan saat sinar hangat mulai menyentuh kelopak-kelopak mereka yang bermacam paras nya .Pasien pasien mulai diajak keluar dari gedung tinggi yang selalu menghalangi gerak mereka dan memaksanya hanya untuk mengistirahatkan badan mereka, Para dokter mulai sibuk dengan aktifitas yang selalu mempriritaskan pasien itu .
Perempuan berjas putih dengan celana kain yang lurus semapai mengikuti garis tulang nya , blouse putih yang terlihat agak carang dan rambut di sanggul bak putri dari kerajaan Eropa kuno itu kini sedang berdiri dibalik pintu lift menuju ruangan neraka nya , ah maksudnya atasanya .
Dentang bel itu menyuruhnya untuk segera keluar dari muatanya karena lantai yang ia tuju sudah sampai . langkahan suara sepatu tingginya memenuhi gema lorong VIP ini . Bahkan belum ada tanda tanda manusia di luar sini . ia beberapa kali memegang tengkuknya yang kian menegang karena 5 menit lalu baru saja mendapat panggilan dari atasanya yang artinya akan ada hal penting yang harus di bahas bersamanya pagi ini juga .
Suara ketukan dan dorongan pintu kayu ini membuatnya tersadar harus mengucapkan salam hormat dalam waktu ini juga .
"Dr Hanine ? is you? "
Perempuan bermimik tegang ini ada di balik pria yang sedang duduk membelakanginya di sebrang meja kantor yang memisahkan mereka . Hanine , ya begitulah ia jika harus menghadapi hal seperti ini maka suasana berubah menjadi horror untuknya.
"yes , I am here sir. Can I Help you? Mm maybe , I have mistake sir? " jawabnya dengan nanar curiga .
Pria berjas putih itu langsung membalikan posisi nya dari depan jendela besar kantornya yang memaparkan pohon pohon hijau di halaman rumah sakit besar ini. Name board besar berdiri diatas meja nya dengan identitas ' Prof.Richard Harvey / Cardiothorax dept Chairman ' . jelas sekali jabatanya bukan main main .Tak lama setelahnya ia mempersilahkan tamu nya untuk duduk di kursi paling empuk yang sering digosipkan bahwa harga nya ratusan dollar .
"okay let's go to the point of the topic miss Hanine, I know that you are an Indonesian right? My best friend from Jakarta call me and he need one of cardithorax surgeon in his Hospital . so , I send you being my recommendation of this . may I hanine?" tawarnya dengan kalimat yang cukup singkat dan juga jelas sekali di pendengaran Hanine. Dokter muda dihadapan Richard ini masih mencerna tawaran yang baru saja di lontarkan atasanya tentang Indonesia . ada sesuatu yang mengganjal tentang dirinya dan Indonesia . fikiranya berlalu lalang dan mencapai titik awal perjuanganya di Negara kelahiranya itu .
Throwback 8years ago.
Hari itu, Hanine harus mengikuti tes seleksi kedokteran di 2 universitas terpopuler di Indonesia . satu universitas terletak di kota Bandung dan satu lagi di kota Jakarta . hari ini ia harus mengikuti tes di Bandung dengan semangat berapi hanine mengikuti tes tersebut dengan khidmat . lalu keesokanya, pagi sekali hanine melaksanakan niat nya untuk pergi ke kota kelahiranya Depok dengan jurusan yang sama yang sebelumnya telah dipilih juga oleh dirinya. Ia ingin segera merealisasikan mimpi besarnya untuk menjadi seseorang yang mendapat lisensi untuk membedah organ pasien.
Pengumuman hasil tes telah keluar lewat website masing masing universitas .Bahkan hanine lulus keduanya . tak bisa dipungkiri bahwa hanine asya itu dapat menjeblos 2 universitas populer dalam jalan yang benar benar murni. Namun, tetap saja ibunya menghimbau untuk segera memilih satu dari antara keduanya. Karena Hanine tinggal di kota kembang atau Bandung, maka ia memilih pilihan pertamanya itu. Yang satunya, ia lepas begitu saja .
Hanine telah mengikuti prosedur jalanya prosedur registrasi masuk sekolah kedokteran di universitas yang ia pilih . dokumen yang dibutuhkanya juga sudah lengkah dengan legalisir asal sekolahnya. Hari yang menurutnya penuh kebencian dan pedih mengiris hatinya itu datang.
Tepat 2 hari setelah pendaftaran seharusnya Hanine sudah melunasi biaya awal yang dibutuhkan nya . Akan tetapi hari itu, ibunya masih kebingungan mencari tambahan dana untuk biaya nya . Hanine berlapang kesabaran , karena ia tidak akan memaksa ibunya dan ayahnya untuk mencarikanya uang setumpuk . Hanine menjanjikan bahwa uang yang harus dibayarnya akan dilunasi besok juga di staf kebendaharaan kampus . salah satu kepala staf pun mengiyakan permintaan halus dari hanine karena jaminan nya adalah janjinya sendiri,
Ibu hanine memberikanya uang sejumlah yang dibutuhkan untuk biaya awal kuliah kedokteran . kala itu, hujan lebat dengan petir menyambar di bawah langit gelap hanine rela menaiki bus antar kota untuk memberikan amplop berisi uang tersebut. Gelisah, senang dan terburu buru menghampiri perasaan di dalam bus nya .
Hanine berjalan gusar diatas aspal yang sudah dipenuhi sisa sisa air . Demi apapun saat itu, Hanine bersumpah untuk memberikan amplop ini dengan Aman dan harus benar benar sampai di tangan kepala staf nya itu.
Sesampainya di ruangan itu, ia berjalan menelusur meja meja kosong.
"Permisi, pak saya mencari kepala staf disini " ujarnya dengan raut wajah berseri.wajahnya kebasahan dengan rambut yang kusut di belakang kepalanya.
"kamu hanine? Yang kemarin minta jeda waktu satu hari itu kah?" Tanya nya kembali saat dirinya sudah mulai kedinginan karena ruangan ber- AC . kali ini dirinya hanya mengangguk dan tidak menjawab sekata pun saat bapak di depanya ini merubah ekspresi nya sekejap .
"begini dik hanine , kepala staf kami baru saja resign ke Sydney tadi pagi sekali ia amat terburu-buru dan sepertinya ia lupa membawa berkas mu kesini tadi . dia menyuruh saya untuk menutup registrasi dengan alasan kamu adalah tanggung jawab beliau . karena beliau tidak ada disini sekarang, ia tidak akan berani mengambil keputusan untuk menerima amplop yang kamu pegang itu tanpa ada kehadiranya .Jadi, saya selaku staf disini mohon maaf sekali kepada kamu yang sudah jauh jauh kesini dan harus mendengar kabar seperti ini" setelah selesai berbicara, pak tua itu langsung memegang pundaknya dan pergi berlalu layaknya daun gugur ditiup badai.
Singkat cerita, hanine tidak bisa melanjutkan kuliah di kampus impianya . Tapi ia diterima di beasiswa Myunwoo university korea selatan dengan biaya gratis selama perkuliahan. Ia bergelar cumloud setelah lulus, dan sekarang bekerja sebagai staf dokter ahli cardiothorax di Madison medical center hasil dari jerih payahnya . Masuk ke Madison adalah hal tersulit yang sebagian orang rasakan karena beberapa seleksi yang rumit sekali. Baginya, saat itu ia terpilih untuk memiliki jabatan di Madison medical center, Boston hospital, Yoonhee hospital dan Siloam Singapore hospital.
Walaupun kala itu, ia sudah memprediksi dirinya sendiri akan Gagal mewujudkan impian dokternya, Gadis bernama lengkap Hanine Asya Soraya itu belum menyerah dengan kerja kerasnya. Ia benar benar merasakan hasilnya Sekarang . Ribuan tetesan airmata yang jatuh dengan peluh yang menjadi pelengkap nya, ia bukan lah dokter gagal yang sering di sebut sebut oleh beberapa temanya di Indonesia dulu, Dr. Hanine yang sebentar lagi bergelar professor itu sudah memaafkan teman teman yang telah membullynya dulu. Namun , hanya seseorang yang ingin ditemuinya sampai hari ini .
Ya, itu dia si Kepala Staf bendahara di Kampusnya dulu. Entah apa yang terlintas di benaknya tiap tiap mengingat Wajahnya, rasanya ingin sekali untuknya pergi menemui bapak itu. Ada gejolak yang naik yang terus memaksanya untuk membalas rasa amarahnya yang kian terpendam sejak 8 tahun yang lalu terhadap sosok bapak tua yang entah siapakah namanya itu.
"i will go , when autumn is too limit " - hanine
KAMU SEDANG MEMBACA
HANINENERMOUS
Ficción General"Ketika ketidakmungkinan dalam fiksi hidup , memang nyata ada nya "