GIB DEVELOPMENT BUILDING , Jakarta Pusat
(Meeting Room )
09.00 WIBRabu ini , perintah direktur memaksanya pergi ke tempat besar ini . Entah urusan apa lagi , namun Gibral memang benar benar senang memberinya tugas . Terhitung hanya sisa 5 hari lagi dirinya ditugaskan di tanah Pusat ibu kota ini . Ia tidak hanya memandang jauh sudut kota tapi juga seisinya .
Pada intinya ia di perintah harus menemui seorang penasihat bisnis gibral . Sepertinya sda sesuatu yg harus ia terima , tafsiranya adalah tips khusus untuk dokter bedah .
"Permisi, Dokter Hanine anda sudah di tunggu Pak Haikal di lantai 3 "
"Oh iya terimakasih " jawabnya kepada wanita umur 40an itu. Para pegawai disini tidak safupun memasang wajah musam . Mereka tersenyum dan ramah kepada orang yang hendak berurusan . Mungkin , gibral tidak ingin reputasi perusahaanya hancur .
Sampailah Hanine pada pintu di salah satu ruangan di lantai 4 gedung ini . Ia langsung dipersilahkan masuk dari dalam , setelah ia mengetuk pintunya .
"Silahkan duduk Dokter ..."
" Han..ine. Sebut saja hanin"
Omongan penasihat itu terputus kala dirinya menatap Hanine seakan pernah melihatnya dan pernah berpengaruh pada dirinya. Hanine merasakan hal yang sama saat matanya menatap penuh orang yang telah meninggalkanya dengan berkas berkasnya dan tidak bertanggung jawab itu . Otak nya dilanda badai besar saat pikiranya mulai mengingat hal yang pernah bapak ini lakukan . Entah seperti apa wajah nya sekarang namun yang pasti perasaan kecewa itu datang .
"Hanin , kamu ingat saya? " tanyanya dengan wajah yang sumringah. Bahkan sepertinya bapak ini tidak merasa ada dosa yang mendalam kepada mahasiswa kedokteran yang hampir gagal ini .
" ya , saya ingat sampai saat ini . Bahkan ketika anda meninggalkan saya tanpa jejak saat itu di Bandung " jawabnya ketus nan dingin . Bapa itu mengernyitkan dahinya dan mengambil sesuatuu dari lemari besarnya .
" baiklah , ini milik kamu . Saya kembalikan seluruhnya . Ini berkas kamu yang saya ambil dulu . Saya tau anda kecewa sekali .. tapi sekali lagi saya minta maaf hanin " jawabnya langsung dengan penjelasan yang belum memenuhi rasional . Hanine mendelik ke arah map yang masih tertutup rapih dan kondisinya sama seperti pertama kali ia memberikan nya ke bapak ini . Entah apa yang membuatnya luluh tapi ia akan memaafkan bapak ini .
"Saya maafkan bapak , saya berterimakasih bahkan bapak berperan menjadikan saya seperti ini karena mungkin jika saya keterima saat itu, saya ga bisa jadi kaya gini " ulasnya kembali dengan penegasan yang lebih halus. Alisnya terangkat dan mengembangkan senyum nya saat orang yang selama ini ia cari ternyata ada disini .
Tujuan gibral menyuruhnya kesini adalah , bayaran hasil kerja kerasnya . Dan Hanine mulai merinding saat melihat list yang ibu nya berikan untuknya . Bayaran yang mungkin melebihi pasien seorang perdana mentri . Ia harus menerima beberapa investasi di Indonesia . Ibunya tidak memberikan sepeser uangpun , tetapi investasi .
"Anda yakin ? Ini yang akan saya terima pak? "
"Ya begitulah , ini yang di berikan oleh presdir . Pak kemal akan kesini besok dan akan ada rapat pleno pastinya . Apalagi kalau kamu dinikahi satu diantara mereka hanin .. haha" candaanya membuat matanya membesar . Tapi itu mungkin saja walaupun dirinya tidak ada rasa satupun diantara mereka .
Waktunya kembali ke asrama . Ia diberikan waktu istirahat karena beberapa jam yg menegangkan itu cukup menguras tenaga seorang lulusan magister itu. Mata sesekali menutup dan ia memutar otaknya memikirkan Reval . Reval , ya ia penuh yakin akan membuktikan bahwa khalil itu reval teman SMA nya dulu. Niatnya adalah ingin menemukan Reval sebelum dirinya kembali ke Amerika .
Sore ini cukup sepi dibanding kemarin . Apalagi badan nya terasa dingin setelah mandi dan menikmati sisa waktu liburan . Ia berniat akan pergi ke Bandung untuk menjumpai keluarga nya .
"Hanine! Have anyone here?" Seseorang dari balik pintu .
"Nin , yu kita makan . Belum makan kan? " Khalil datang dengan semangat dan menarik Hanine keluar . Hanine tidak bisa menolak karena ia terus memaksa ajakanya itu. Ia lalu bergegas dengan tas nya dan flat shoes merah favoritnya .
Ia bingung harus seperti apa tindakan yang sebaiknya ia lakukan saat pria disebelahnya ini sibuk berkonsentrasi dengan kemudinya . Apamungkin ya orang sebelahnya ini adalah reval . Ia ingin mengatakan hal yang sudah lama ditahan namun ia tidak dapat melakukanya langsung dalam tempo singkat seperti ini . Hanine membuka ponselnya dan ada pesan dari ibunya. Bahwa esok ia akan mempersiapkan kedatangan anak tercintanya itu.
"Gimana keadaan ibu khalil?" Ia mulai mencoba membuka pembicaraan .
"Oh ibu, baik . Perkembanganha sesuai yg kamu mau . Maaf ya dulu sempet kontra sama prosedur kamu nin, abisnya aku ga yakin gitu.. "
Hanine hanya mengangguk dan memberikan senyumnya .
Kali ini ia sudah duduk di restaurant berbasis mewah . Mungkin itu yang ia fikir sekarang. Beberapa wanita memperhatikan gerak gerik pria ini sampai ia mencuci tanganya sekalipun. Nuansa beludru biru dan coklat hangat menyelimuti moodnya kali ini .
"Kamu ga usah mesen , menu spesial nanti juga dateng " ucapnya . suasana mulai hening kembali dan hanya ada suara dentingan piano dan nada nada biola di arah sana . Ia juga tidak ingin ada dalam posisi ini .
"Em khalil , saya ingin tanya "
"Sillahkan nin , tanya aja " jawabnya memecah hening.
"Menurut kamu, reval itu ada diantara kalian ber empat atau itu nihil "
Khalil terhenak dari kursinya dan tibatiba meraih telapak tangan hanine yang hampir dingin . Ia menggenggam telapat tangan nya sampai hangat dan mulai berbicara kembali .
"Reval ya.. siapa sih itu temen kamu ya ? Jawabanya .. ya entahlah aku gatau sih reval itu kaya apa " penjelasan yang membuat dirinya melemah . Ia terlalu banyak ekspetasi tentang dirinya yang akan segera bertemu pujaan lama nya itu. Hanine memakan makanan diatas piringnya dengan pelan sampai ia bangun dari lamunananya.
"Kalau reval, memang jatuh cinta sama kamu dan kamu cinta dia juga .. tinggal tunggu waktu aja ko nin. Aku pulang ya , ngantuk daah" tutupnya dari dalam mobil saat ada di depan asrama.Hanine kehilangan mood manisnya karena ternyata khalil bukan reval tapi mungkin saja ia menyamar .
Hanine masuk ke asrama dan terhentak melihat banyak sekali bungkusan 'chocopie' kesukaan ia saat dulu . Makanan itu kini memenuhi sofa nya . Lalu mulai lagi ada pesan singkat
"Saya ga mau ketemu wanita kurus nanti . Jadi kuda saya harus makan lebih banyak dan tidak boleh sakit -reval "
Sial ! Katanya . Ia masuk lagi jebakan reval itu. Siapa dia sebenarnya sampai harus menebak nebak
KAMU SEDANG MEMBACA
HANINENERMOUS
General Fiction"Ketika ketidakmungkinan dalam fiksi hidup , memang nyata ada nya "