Sayaka membuka matanya tiba-tiba. Ia mengingat semuanya. Ia mengingat mengapa wajah Shinjiro terasa familiar. Rasa bersalah muncul di hatinya. Dengan semakin dekatnya dia dengan Mei dan Shinjiro membuat semuanya itu semakin jelas. Ia bertekad akan mengeluarkan kebenaran yang tersembunyi kepada Shinjiro. Ketika ia bertekad, ia benar-benar akan melakukannya.
"Sayaka? Sayaka.. Sayaka!" sahut Shinjiro hampir berteriak. Sayaka tertarik dari lamunannya karena Shinjiro, dia menatap pria yang di hadapannya ini dengan kening berkerut. Mereka sedang makan malam di rumah Shinjiro.
"Ada apa, Shinjiro?"
Shinjiro mendesah, "Pasti tadi kau tidak mendengar apa yang kubicarakan." Sayaka mengangguk malu.
"Maaf, aku tadi melamun. Memangnya kau membicarakan apa?" Tanya Sayaka dengan suara pelan.
"Tidak, aku hanya bercerita tentang Kenzo. Putrinya yang kedua sudah lahir."
Mata Sayaka melebar mendengarnya, "Oh! Selamat kalau begitu."
"Ya, tapi karena pengeluaran rumah tangannya yang semakin banyak, dia terpaksa harus mencari pekerjaan lain yang lebih layak karena gajinya yang sekarang tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya." Ujar Shinjiro dengan ekspresi sedih. Sayaka kemudian menepuk-nepuk bahu Shinjiro untuk memberinya semangat. Shinjiro tersenyum sambil mengucapkan terima kasih.
Hari libur telah usai dan Sayaka beserta Shinjiro sudah mulai bekerja. Setelah selesai makan dan mencuci piring, Sayaka kembali melihat jam di dinding. "Ah, aku harus bersiap-siap." Shinjiro mengangguk kemudian mengantar Sayaka sampai pintu keluar.
"Selamat bekerja." Sampai saat ini Shinjiro masih tidak tahu apa pekerjaan Sayaka. Semakin lama dia semakin penasaran. Dia juga pernah bertanya pada Sayaka, tetapi dia tidak pernah benar-benar menjawab pertanyaannya dan selalu mengganti topik. Shinjiro pun tidak pernah bertanya lagi setelah itu.
Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu sampai Sayaka pulang seperti biasa, tapi kali ini bukan di teras melainkan di depan pintu. Shinjiro menidurkan Mei terlebih dahulu kemudian mengecup keningnya lembut.
Setelah itu dia hanya duduk di depan meja sambil membaca buku yang sudah lama tidak ia baca. Jam pun menunjukkan pukul 11 malam dan biasanya Sayaka akan pulang. Shinjiro bangkit dari duduknya kemudian menunggu di depan pintu apartemennya sambil menyilangkan tangan dan bersandar di tembok. Pintu ia buka sedikit supaya ia bisa mendengar suara Mei kalau dia membutuhkannya.
Tak berapa lama, terdengar suara langkah kaki orang yang menggunakan sepatu hak tinggi. Kening Shinjiro berkerut untuk mendengarnya baik-baik. Langkah kaki itu semakin mendekat dan...
"Shinjiro? Sedang apa kau di sini?" Tanya Sayaka. Shinjiro terpaku melihat pemandangan di depannya. Sayaka terlihat sangat... cantik dan manis dengan balutan make up. Wangi parfumnya menggelitik hidung Shinjiro.
Dia mengenakan mantel berwarna merah marun untuk menutupi tubuhnya dari malam yang dingin. Awalnya Shinjiro berpikir seperti itu, tapi kemudian Shinjiro dapat melihat pakaian yang dikenakan Sayaka di balik mantelnya yang sedikit terbuka. Sayaka mengenakan tank top dengan celana mini berwarna sama berserta sepatu boot panjang sebetis yang tetap tidak bisa menutup kaki jenjangnya.
Di lengannya tersampir tas tangan berwarna senada. Kalau saja Shinjiro tidak mengenal suara Sayaka tadi, dia pasti sudah tidak bisa mengenali Sayaka. Dia terlihat sangat... dewasa. Wanita cantik yang dewasa.
Tiba-tiba sebuah ingatan menghantam kepalanya, membuatnya sedikit pusing. Ia pun terlihat oleng.
"Shinjiro? Kau tidak apa-apa?" Tanya Sayaka khawatir. Sejak tadi dia sudah sangat gugup karena Shinjiro memergokinya saat pulang kerja. Rasanya jantungnya melompat ketika mendapati Shinjiro berdiri di sana, tapi dia tetap menjaga suaranya agar tetap tenang dan terkendali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere in November
RomansaKehilangan merupakan bagian dari cerita hidup manusia. Namun ketika ada kesempatan kedua yang datang, akankah kita mengambilnya? Bertemu dengan kematian secara berulang-ulang membuatnya skeptis dengan kehidupan. Suatu ketika hidup Shinjiro Kushieda...