Part 5

13.7K 1.3K 43
                                    

Tempat yang begitu gelap hanya sorot cahaya kecil yang menyinari satu titik dalam ruangan itu. Di mana seorang gadis terbaring dengan mata terpejam. Samar suara-suara gaduh terdengar, namun tak ada seorang pun terlihat disana. Perlahan bola mata gadis itu bergerak, begitu pula jemarinya seakan suara-suara itu mulai mengusiknya. Sesaat kemudia perlahan gadis itu membuka matanya menunjukkan iris biru yang Indah. Dia mencoba menyesuaikan penglihatannya, melihat kesegala arah. Tapi sejauh matanya memandang yang ia lihat hanyalah kegelapan.

"Di mana ini?" Gumamnya.

Perlahan gadis dengan rambut perak itu bangun dari tidurnya. Kembali suara gaduh terdengar.

"Apa yang terjadi?" Terdengar suara gelisah seseorang. Suara yang terdengar tidak asing di telinganya.

"Devian!" Gumam gadis itu yakin.

"Ini diluar dugaan, setelah kejadian pangeran datang waktu itu keadaan Ratu tidak stabil." Terdengar suara lain yang juga sama cemasnya.

"A.. Alexis? Apa dia hidup?" Gumamnya terkejut. "Devian!!!" Gadis itu berteriak memanggil suaminya.

Tapi, tak ada jawaban. Alice segera bangkit dari tempatnya tidur. Melihat ke sekelilingnya,tapi yang ia lihat hanya kegelapan. Alice berlari kesembarang arah mencoba mencari dimana suaminya berada. "Devian, apa kau tidak mendengarku. Kau dimana?" Teriak Alice semakin keras.

Alice terus berlari dan sejauh apapun dia berlari dia akan kembali di tempat dia terbaring. Hingga berulang kali dia berlari dan terus terus berlari namun kembali kesana, ketempat dia terbaring sebelumnya.

"A... Apa ini?" Bibir Alice bergetar, Air mata perlahan menetes dari pipinya. "Ke.. Kenapa aku... " Tubuh Alice merosot ke lantai dia terus terisak mencoba melihat sekelilingnya apakah ada jalan keluar untuknya.

*****
Devian duduk di depan peti kaca Alice, sudah hampir dua jam pria beriris merah itu memandangi istrinya yang masih terbaring tak bergerak di sana. Untuk kesekian kalinya dia mengehela nafas berat, perasaan bersalah dan marah terus menghantuinya.
"Apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkanmu?" Gumam Devian.

Saat Devian berdiri dan hendak pergi, pria itu melihat sesuatu. Dengan cepat Devian berbalik dan berjalan mendekat kearah istrinya.
"K.. Kau menangis?" Gumam Devian terkejut.

Iris merah Devian menyala sesaat peputup kaca menghilang. Dengan tangan bergetar Devian meraih pipi istrinya, menyentung ait mata yang baru saja turun dari mata sang istri. Dengan lembut Devian menghapus air mata Alice.
"Jangan menangis, tunggulah sebentar lagi. Aku pasti akan mencari cara agar kau kembali padaku, apapun akan ku lakukan." Gumam Devian.

*****
Alice terdiam sesaat, dia dapat merasakan sentuhan di pipinya. Meski samar dia dapat melihat bayangan wajah sedih Devian.
"Ya.. Yang Mulia!" Gumamnya dengan air mata tertahan. "Ma'afkan aku... " Gumam Alice sedih.

Tangan Alice terulur, mencoba menyentuh wajah suaminya. Tapi, jemarinya tak dapat meraih bayangan Devian. Membuat tangisnya kembali meledak. Isak tangis kembali terdengar dari sela bibirnya.

*****
Alexis berjalan berlahan memasuki wilayah istana iblis milik ayahnya. Sudah beberapa kali dia memasuki wilayah istana iblis, tanpa sepengetahuan ayahnya. Awalnya dia masuk istana iblis untuk melihat sang ayah, tapi dia tak pernah bertemu dengannya. Sesekali Alexis masuk kedunia Iblis untuk berlatih bersama Howen atau sekedar bertemu para tetua yang selalu bersikap baik padanya.

Dengan langkah cepat Alexis melewati jalanan sebuah kota. Langit kemerahan, kota dengan gedung-gedung bangunan tua dengan bebatuan hitam. Beberapa iblis berlalu lalang disana layaknya manusia yang tengah beraktifitas. Langkah kaki Alexis terhenti di hadapan mansion besar secara otomatis gerbang besar hitam bergeser terbuka, menimbulkan suara decitan besi pada engselnya.

Devil Child [ TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang