Part 14

11.9K 1.1K 64
                                    

Alexis duduk dalam kereta kudanya dengan santai, membuat Rhodri semakin gusar melihatnya. Sedangkan, Howen segera duduk di samping kusir kereta kuda tersebut.
"Jalan!!" Perintah Alexis.

Kuda-kuda tersebut langsung berjalan meninggalkan Rhodri yang penuh emosi.
"Kau akan menyesal karena keluar dari persembunyianmu." Gumam Rhodri penuh emosi.

Alexis tersenyum penuh kemenangan. "Howen, aku rasa ini awal yang baik." Seru Alexis senang.

Howen hanya diam tak membalas ucapan Alexis.

*****
Sampai di pintu gerbang Aldwick, seorang penjaga menghentikan laju kereta kuda mereka. Howen dengan cepat merogoh sakunya dan memberikan undangan kerajaan pada penjaga itu dan tak berapa lama pintu gerbang kerajaan Aldwick terbuka.

Istana megah dengan beberapa menara yang menjulang tinggi. Bendera lambang kerajaan Aldwick berkibar hampir di seluruh penjuru istana. Halaman luas dengan Taman yang di penuhi bunga dan tanaman hias, tak lupa puluhan patung berdiri kokoh di sepanjang jalan dan setiap sudut halaman yang begitu luas.

Kereta berjalan perlahan, di dalam Alexis tak bisa menyembunyikan kegugupan dan kegelisahannya. Sama seperti saat dirinya pertama kali datang kemari, tapi bukan lagi mimpi Indah tentang ayahnya yang ia pikirkan melain kenangan buruk tentang ayahnya.

Alexis segera menepis semua kenangan buruk itu dan mencoba menenangkan dirinya.

Tak berapa lama kereta telah berhenti, Howen segera turun dari kereta dan segera membukakan pintu kereta untuk Alexis.
"Silahkan, Yang Mulia!" Howen menunduk.

Tapi Alexis tak beranjak dari tempat duduknya.
"Yang Mulia!" Panggil Howen.

Alexis menatap Howen. "Ayo, kita kembali saja ke Malbork."

"Yang Mulia, lebih baik anda memberi salam dulu Pada Yang Mulia Devian. Kita sudah sampai." Howen mengulurkan tangannya pada Alexis.

"Lupakan, kau tak akan mengerti penderitaanku." Alexis menepis tangan Howen dan segera melangkah turun. "Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku benar-benar merasa tak ada yang menyayangiku." Gumam Alexis lirih.

Kereta kembali berjalan menjauh begitu Alexis turun. Mata Alexis terpaku pada seseorang yang tengah berdiri di pintu masuk istana.

Pria dengan rambut pirang dengan iris biru itu langsung menunduk memberi hormat pada Alexis.
"Se.. Selamat datang Yang Mulia." Sapa Aiden.

Alexis segera melangakah mendekat kearah Aiden.
"Mari saya antar anda menemui Yang Mulia Devian." Aiden segera memimpin mereka menunjukkan jalan menuju ruangan Devian.

"Kenapa kau mengusir bibi Beryl dari istana?" Alexis melirik kearah punggung Aiden yang berjalan di depannya.

"Istana saat ini tidak lagi aman." Jawab Aiden singkat.

"Kenapa? Apa yang terjadi?" Tanya Alexis penasaran.

"Itu rahasia kerajaan Aldwick, saat ini anda bertamu sebagai Raja Malbork bukan sebagai pangeran Aldwick. Jadi, saya tak bisa memberi tahu anda." jelas Aiden.

"Kau benar, tapi paman kau terlihat bertambah tua."

"Manusia, akan semakin menua seiring berjalannya waktu." Jawab Aiden.

"Kau benar lagi." Alexis tersenyum tipis. "Tapi, kenapa semua orang mengenaliku dengan mudah. Padahal aku sudah banyak berubah."

"Karena, mata anda masih menunjukkan hal yang sama." Jawab Aiden.

Mereka akhirnya sampai di depan pintu besar sebuah ruangan. "Yang Mulia, Raja Al.... "

"Paman!" Alexis memanggil Aiden untuk menghentikan Aiden. "Buka saja pintunya."

Devil Child [ TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang