"Sayang, kau masih tidur?" Terdengar suara lembut seorang wanita saat pintu kamar Alexis terbuka.
Alexis segera menutup kepalanya dengan selimut. Seakan tak mendengar sapaan ibunya.
Alice menghela nafas berat dan berjalan masuk. Di tangannya sebuah nampan berisi makanan di bawakannya khusus untuk sang putra.
Alice meletakkan nampan di meja dan segera duduk di samping putranya. "Apa kau begitu menyukainya?" Gumam Alice. "Sejujurnya, ibu sedikit cemburu. Kau tau ibu selalu berharap bisa melihat tumbuh dan mendengar kata pertama darimu. Tapi, sepertinya itu sudah tidak mungkin karena sekarang saja kau sudah jatuh cinta. Makanlah sedikit, ibu sendiri yang menyiapkannya. Maaf, jika ibu tidak bisa menemanimu selama ini."
Alice hendak beranjak dari sana, tapi tangan Alexis dengan cepat meraih tangan ibunya. Sejenak Alice terdiam, kemudian senyum indah terlihat menghiasi bibirnya.
"Aku tidak mencintainya, aku hanya kesal karena dia mati dengan mudah." Gumam Alexis dingin.
"Kenapa bicaramu kejam sekali?" Tanya Alice heran.
"Ibu, aku lebih mencintaimu dari siapapun di dunia ini." Alexis menatap Alice.
"Aku juga!" Alice hendak menarik putranya ke dalam pelukannya. Tapi Alexis segera menjauh. "Kenapa?" Tanya Alice bingung.
"Aku sudah besar, bu. Jadi jangan asal memelukku, lagi pula aku ini juga seorang Raja." kata Alexis tersipu.
"Kau memang sudah besar, ahhh.. Ibu berharap bisa menyuapimu, menemanimu tidur, membacakan dongeng untukmu, mengajakmu jalan-jalan... "
"Bu, kau masih bisa melakukannya." Alexis tersenyum menatap ibunya.
"Benarkah? Ahhh.. Aku sangat merindukanmu." Teriak Alice bersemangat.
Diluar ruangan Devian terlihat membeku. "Dia benar-benar melupakan aku. Karena anak itu." Mata Devian berkilat penuh amarah.
Alice tengah membenahi selimut putranya, sesekali dia bersenandung untuk mengantarkan putranya agar tertidur lelap. "Tidurlah yang nyenyak putraku!" Alice mengecup kening putranya.
Senyum lebar terlihat menghiasi wajahnya. "Aku begitu senang saat bisa melakukan semuanya bersamamu." Gumam Alice bahagia.
Braaaakkkk...
Terdengar suara pintu terbuka dengan keras. "Kau tau sudah berapa lama aku menunggumu!!?? " Teriak Devian emosi.
"Apa yang anda lakukan, anda akan membangunkannya??" Alice berusaha memelankan suaranya dan dengan cepat menarik suaminya keluar meninggalkan putranya.
Saat pintu kembali tertutup, Alexis membuka matanya menyentuh keningnya yang baru saja di cium oleh ibunya. "Apa aku harus terus seperti ini?" Gumamnya sambil menghela nafas.
Tak berapa lama Howen muncul di samping Alexis menunduk memberi hormat padanya. "Bagaimana? Kau mendapatkan sesuatu?" Tanya Alexis.
"Tidak banyak, aku hanya mendapat sedikit informasi. Jika, seseorang membunuh penjaga danau kehidupan maka dia akan terkutuk selamanya dia akan berbagi tubuh dengan si penjaga setiap tetes darah dalam tubuhnya akan menggantikan air danau yang akan mengering setelah kematian sang panjaga. Dia akan terlahir tanpa ikatan dan saat dia membuat ikatan maka kematian akan menghampiri. Hidupnya akan terus berputar tiada henti, tapi kutukan dapat di patahkan dengan pengorbanan duyung yang harus rela menjadi penjaga abadi danau." Jelas Howen.
"Jadi, dia akan bangkit lagi dan mati lagi?" Gumam Alexis.
"Itu menurut catatan yang saya temukan di ruang rahasia Lucery."
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Child [ TAMAT]
Фэнтези#10 in fantasy 18/04/2017 Ketika seorang bayi harus terlahir dengan pengorbanan nyawa sang ibu yang membuatnya harus berada diantara hidup dan mati menunggu adanya keajaiban atau kemurahan hati sang dewa. Bayi yang hadir kedunia tanpa dosa tapi juga...