"Semua terasa membosankan kegelapan yang sama, aku ingin keluar berlari dari sini. Aku ingin melihat semua yang sudah aku tinggalkan." menangis dalam diam dalam tubuh yang terbaring bagai mayat dalam peti kaca itulah yang dilakukan Alice saat ini.
Jauh di dalam alam bawah sadarnya dia mencoba untuk keluar tapi begitu banyak kekuatan yang menahan tubuhnya. Sekuat apapun keinginannya itu tidak cukup, tubuhnya menginginkan hal yang berbeda dengan yang ia inginkan. Ingin rasanya meraih titik cahaya atau berteriak sekeras mungkin tapi semua terasa sia-sia. Tak ada yang bisa mendengarnya.
Keputus asaan itulah yang ia rasakan saat ini, meringkuk dilingkar cahaya satu-satunya Sumber cahaya di alam bawah sadarnya. Menunggu seseorang datang untuk membawanya kembali.
******
"Kenapa kau membawaku kemari?" terdengar suara kesal seseorang.Malam sudah sangat larut, semua terlihat gelap hanya suara langkah kaki dan suara seseorang yang terus menggerutu.
"Diamlah, Tuan Rhodri!!" Terdengar suara seseorang yang tak kalah kesal."Bill haruskah kita kemari selarut ini?" Tanya Rhodri.
"Jika kau ingin ditahan oleh para penjaga kau bisa datang kemari besok pagi." Omel Bill yang mulai kesal mendengar keluhan Rhodri.
"Sebenarnya apa yang kita lakukan disini?" Tanya Rhodri penasaran.
"Berhenti bertanya dan bantu aku menyingkirkan rumput liar ini dari jalan." Bill mencoba memotong rumput-rumput liar yang tinggi dengan pedangnya.
Sebuah kastil kecil yang terpisah cukup jauh dari kastil utama, dinding-dinding Batu keabu-abuan yang dipenuhi tumbuhan liar. Seluruh halaman di penuhi tumbuhan liar berduri, suasana malam hari yang terasa mencekam tanpa adanya sinar rembulan. Bahkan tanpa di beritahupun semua orang pasti akan tahu kalau kastil ini tak berpenghuni atau yang terburuk mungkin ada makluk lain yang menempatinya.
Dengan kesal Rhodri menebas seluruh semak yang menghalangi jalan mereka hingga mereka bisa mencapai pintu utama kastil itu. Saat sampai di depan pintu Bill segera membuka pintu kastil.
Saat mereka memasuki kastil, hawa dingin mulai merasuk ke dalam tubuh mereka. Kegelapan memenuhi seluruh ruangan membuat seluruh kastil ini terasa semakin pengap.
"Bi.. Bill sebaiknya kita pergi." Bisik Rhodri cemas."An.. Anda harus mengambil sesuatu di ruangan tuan Adrian." bisik Bill.
Rhodri menelan ludah ketakutannya, mereka berjalan perlahan menyusuri ruangan gelap dengan hati-hati. Semua masih tersusun rapi, hanya semua perabotan tertutup oleh debu.
Akhirnya mereka memasuki sebuah ruangan, Bill langsung meminta Rhodri mencari sesuatu di meja kerja ayahnya dan Bill mencarinya di bagian rak buku. Rhodri terus mengacak dalam laci meja kerja ayahnya, mengeluarkan semua isi didalamnya dan merogoh hingga ke bagian sudut laci. Tapi, benda yang ia cari tak dapat ditemukan. Begitupula bill dia telah mengacak semua buku dan laci di seluruh rak tapi benda yang ia cari juga tidak ketemu.
"Tidak ada, apa kakek yakin benda itu disimpan disini?" Tanya Rhodri mulai kesal.
"Dimana lagi kalau tidak disimpan disini? Cari saja sampai dapat dan jangan mengeluh. Kau baru disini beberapa hari sudah banyak sekali mengeluh." Bill terus menggerutu kesal.
Saat Rhodri melihat keluar jendela mendung yang menutup Bulan perlahan bergeser membuat sorot cahaya Bulan menembus celah-celah kaca jendela. Membuat ruangan itu seketika terang, pada saat itulah ekor mata Rhodri melihat tirai biru tua di dinding.
Perlahan Rhodri melangkah ke arah tirai tersebut. Angin yang perlahan berhembus menyibak sebagian tirai, terlihat bayangan sosok di balik tirai itu. Dengan tangan bergetar Rhodri mengulurkan tangannya, mencoba meraih bagian tirai untuk menyibaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Child [ TAMAT]
Fantasía#10 in fantasy 18/04/2017 Ketika seorang bayi harus terlahir dengan pengorbanan nyawa sang ibu yang membuatnya harus berada diantara hidup dan mati menunggu adanya keajaiban atau kemurahan hati sang dewa. Bayi yang hadir kedunia tanpa dosa tapi juga...