CHAPTER 8

176 22 5
                                    

AUTHOR POV

Yena tidak pernah berpikir jika akan ada hari baik di dalam hidupnya. Entah besok ataupun lusa, semuanya terasa sama. Tidak ada warna yang membuat hidupnya yang membosankan terasa lebih berarti. Hal buruk justru berdatangan silih berganti-ia sudah kehilangan banyak harapan dan hidupnya benar - benar sudah hancur. Namun hari ini ia membuang pikiran dangkalnya, benar apa kata pepatah. Hidup itu seperti roda yang berputar. Ada kalanya kita berada di bawah dan ada saatnya kita berada di atas.

Mungkin di masa lalu ia sudah terlalu banyak menitikkan air mata dan sekarang sudah saatnya mengukir cerita - cerita bahagia. Kehilangan sosok ibu untuk kedua kalinya memang menuang luka yang pedih, namun hal itu justru mengajarkannya untuk menjadi Min Yena yang lebih kuat. Dan di balik itu semua, ia merasa bersyukur karena akhirnya Yoongi bisa membukakan hati untuknya.

Tepat setelah kedatangan Yena di kediaman Jungkook, beberapa pelayan yang diperkerjakan di rumah itu seketika langsung menghentikan kegiatan mereka dan membentuk barisan untuk menyapa gadis bermarga Min itu. Sedetik kemudian mereka semua membungkuk sopan dan menggumamkan kalimat 'selamat pagi' secara bersamaan. Agaknya Yena masih belum terbiasa, mereka semua memperlakukannya seolah ia sudah menjadi sosok yang penting di rumah itu. Tapi apa boleh buat, ia tidak bisa memaksa mereka untuk bersikap sewajarnya karena hal itu sama sekali bukan wewenangnya.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di kamar Jungkook yang berada di langai dua. Gadis itu mencoba berdehem pelan sambil mengetuk pintu kamarnya beberapa kali. Namun tidak terdengar sahutan dari dalam dan tidak ada tanda - tanda jika sang pemilik kamar akan membukakan pintu untuknya.

"Ehem.."

"Tuan, kau harus berangkat kuliah sekarang." lanjut gadis itu dengan bahasa formal—takut jika Tuan Kim Jong Dae akan mendengarnya. Karena jika tidak, mungkin ia akan berada dalam masalah karena memanggil majikannya dengan cara yang tidak sopan. Lagipula ia sudah berjanji pada Jungkook untuk menggunakan bahasa non formal ketika mereka berdua saja.

"Tuan ?" Yena sedikit mengeraskan suaranya, namun masih tidak ada sahutan dari dalam.

Sedikit kesal, Yena pun masuk ke dalam kamar yang kebetulan tidak terkunci itu. Suara ketukan high heelsnya terdengar saat gadis itu melangkah mendekati Jungkook yang masih berbalut dengan selimut tebal. Wajahnya terlihat polos dan sesekali terdengar dengkuran halus dari mulutnya yang sedikit terbuka. "Jungkook, ayo bangun."

"5 menit lagi.." Jungkook menggeliat pelan dan menyahuti ucapan Yena dengan suara seraknya.

"Kau bisa terlambat jika tidak bangun sekarang."

Jungkook mengatupkan rahangnya rapat. Pria itu justru berbalik ke sisi yang lain sambil menutupi wajahnya dengan selimut—berharap dengan cara itu ia bisa meredam suara Yena yang mirip dengan suara dengungan lebah. Gadis bermarga Min itu merasa jika kesabarannya sudah diambang batas. Yena terlihat menggertakan giginya dengan geram dan menarik selimut yang dipakai Jungkook dengan kasar. Ia benar - benar tidak sadar jika hal itu justru mempermalukan dirinya sendiri.

"Jungkook, cepatlah bang—AAAA.." Gadis langsung menjerit histeris begitu melihat tubuh polos Jungkook yang hanya berbalut dengan celana pendek dengan gambar Iron Man terekpos di depan matanya. Yena langsung berbalik memunggungi Jungkook dan menutup matanya rapat dengan kedua tangan.

Jungkook yang terkejut mendengar teriakan Yena seketika terbangun dan melihat sekelilingnya dengan raut wajah bingung. Sedetik kemudian ia menunduk ke bawah dan melihat area dada dan perutnya terpampang dengan nyata. Sontak ia langsung menarik selimutnya sampai sebatas leher dan melempar death glare mematikan ke arah Yena.

"Apa yang kau lakukan ? Apa kau berusaha mem—"

"Kau yang salah. Kenapa kau tidur tanpa mengenakan pakaian, huh ?" sela Yena terlebih dahulu.

Beautiful Devil [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang