Pelajaran Tambah-tambahan(?)

101 11 16
                                    

Judul awal:
Tambah-tambahan untuk Anak Kelas IX!
Direvisi menjadi:
Pelajaran Tambah-tambahan(?)
Serius nih, bukan Pelajaran Tambahan, kan untuk kelas IX? Beneran, bukaaan!

Gimana ceritanya?

Jadi begini, untuk melatih kejujuran dan tanggung jawab(?) siswa, seringnya habis ulangan lembar jawaban langsung dikoreksi bersama.

Yah, idep-idep, sekalian dibahas biar anak tahu di mana salahnya, serta tahu bagaimana caranya berpikir sistematis dan mengerjakan soal dengan benar.

Ceileeee.. bahasanya tinggi-tinggi ya: melatih tanggung jawab dan kejujuran, berpikir sistematis. Preeet!!
Intinya sih biar hemat waktu dan tenaga aja. Hahah.

Tapi biasanya kalau ada waktu sih, tak koreksi ulang, terutama untuk nilai-nilai yang terlihat mencurigakan.

Misalnya: si Andri yang super somplak dapat nilai 96, sementara si Putri yang 'mayan pinter kok malah dapat 69. Pasti deh tak koreksi ulang karena takutnya seperti judul sinetron: Putri yang Ditukar!

Kembali ke pembahasan soal, alias koreksi bersama. Setelah selesai tahap koreksi, tahap selanjutnya adalah penskoran nilai.

Jika ada 40 soal pilihan ganda dengan nilai total maksimum 100, maka per nomor soal skor jawabannya jika benar adalah 2,5 point. Dan perhitungan nilai siswa = total jawaban benar x 2,5.

Nah, mulai pada bingung tuh, gimana ngitungnya! Kemudian mereka berinisiatif mengerubungi si ranking 1, untuk minta tolong dihitungkan.

Saling berebutan pun terjadilah, yang mengakibatan suasana kelas menjadi gaduh tak terkendali karena semua anak minta dihitungin duluan.

Maka saya pun mulai naik darah(?) dan langsung melakukan tahap ke-2 dalam Strategi Pengendalian Massa(?): GEBRAK MEJA!

"MasyaAllah, amit-amit, tho Caaaah!" Jeda bentar, buat ambil nafas.

"Pelajaran perkalian bersusun itu sudah ada dari zaman SD kelas II(?)! Masa' udah kelas IX masih pada ga bisa?!" Ambil nafas lagi, biar ga ngos-ngosan gitu.

"Itung sendiri! Kalau ga bisa ngaliin, ya ditambah-tambahin kayak anak TK(?)!" Jeda sejenak, lanjut.

"Awas kalau masih ga bisa ngaliin sendiri juga, tak lempar kau ke SD sebelah!" Akhiri acara marah-marah dengan ancaman maut nan elegan!

Rombongan pun bubar, si rangking 1 terbebas dari kerumunan OKB--Orang Kurang Bermutu.

Tetapi..., ternyata kelas tetep ramai juga! Apa yang terjadi saudara-saudara?

Rupanya anak-anak pada ngecipris, ngomong sendiri, sambil ngitung pakai jari or corat-coret di kertas: "2,5 + 2,5 = 5 + 2,5 = 7,5 + 2,5 = 10...."
Demikian seterusnya.

OmiGod! *tepok.jidat*
Lha kok ditambah-tambahke beneran tho?

"Astaghfirullah, caaah. Innalillahi roji'uun! Kamu tuh udah kelas IX, masa' ga bisa perkalian, bisa-ne tambah-tambahan?" ngurut kepala yang langsung cenat-cenut.

"Tak lemparke, ke TK sebrang lapangan aja gimana?!"

Tobat tenan, aku, tobaaaattt!

A.N.:
Semua gaya bahasa yang digunakan adalah Majas Hiperbola, lho ya..
Jadi plisss.. tolong jangan laporin saya ke KPAL-Komisi Perlindungan Anak Lebayy!

Just Kidding! Hahah.

Einiwei, genre random tampaknya susye ditembus, makk! Isinya raksasa smua, kali ya? #apa.sebaiknya.kita.pindah.genre.aja.kali.ya? Hahah.

(444)

Teaching Sience for The Dumbest(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang