17: Delicious?

62 4 3
                                    

     "Ah!" tasku jatuh ke lantai dan rasa sakit langsung menjalar di seluruh kepalaku saat aku memasuki ruangan yang agak gelap itu. Tapi entah kenapa aku bisa melihat dengan jelas apa yang di depanku: sesosok tubuh manusia yang nampak sudah tak bernyawa dengan darah yang menggenang di sekitar tubuhnya.

"Oh, jadi genangan dan bau yang manis ini adalah darah... Nampaknya enak... Ahaha... " ucapku refleks diiringi tawaan, aku langsung menutup mulutku saat menyadarinya, dan kepalaku kembali terasa sakit.

"Kenapa?" tanya sebuah sosok dengan nada meledek di sudut ruangan yang gelap itu. "Kau merasa bersalah mengatakannya? Myuki-chan?"

Aku tersentak kaget mendengarnya dan berusaha memfokuskan pandanganku pada sumber suara, tapi tak ada siapapun disana.

Aku mencoba berjongkok, mungkin kepalaku akan merasa baikan. Namun tak terjadi apapun. Dan kali ini sakitnya memusat di mata kananku dan bicaraku ngawur lagi.

"Kenapa darah itu terlihat sangat enak?!?!?!!" aku kembali menutup mulutku kali ini, air mata mulai membasahi pipiku saking sakitnya. Dan dapat kulihat samar-samar seseorang ikut berjongkok di depanku sambil mengusap puncak kepalaku.

"Jangan menangis seperti itu sayang~" ucapnya tenang sambil menarik daguku, menghadapkan mukaku padanya. Aku dapat melihatnya dengan jelas, orang yang ingin menunjukkan sesuatu padaku hari ini.

"R- Ryuki-kun, a- apa yang-"

"Hmmpphh...."

Ryuki mencium bibirku dengan lembut, seakan mengambil semua rasa sakit yang mengerumuni kepala dan mata kananku yang perlahan mulai menghilang. Rasa sakitnya semakin menghilang, dan rasa dingin khasnya sekarang perlahan menggantikan posisi sakit di kepala dan mataku. Setelah benar-benar menghilang, Ryuki melepas ciumannya dan memegang kedua pipiku dengan tangan dinginnya. Ia menatapku, aku yang masih syok dan tak mengerti dengan apa yang terjadi hanya membalas tatapannya ragu.

"Aku tak menyangka reaksinya akan separah ini, maafkan aku Myuki-chan.." ucapnya dan kemudian memelukku. Aku dapat merasa baikan setelahnya, namun yang kulihat dibalik tubuh Ryuki tetaplah sama: mayat manusia yang digenangi darah di sekitarnya. Entah apa yang terjadi, namun aku malah tertawa saat melihatnya.

"Ahahaha...."

Lagi-lagi aku menutup mulutku saat menyadarinya.

"Kenapa? Myuki-chan? Kau tak usah sungkan kalau kau senang... " ucap Ryuki dan semakin mengeratkan pelukannya padaku. "Kau masih belum sadar ya?" lanjutnya, dan kali ini mengusap kepalaku lembut.

"Ryuki-kun, sebenarnya apa yang terjadi? Aku sangat bingung sekali.." ucapku sambil membalas pelukannya dan membenamkan mukaku di dalamnya, tepatnya --menghalangi pemandangan tak pantas di belakang Ryuki.

"Kau hanya melupakan semuanya," jawabnya singkat.

"Apa? Justru kau yang melupakan janjimu, bukannya kau ingin menunjukkan-"

"Ini!" jawabnya sebelum ucapanku beres. "Ini yang ingin ku tunjukkan padamu," lanjutnya masih nada datar.

"A- apa m-maksudmu?" tanyaku mulai ketakutan dan melepas pelukannya, mungkin memang seharusnya aku menuruti perkataan Takahashi untuk menjauhinya.

"Jangan ketakutan seperti itu, bukankah kau menyukainya, ahaha~" ucapnya diakhiri tawaan manis. Aku kembali mencium bebauan manis yang masuk ke hidungku dan kembali membuat kepalaku kembali sakit.

"Ah!!!" rasanya lebih baik kepalaku copot saja daripada harus merasakan kesakitan ini. Ryuki kembali menghampiriku dan membisikkan sesuatu.

"Sepertinya kau masih lemah," dan setelahnya semua menjadi gelap.

My Mysterious RyukiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang